.06.

61.9K 6K 86
                                    

Aland membawa Liska ke arah taman belakang. Sesampainya di tempat yang di tuju, dengan raut wajah dingin Aland berbalik badan dan menatap tepat di mata Liska dengan sorot mata penuh ancaman.

"Stop ngikutin gue Liska dan stop buat ulah. Gue muak sama elu" ucap Aland dengan datar dan sorot mata tajam.

"Siapa elu bagi gue?" ucap Liska dengan sorot mata tanpa minat, tak ada binar kebahagiaan yang sering Aland lihat.

"Cih! Mau sampai kapan lu akting?" ucap Aland dengan sorot mata mencemooh.

"Lu berisik dan aneh, buang-buang waktu gue" ucap Liska dengan raut wajah tak suka dan sekali hentakan dia membebaskan tangannya dari cengkeraman Aland.

"Cowok aneh" kata Liska dengan datar dan tanpa memedulikan sosok Aland, dia membalikkan badan dan berjalan menjauh dari sana.

Sedangkan Aland menatap terkejut ke arah Liska. Ada raut wajah tak percaya yang di tampilkan oleh Aland.

"Cih! Paling cuma drama barunya" ucap Aland dengan raut wajah malas dan berjalan meninggalkan tempatnya berdiri.

Liska berjalan kembali ke kelas, dirinya benar-benar tak berminat bertemu dengan para tokoh penting di novel. Tapi jika di lihat dari situasi tadi, itu sepertinya agak sulit untuk di wujudkan.

Sesampainya di kelas, Liska mulai menyibukkan diri dengan tidur.

Di lain sisi.

"Lu bawa ke mana?" tanya seseorang kepada Aland yang baru saja sampai di meja yang tadi dia tempati dengan teman-temannya.

"Taman belakang" balas Aland tanpa emosi.

"Lu apain?" tanya Tama dengan raut wajah penasaran.

"Cuma gue kasih peringatan" balas Aland dan menyibukkan diri dengan makanannya.

"Ck, gak asik lu" ucap Adit dengan raut wajah tak puas.

"Emangnya apa yang lu harapkan dari seorang Aland?" tanya Tama dengan raut wajah heran.

"Gak ada, kecuali contekannya" balas Adit dengan senyum jenaka.

"Belajar Dit, orang tua lu banting tulang, elunya malah asik pacaran sama nyotek" ucap Dika sambil menatap malas Adit.

"Udah Dik, tapi kapasitas otak gue terbatas. Gak kayak lu sama si ketos" balas Adit dan menaruh kepalanya di atas meja kantin.

"Elu yang kagak mau berusaha!" kata Tama dengan nada suara tak santai.

"Santai elah, pengeng kuping gue" ucap Adit sambil mengosok kupingnya pelan.

"Cih! Alay" ujar Tama dengan raut wajah malas. Saat Adit akan membuka suara, tiba-tiba suara perempuan mendahuluinya, membuatnya menelan kembali semua perkataan yang akan terucap.

"Emm.. kak aku ke kelas dulu ya?" ucap seorang wanita dengan name tag Dinda.

"Ayo kakak anter" ucap seorang pria dengan senyum lembut dengan name tag Rehan.

"Gak perlu kak, lagian Dinda sama yang lain kok" ucap Dinda dengan raut wajah menyakinkan.

"Yakin?" tanya Rehan dengan raut wajah tak yakin.

"Iya, 100% yakin" ucap Dinda dengan senyum lebarnya.

"Oke, kali ini kakak turutin, tapi hati-hati" ucap Rehan dengan raut wajah memperingati sang kekasih.

"Iya, Dinda pergi dulu. Bye kak, semangat belajarnya!" ucap Dinda dan mulai berlari keluar kantin, di ikuti kedua temannya dari belakang.

Rehan membalas ucapan Dinda tadi dengan senyum manisnya.

Sedangkan ada seseorang yang menatap malas interaksi mereka berdua. Dalam hatinya merasa tak suka akan kemesraan mereka yang selalu di perlihatkan untuk orang lain.

"Udah kali, pacar baru satu mesranya kek udah berpengalaman" ucap Adit dengan raut wajah kesal.

"Iri lu? Ke mana semua para pacar lu? Udah gak mempan pelet yang lu punya?" ujar Tama dengan senyum mengejek.

"Sialan lu Tam, tanpa pelet pun gue masih mampu memikat para betina" ucap Adit dengan raut wajah percaya diri.

"Mana buktinya? Dari dulu dapetnya modelan kek anak sebelah, cantik sih tapi kagak ada sopan santunya" ucap Tama sedikit menyindir seseorang.

"Balik ke kelas, bentar lagi bel" ucap Aland memisahkan perdebatan kedua orang itu.

"Baiklah pak KETOS SMK Merdeka!" ucap Tama dan Adit berbarengan, setelahnya mereka berjalan keluar dari kantin dengan akur. Yah, begitulah mereka, berdebat dan akur dengan mudah.

Ke tiga temannya yang melihat tingkah mereka berdua hanya menatap malas dan mulai berjalan menyusul langkah Tama dan Adit dengan tenang.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang