Liska masih duduk di bangku kantin dengan raut wajah malas.
"Apa mereka belum tahu? Lama sekali" batin Liska dengan raut wajha malas.
Yara yang melihat raut wajah malas Liska pun menyenggol lengan Rangga.
"Temen lu tuh kenapa?" tanya Yara sambil menatap ke arah Liska dengan penuh tanda tanya.
"Uangnya habis mungkin" balas Rangga tanpa minat.
"Mana mungkin, keluarga gue sama dia kayaan dia ogeb" ucap Yara sambil menggeplak Rangga dengan gemas.
"Mungkin mikirin dosanya yang banyak" balas Rangga sambil mengangkat bahu acuh tak acuh.
"Bicara sama elu gak ada yang bener" balas Yara sambil menatap Rangga geram.
"Ya jangan ngomong sama gue" balas Rangga tanpa beban dan menatap Yara tanpa minat.
"Baku hantam yuk Rang" ucap Yara sambil menatap kesal ke arah Rangga.
"Sorry, gak minat" balas Rangga tanpa minat.
Sedangkan Liska hanya menatap perdebatan kedua temannya dengan raut wajah tanpa minat dan sorot mata malas.
Sangkin sibuknya mereka di dunia sendiri, hingga tak sadar kantin sudah berganti menjadi hening.
Di ambang pintu, seseorang yang di tunggu-tunggu oleh Liska sudah datang. Di sana sudah ada sosok Rehan berserta teman-temannya yang menatap ke sepenjuru kantin dengan aura gelap. Gerakan mata itu terhenti saat sudah mendapati sosok Liska di salah satu meja kantin.
"Liska!" desis Rehan sambil menatap tajam ke arah Liska dan tangan terkepal kuat.
"Liska!" bentak Rehan dan berjalan ke arah Liska dengan langkah penuh akan amarah.
Merasa namanya di panggil pun Liska menatap ke sumber suara dan bibir itu terangkat sedikit saat melihat sosok Rehan dengan aura gelapnya. Dengan suka cita Liska menyambut, dia mulai bangkit dari duduknya dan mata menatap ke arah Rehan dengan senyum kecil.
Sesampainya di dekat Liska tanpa di duga Rehan melayangkan tangannya ke arah Liska.
Plak!
Sebuah tamparan pun tak bisa terelakan. Akibat tamparan tadi sosok Liska hingga terhuyung ke belakang dengan kepala tertoleh ke samping.
Rangga dan Yara yang melihat kejadian itu secara refleks bangkit dari duduknya dan menatap tak percaya ke arah Liska, setelahnya menatap tajam ke arah Rehan.
"Weh! Banci lu?!" teriak Rangga dengan raut wajah emosi.
"Gue rela di bilang banci selagi bisa beri pelajaran buat temen lu satu ini" ucap Rehan dengan emosi dan mendorong bahu liska kasar hingga membuat sosok itu terduduk di kursinya lagi, hampir saja dia terjatuh jika tak ada sosok Yara menompanya.
"Woy!" teriak Rangga yang tak terima atas perlakuan Rehan untuk Liska.
"Apa? Dia berhak dapat itu semua, bahkan itu kurang!" cukup sudah kesabaran Rehan, dia sudah benar-benar emosi saat ini. Apalagi saat mengingat kondisi pacarnya yang saat ini di UKS.
Brak!
Rangga menggebrak meja kantin dengan cukup keras dan dengan langkah penuh akn emosi dia berjalan ke arah Rehan.
"Belum cukup lu selama ini nyakitin Liska?! Belum cukup hah?!" ucap Rangga sambil menunjuk muka Rehan dengan raut wajah marah. Bahkan urat nadinya sampai terlihat sangkin emosinya dia kepada sosok tak berguma di depannya ini.
Bhug!
Satu pukulan lolos dan mengenai rahang Rangga. Akibat pukulan tadi membuat Rangga menabrak meja kantin dengan cukup kasar.
"Jangan nunjuk muka gue sama jari miskin lu itu!" desis Rehan dengan sorot mata tajam.
Teman-teman Rehan hanya diam, tak ada niatan untuk menenangkan Rehan sama sekali. Bahkan Aland dan Dika hanya berdiri di sana dengan tenang.
Sedangkan Liska? Dia sudah menggeram pelan saat melihat Rangga meringis kesakitan.
"Si brengsek itu!" desis Liska dan menatap tajam ke arah Rehan. Dan di balas Rehan dengan tajam pula.
Liska mulai bangkit dan melepaskan cengkeraman Yara di tangannya dengan sedikit paksaan. Setelahnya berjalan ke arah Rehan dengan sorot mata penuh kebencian. Tanpa di duga Liska memukul wajah Rehan dengan cukup keras.
Bhug!
"Berani tangan kotor lu nyentuh temen gue?!" bentak Liska sambil menatap ke arah Rehan penuh akan rasa tak suka.
Banyak siswa-siswi yang melihat kejadian tadi dengan raut wajah tak percaya. Dalam benak mereka bertanya, bagaimana ini bisa terjadi, sosok Liska yang lemah lembut dan lugu hilang ke mana?
Rehan memegang pipinya yang terkena pukulan dari Liska, setelahnya tersenyum sinis dan menatap Liska dengan tajam, bagaikan hewan predator.
"Akhirnya topeng lugu lu lepas dan akhirnya wajah asli lu terlihat juga" ucap Rehan sambil menatap remeh ke arah Liska.
"Bukan wajah asli, lebih tepatnya wajah yang lu dan temen lu buat buat gue" ucap Liska dengan senyum sinis.
Mereka yang mendengar perkataan Liska barusan sedikit merasa heran dan menatap penuh tanda tanya ke arah Liska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...