Malam harinya, di sebuah ruangan dengan cat dinding berwarna baby blue. Terlihat seorang gadis sedang bertelfonan dengan raut wajah serius.
"Halo Clesia?" ucap Dinda dengan raut wajah datar.
'Hm?' balas orang seberang sana.
"Aku setuju sama perkataan kamu 2 hari yang lalu" kata Dinda dengan raut wajah yakin. Dia sudah memikirkannya dengan matang-matang.
'Bagus, besok kita mulai' ucap Clesia dengan puas.
"Iya" balas Dinda dengan mantap.
Setelahnya panggilan itu terputus. Dinda menghela nafas panjang, berharap keputusannya ini benar dan berharap Aland kembali seperti dulu.
Wanita egois bukan? Yah, egois dan naif.
Di lain sisi.
Setelah panggilan tadi, Clesia tersenyum penuh arti dengan mata menatap ke arah luar jendela.
"Haha, dasar gadis naif dan bodoh" ucap Clesia dengan senyum penuh arti.
Setelahnya dia mengetikan sesuatu di layar ponselnya. Merasa cukup dia mulai merebahkan diri dengan senyum puas.
Di lain tempat.
Saat ini Liska sedang duduk santai di ruang tamu dengan raut wajah tenang. Dia fokus membaca buku dengan TV menyala. Jika begini konsepnya TV yang menonton manusia bukan manusia menonton TV.
Hari semakin larut dan para pembantu dan sopirnya sudah pulang ke rumah masing-masing sejak pukul 4 sore tadi.
Di rumahnya hanya tersisa satpam dan satu pembantu, itu pun dia sedang istirahat di dalam kamar karena merasa tak enak badan.
Liska menutup bukunya karena merasa sedikit bosan. Dengan malas dia bangkit dan berniat ke kamar, tapi langkahnya terhenti karena seseorang membuka pintu rumah. Awalnya dia kira itu sang Mama, saat berbalik badan suara yang ingin dia keluarkan tertelan kembali saat tahu siapa yang masuk ke dalam rumah.
"Udah makan?" tanya orang itu sambil berjalan ke arah meja dan meletakkan makanan yang dia bawa di sana.
"Makan dulu" lanjut orang tadi sambil berjalan mendekati Liska.
"Ngapain lu di sini?" tanya Liska dengan raut wajah mengerut tak suka.
"Di suruh Bunda buat jaga elu" balas Aland dengan senyum manisnya. Yah, dia di suruh Bundanya. Karena Bunda Aland tahu jika Liska sendirian di rumah. Karena cemas Bundanya menyuruh Aland untuk main ke rumah Liska.
"Gak usah, gue bukan bocil. Sana pulang" balas Liska dengan raut wajah tak suka.
"Gak mau, gue orang pertama yang bertanggung jawab besar sama elu selama Mama ke luar kota, karena gue tunangan elu" ucap Aland dengan senyum kemenangan.
"Ck! Pergi Aland, gue gak butuh elu" ucap Liska sedikit kesal.
Aland yang menerima penolakan pun sedikit tak terima. Dengan senyum sedikit terpaksa dia berjalan ke arah Liska.
"Kalau di bilangin sama tunangan itu nurut" ucap Aland setengah berbisik dan tanpa menunggu lama dia menggendong Liska, membawanya kembali duduk di sofa ruang santai.
"Tunggu sebentar gue siapin dulu" ucap Aland dengan mengelus rambut Liska pelan, setelahnya berjalan ke arah dapur dengan kresek tadi di tangannya.
"Cih! Gila" gumam Liska dengan mengusap kepalanya dengan kasar, menghilangkan jejak tangan Aland yang menempel di rambutnya.
Benar-benar gila dia, bagaimana bisa sosok gila itu mulai berbalik mengejarnya? Padahal dia tak terlalu mencolokkan tindakannya, dia sudah berusaha untuk tetap tenang dan berusahan untuk tetap cuek dengan keselilingnya, tapi apa sekarang? Dia di kejar dua makhluk aneh? Bisa ketularan gila dia jika terus berdekatan dengan mereka.
"Nih, di habisin" ucap Aland sambil meletakkan sepiring nasi goreng di depan Liska. Setelahnya duduk di samping Liska tanpa beban.
Liska hanya diam, tak ada niatan untuk menyentuh nasi goreng tadi.
Aland yang melihat keterdiaman Liska pun mengerut tak suka, dengan senyum culas dia berkata,
"Apa? Mau di suapin?" tanya Aland dengan senyum penuh arti.
Liska menatap Aland sinis, dan berniat bangkit dari duduknya. Tapi belum juga dia bangun tangannya sudah di tarik dengan sedikit kasar.
"Jangan buat gue berbuat kasar sama elu Liska!" desis Aland di dekat telingan Liska dan tangan mencengkeram erat pergelangan tangan Liska.
"Issh! Sakit Aland!" bentak Liska yang sudah muak dengan perilaku Aland kepadanya akhir-akhir ini.
"Sorry" ucap Aland tanpa beban dan mengendurkan pegangannya sedikit. Dia juga memberi usapan-usapan kecil di sana.
"Makan" suruh Aland sambil mendekatkan nasi goreng tadi kepada Liska.
"Lepas dulu!" ucap Liska dengan satu tangan mecoba melepaskan cekalan Aland.
"No baby" balas sambil mengusap pipi Liska pelan.
"Ck!" decak kesal Liska sambil menghindari sentuhan dari Aland di pipinya.
Aland yang mendapatkan penolakan Liska pun tersenyum penuh arti.
"Ternyata minta di suapi" ucap Aland dengan senyum manisnya. Setelahnya, satu tangannya yang bebas mengambil sendok dan menyuapi Liska dengan senyum manis.
"Gue bisa makan sendiri!" ucap Liska sedikit geram dan mengambil paksa sedok tadi dari tangan Aland.
Tanpa memedulikan Aland, Liska mulai memakan makanan di depannya itu.
"Gadis pintar" ucap Aland dengan tangan mengelus rambut Liska lembut.
"Jangan sentuh-sentuh gue Aland!" ucap Liska dengan nada suara tak suka.
"Gue tunangan lu, jadi itu bukan masalah" ucap Aland dan masih mengelus lembut kepala Liska.
Liska yang mendapat jawaban Aland seperti tadi hanya mengeram pelan, setelahnya menghembuskan nafas mencoba untuk sabar. Tanpa memedulikan tindakan Aland, Liska kembali makan dengan sedikit buru-buru. Semakin dia cepat selesai makan maka semakin cepat dia jauh-jauh dari Aland. Begitulah pikirnya saat itu.
"Pelan-pelan sayang" ucap Aland saat melihat kecepatan makan Liska.
"Hm" balas Liska tanpa minat dan kembali melanjutkan kegiatan makannya.
Aland hanya diam membisu dengan mata fokus menatap Liska. Ada seulas senyum yang tak Liska sadari di bibir Aland.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...