.43.

34.5K 3.5K 17
                                    

Aland mulai melepaskan pelukannya dan membalikkan sosok Liska agar menghadap ke arahnya.

"Ayo gue anter pulang" ucap Aland dengan senyum kecil.

"Gue sama Anton" balas Liska dengan raut wajah tak berminat.

"Masih marah?" ucap Aland dengan nada suara sedih.

"..." Liska diam dan menatap Aland dengan kilatan dingin.

"Kayaknya lu lupa sama ucapan gue tadi" ucap Liska dengan datar.

"Gue masih inget" balas Aland dengan datar. Perubahan ekspresi yang cukup cepat.

"Lalu?" ucap Liska dengan mata menatap ke arah Aland datar.

"Gue mau memulai lembaran baru, menerima tunangan ini dan memperbaiki semuanya, bukan masalah besar bukan?" tanya Aland dengan senyum manisnya.

"Setelah apa yang lu lakuin ke gue? Lu lupa atau pura-pura gak tau?" ucap Liska dengan sorot jijik.

Mendengar perkataan Liska barusan membuat Aland sedikit terkejut, dalam benaknya bertanya apakah Liska sudah ingat semuanya?.

"Yah, ingatan gue udah pulih" kata Liska menjawab semua pertanyaan di pikiran Aland.

"Sejak kapan?" tanya Aland dengan raut wajah terkejut.

"Sejak kapanya gak penting, yang penting stop gangguin gue, gue muak" ucap Liska dan berjalan memasuki Cafe untuk menyusul sosok Anton.

Sedangkan di sana, Aland masih diam membisu dan menatap sosok Liska dengan raut wajah rumit.

"Stop gangguin elu? Mustahil" ucap Aland dengan senyum penuh arti. Setelah mengatakan itu dia berjalan ke arah motornya berada. Dia membutuhkan sesuatu yang bisa menenangkan pikirannya. Sepertinya dia sudah masuk ke dalam perangkap pesona Liska.

Sedangkan di salah satu meja, tempat teman-teman Aland berkumpul. Ada 4 lelaki dan 2 orang perempuan.

"Mereka ada hubungan?" tanya Adit dengan raut wajah bingung bercampur terkejut.

"Entah" balas Tama yang masih linglung, melihat kejadian tadi dengan mata kepalanya sendiri.

Sedangkan Dika tersenyum penuh misteri. Dia sudah tahu apa hubungan Liska dan Aland, karena keluarganya cukup dekat dengan keluarga Aland jadi secara tak langsung dia tahu dari hubungan keluarga itu.

Sedangkah Rehan cukup senang dengan kedekatan Aland dan Liska, karena dia tahu Aland sempat menyukai pacarnya. Mau menegur pun dia tak mempunyai cukup keberanian, lagi pula Aland masih di batas wajah, belum ada tanda-tanda ingin merebut Dinda darinya.

"Kenapa kak Aland dekat dengan Liska? Bagaimana bisa?" batin seseorang dengan tangan terkepal kuat. Dirinya merasa marah melihat kedekatan antara Aland dan Liska.

"Sial! Gue kecolongan!"  batin seseorang juga terlihat marah dengan alasan berbeda.

Di lain sisi.

Liska berjalan memasuki Cafe, mata itu menatap ke sepenjuru Cafe untuk menemukan sosok Anton. Cukup lama Liska mencari Anton hingga suara seseorang mengejutkannya.

"Woy!" kata Anton sambil menepuk kedua bahu Liska dan itu berhasil membuat Liska terkejut.

Melihat reaksi Liska yang seperti itu membuat Anton tertawa renyah. Sedangkan Liska menatap kesal ke arah Anton. Dengan kesalnya dia mencubit pinggang Anton, hingga sang empu mengadu kesakitan.

"Akh! Sakit Lis, sakit" ucap Anton sambil mencoba melepaskan cubitan Liska di pinggangnya.

"Cih!" decih Liska sambil melepaskan cubitannya.

"Kenapa nyusul? Urusan lu sama dia udah selesai? Pertunangan lu di batalin? Bisalah gue nyempil jadi calon suami lu" ucap Anton dengan raut wajah menggoda.

"Kalau mau jadi calon suami gue, usaha lu kurang keras" ucap Liska sambil menatap remeh Anton.

"Kurang keras gimana lagi? Gue udah jadi orang ketiga di hubungan lu, gue udah jadi orang yang ada waktu lu butuh. Gue-" ucap Anton yang di potong oleh Liska.

"Tinggal satu tantangan yang belum lu hadapi, rebut hati nyokap gue" ucap Liska dengan senyum misterius.

"Ah? Ibu camer, gue pending dulu. Perlu persiapan mental yang kuat kalau mau ngadepin ibu camer" balas Anton sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

Liska yang melihat itu hanya bisa tertawa renyah. Karena mengingat kejadian beberapa hari yajg lalu, saat Anton berhadapan langsung dengan mamanya dan kalian tahu? Anton di buat tak berkutik hanya dengan satu kalimat.

"Woy! Udah kali uwunya, gak lihat banyak yang lihat?" tanya Dino dengan raut wajah malas. Malas melihat interaksi kedua orang di depannya, lebih tepatnya iri. Sedangkan Arka hanya menatap dengan tenang, sesekali meminum dan memakan makanan miliknya. Bagaikan menonton film romance secara live.

"Cih! Ganggu lu" ucap Anton dengan sorot mata malas.

"Ck! Sana pergi, ganggu pemandangan gue lu" ucap Dino dengan raut wajah julid.

"Ck" decak kesal Anton dan menarik tangan Liska keluar Cafe dengan langkah pelan.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang