.35.

38.7K 4K 10
                                    

Liska mulai mengobati luka Aland dengan pelan. Luka yang di biarkannya sendari malam membuat Aland mengerut, menahan sakit.

"Isshh!" desis Aland dengan raut wajah menahan sakit. Apalagi nyeri di sekujur tubuhnya.

Liska yang melihat itu bukannya iba atau merasa kasihan malah mendumel dengan raut wajah datar.

"Makanya, kalau gak bisa bela diri jangan sok berantem" ucap Liska tanpa menatap ke mata Aland karena sibuk mengobati luka-luka di wajah Aland.

"Besok-besok kalau mau cari mati jangan kayak gini caranya. Buang-buang waktu, bukannya mati malah lu kesiksa sendiri, gue yang lihat 'kan jadi seneng" ucap Liska dengan senyum sinis di akhir kalimat.

"Cih!" decih Aland dan menatap permusuhan ke arah Liska.

"Why? Gue jujur Aland. Mungkin ini juga karma, karena elu nyusahin gue semalem" balas Liska dengan santai dan menyudahi acara mengobatinya. Sedangkan Aland masih menatap kesal ke arah Liska.

"Udah makan? Belum 'kan? Tunggu bentar gue ambil dulu" kata Liska tanpa memedulikan tatapan kesal dari Aland.

Tanpa menunggu lama, Liska mulai bangkit dan keluar dari sana dengan langkah tanpa beban.

Baru beberapa langkah dia berjalan keluar dari kamar Aland, langkahnya sudah terhenti saja, karena mendapati pelayan tadi datang dengan senampan makanan.

"Buat Aland?" tanya Liska dengan kerutan di dahinya.

"Iya nona" balas sang pelayan dengan anggukan sekilas.

"Bawa ke dalam dulu, kalau bisa suapi dia. Saya mau ke bawah sebentar" ucap Liska sambil menepuk pundak sang pelayan beberapa kali sebelum berlalu dari sana.

Sang pelayan yang mendengar perkataan Liska barusan sedikit ragu. Karena baru pertama kali baginya memasuki kamar Aland sendirian. Dengan langkah pelan dia berjalan ke arah kamar Aland.

Di lain sisi.

Liska berjalan ke arah dapur dengan langkah begitu ringan. Apalagi melihat kulkas besar yang menangkring di pojok ruangan.

"Aku sudah berbaik hati merawat anaknya, jadi mengambil beberapa makanan tak masalah bukan?" batin Liska dengan wajah cerah dan berjalan mendekati kulkas tadi.

Dengan gerakan senang dia mengambil satu cup ice crim coklat dan mulai berjalan ke arah meja makan. Tangan itu mengambil beberapa lembar roti, setelahnya dia berjalan kembali ke arah kamar Aland.

Saat menaiki anak tangga, langkahnya di buat berhenti karena suara nyaring dari dalam kamar Aland. Suara itu cukup keras hingga membuat Liska mendengarnya dengan jelas.

"Apa lagi yang dia perbuat" gumam Liska dan kembali berjalan menaiki anak tangga.

Semakin dekat dengan kamar Aland berada, Liska semakin dengan jelas mendengar bentakan dari orang itu.

"Keluar dan panggilkan dia!" bentak Aland dengan raut wajah menahan geram.

Liska menatap sosok Aland di ambang pintu. Kamar itu cukup kacau saat ini, dengan mangkuk pecah dan bubur yang berserakan di atas lantai.

"Tunggu apa lagi?! Cepat panggilkan dia!" murka Aland dengan sorot mata penuh akan amarah.

"Gak perlu repot-repot, gue udah sampai" ucap Liska dan mulai berjalan memasuki kamar Aland.

"Dari mana?" tanya Aland sambil menatap datar ke arah Liska. Dan tatapannya berhenti di tangan Liska yang membawa makanan.

"Menurut lu?" balas Liska tanpa minat dan meletakkan makanannya di atas nakas Aland.

"Cih!" decih Aland yang merasa tak puas dengan jawaban Liska. Tapi tanpa di beri tahu seharusnya Aland sudah tahu jawabannya bukan?.

Liska tak memedulikan Aland, dia lebih berminat menatap sang pelayan yang tak jauh darinya.

"Bersihkan itu dan ambilkan bubur yang baru" ucap Liska dengan lembut, membuat sang pelayan yang tadinya ketakutan menjadi lebih baik.

"B-baik nona" balas sang pelayan sedikit bergemetar dan mulai berlari keluar dari kamar Aland.

"Kasihan sekali dia" gumam Liska yang masih bisa di dengan oleh Aland.

Mendengar gumangan Liska tadi membuat Aland menatap tajam ke arah sang empu, tapi tak di gubris sama sekali.

Beberapa saat kemudian pelayan tadi datang bersama temannya. Dia membawa bubur baru untuk Aland, sedangkan temannya membawa alat kebersihan untuk membersikan perbuatan Aland tadi.

"Ini nona" ucap sang pelayan dan menyerahkan semangkuk bubur di tangannya ke arah Liska.

"Hm, terima kasih" ucap Liska dan menerima bubur tadi.

"Kau menyusahkan" ucap Liska sambil menatap Aland dengan malas.

Mendengar perkataan Liska barusan membuat Aland memutar bola matanya tanpa minat.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang