.45.

34.2K 3.6K 41
                                    

Jam istirahat, Liska masih berada di UKS dan itu semua karena Aland. Kata Aland tubuhnya belum 100% sehat dan Aland juga sudah meminta izin ke guru atas nama Liska.

Bahkan saat dia turun dari tempat tidur, sosok Aland sudah cemas tanpa sebab. Takut Liska pingsan lagi lah, takut dia jatuh, dan banyak lagi alasan dari Aland untuk Liska agar tak turun dari ranjang.

Liska menatap malas ke arah pintu UKS, menunggu Aland yang sedang menbelikan makanan untuk dirinya.

Di sisi lain.

Aland berjalan ke arah kantin dengan langkah pelan. Sepanjang dia melangkah, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya dengan raut wajah penuh tanda tanya. Hingga sampailah dia di depan pintu kantin. Kantin sudah begitu ramai dan padat.

Dengan langkah tenang Aland memasuki kawasan kantin dan menuju ke salah satu penjual di sana.

Di salah satu meja.

"Itu Aland?" tanya salah satu di antara mereka sambil menunjuk ke arah Aland berada.

"Hm? Tumben beli makanan?" ucap yang lain saat melihat sosok Aland mengantri dengan beberapa siswa di sana.

"Al!" panggil Adit dengan melambaikan tangan.

Aland yang mendengar seseorang mamanggil namanya pun menatap ke arah sumber suara dengan raut wajah heran.

Dengan kerutan di dahi Aland menatap ke arah Adit. Adit yang melihat respons Aland mulai berlari kecil ke arah temannya dan menarik tangan Aland untuk membawanya ke meja. Tapi Aland tak mau berpindah tempat, kakinya masih berdiri tenang di sana. Tarikan dari Adit bagaikan angin yang menerpa tubuhnya dengan pelan.

"Ck! Lu, gue titip satu" ucap Adit kepada salah satu siswi yang ikut mengantri juga.

Siswi tadi menatap heran ke arah Adit, saat ia akan membuka suara, suara seseorang telah mendahuluinya.

"Bubur, ini uangnya" ucap Aland sambil menyerahkan selembar uang kepada siswi tadi. Dengan senyum kikuk siswi tadi menerima uang pemberian Aland.

"Ayo" ucap Adit lagi dan menarik tangan Aland ke arah meja mereka berada. Sesampainya di sana Adit mendudukkan Aland di samping Dika. Setelahnya dia menuju ke bangkunya dan duduk dengan tenang. Dengan pasrah Aland duduk di sana, siap menjawab semua pertanyaan yang akan di ajukan oleh teman-temannya.

"Oke, kita langsung aja" ucap Adit memulai pembicaraan.

"Lu ada hubungan sama si biang onar? Pacaran?" tanya Adit dengan raut kepo, bakat terpendamnya mulai keluar. Yaitu tukang rumpi urusan orang lain.

"Hm" balas Aland seadanya, tak mungkin jika dia bilang bahwa dirinya dan Liska sudah bertunangan bukan?.

Mendengar balasan Aland barusan membuat mereka terkejut. Jika melihat perilaku Aland dulu, tak mungkin jika mereka pacaran kecuali mereka pacaran sebelum hubungan mereka merenggang? Jika iya, kenapa masih bertahan sampai sekarang?.

"Hah?! Yakin lu? Kena pelet apaan?" tanya Tama yang mulai membuka suara.

"Wah! Peletnya manjur amat" ucap Adit dengan raut wajah tak percaya.

"Sejak kapan?" tanya Rehan yang mulai membuka suara, dia juga merasa tertarik dengan pembahasan kali ini.

"Lama, sebelum dia masuk ke kehidupan lu" balas Aland sambil menatap Dinda sekilas, setelahnya kembali fokus ke arah Rehan.

"What?! Lu berdua diem-diem pacaran di belakang kita?!" ucap Adit dan Tama dengan hebohnya, membuat beberapa pasang mata menatap ke arah meja mereka dengan raut wajah penasaran.

"Kalau lu pacaran sama Liska kenapa diem aja waktu dia di labrak?" tanya Rehan penuh tanya.

"Dia salah, gak mungkin gue bela orang salah" balas Aland dengan tenangnya.

Mendengar perkataan Aland barusan membuat Tama dan adit menganggukan kepala setuju.

"Terus tujuan lu-" ucap Rehan terpotong oleh seseorang.

"Maaf, ini bubur dan uang kembaliannya" ucap siswi tadi dengan sopan.

"Hm, thanks" ucap Aland dan menerima bubur tadi. Setelahnya siswi tadi berlalu pergi ke arah mejanya berada.

"Gue cabut" ucap Aland dan mulai bangkit dari bangkunya, tak memedulikan sosok teman-temannya.

"Demi apa?! Aland dan Liska? Wah! Berita yang menghebohkan" ucap Adit dengan nada suara cukup keras dan di sambut anggukan oleh Tama.

Sedangkan Rehan masih mencerna semuanya. Masih tak percaya dengan penjelasan Aland barusan.

Berbeda dengan ketiga temannya, Dika masih tenang mamakan makanannya. Dan ke tiga perempuan di meja mereka menampilkan respons berbeda-beda, tapi ada satu yang mencuri perhatian. Yaitu Dinda, dia mengepalkan tangannya kuat dengan raut wajah menahan marah.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang