.18.

47.5K 5.3K 95
                                    

Aland menatap ke arah depan dengan sorot mata datar. Matanya memindai setiap orang untuk mecari sosok yang tadi ia ikuti. Tapi naas dirinya tak juga menemukannya, dia kehilangan jejak.

"Sial, gue kehilangan jejak" ucap Aland dengan mengusap rambutnya dengan frustrasi.

Dengan sorot mata datar dia menata ke depan. Dalam benaknya bertanya, kenapa dia merasa tak suka saat melihat Liska jalan dengan pria lain? Kenapa dia merasa kesal dan marah? Kenapa ada rasa menganjal di lubuk hatinya?.

Sebenarnya ini juga salahnya, tadi dia sengaja mengulur waktu untuk bertemu dengan Liska. Berniat untuk mengerjainya dan ingin melihat raut wajah kesal Liska, tapi rencana gagal. Bukannya melihat raut wajah kesal Liska, dia malah melihat Liska pergi dengan pria lain. Malam ini benar-benar membuatnya kesal dan marah.

Dengan langkah penuh akan ancaman Aland mulai berjalan memasuki kawasan taman. Dalam hatinya bertekat untuk menemukan Liska dan membawanya pulang bersama.

Di lain sisi.

Saat ini Liska sedang menikmati waktunya bersama dengan Anton, dengan raut wajah bahagia. Malam ini dia lewati dengan senyum kecil, karena candaan dari Anton.

Matanya menatap air mancur di depannya dengan tenang. Dia duduk di pinggir taman, sedangkan Anton, dia sedang membeli minuman dan makanan ringan untuk mereka.

Liska mulai menutup mata, menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Bahkan beban pikirannya terasa bebas dan nyaman.

"Nih!" ucap Anton sambil menyodorkan satu air minuman untuk Liska.

Liska menatap minuman tadi sebentar sebelum mengambil alih dan meminumnya.

Anton duduk di sebelah Liska dengan senyum kecil. Matanya menatap sosok Liska dengan senyum manisnya.

Liska menyadari tatapan dari Anton tapi dia lebih memilih diam membisu dan fokus ke dunianya sendiri.

Di tempat yang tak jauh dari mereka, terlihat ada seorang pemuda yang masih menatap ke sekelilingnya dengan teliti. Hingga tepukan di bahu, membuatnya menatap sang pelaku tadi dengan datar. Saat mengetahui siapa pelakunya, tatapa itu berubah menjadi lembut.

"Kak" panggil orang tadi dengan nada suara lembut.

"Kenapa di sini? Sama siapa?" tanya Aland dengan nada suara lembut dan sorot mata penuh akan puja.

"Sendiri, mau jalan-jalan cari makan" balas gadis tadi dengan raut wajah cemberut.

"Udah malam, kenapa masih di luar? Ayo kakak antar pulang" ucap Aland dan menarik tangan Dinda dengan lembut.

"Apaan, baru juga jam 8 malam. Dinda masih mau jalan-jalan" ucap Dinda dengan raut wajah tertekuk, dan itu sangat lucu di mata Aland.

"Mau jalan-jalan? Mau kakak temani?" tawar Aland dengan lembut.

"Boleh" ucap Dinda dengan aggukan kepala semangat.

Melihat keantusiasan Dinda membuat Aland tanpa sadar tersenyum manis dan mengelus rambut Dinda dengan lembut.

"Ayo" ucap Aland dan membawa Dinda untuk mengelilingi taman. Dengan senang hati Dinda mengikuti langkah Aland. Bahkan senyumnya sangat lebar dan bahagia.

Hadirnya sosok Dinda membuat Aland lupa akan tujuan awalnya.

Di lain tempat.

"Lu gak jalan sama si anu?" tanya seorang lelaki dengan mata fokus ke ponsel di tangannya, dan sesekali menatap ke arah orang yang dia ajak bicara.

"Enggak, sibuk" balas orang yang di tanya dengan santai.

"Udah bosen lu? Buat gue bolehlah" ucap Adit dengan senyum culas.

"Jangan coba-coba lu, gue gak bosen tapi dia yang mau sendiri malam ini" balas Rehan sambil menatap Adit dengan tajam.

"Gue kira udah bosen" balas Adit sambil mengangkat bahunya acuh tak acuh.

Rehan tak memedulikan ocehan Adit, dia kembali fokus ke ponselnya, tak memedulikan Adit yang tertawa puas karena melihat raut wajah musam dari Rehan.

"Aland mana?" tanya Tama dengan raut wajah heran.

"Ada urusan keluarga katanya" balas Adit sambil menatap Tama dengan bahu terangkat sedikit.

"Oh" balas Tama dan kembali fokus ke gamenya.

Adit yang mendapat respons seperti itu hanya mengangkat bahu tak peduli dan jembali fokus ke gamenya.

Di sofa bagian pojok terlihat ada seseorang yang sedang menatap ke bawah dengan pemikiran bercabang. Entah kenapa dia merasa janggal di dalam hatinya. Menerawang memori-memori yang dulu pernah dia alami dan dia lewati dengan indahnya.

"Gue cabut" ucap Dika dan tanpa menunggu respons dari teman-temannya, dia mulai bangkit dari duduknya.

Melihat sosok Dika yang sedikit berbeda malam ini, membuat mereka menatap punggung Dika dengan heran.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang