.58.

29.2K 3.2K 67
                                    

Pulang sekolah Liska menunggu Anton dengan malas. Tadi Anton meminta untuk pulang bersama, dengan paksa tentunya. Jika Liska tak mau Anton ingin ke rumah dan mengajaknya jalan malam ini. Jadi mau tak mau Liska harus bersabar untuk kali ini.

Sudah cukup lama dia menunggu di bangku taman sendirian. Tapi sosok Anton belum juga terlihat. Sebenarnya, Anton menyuruhnya untuk menunggu di pinggir lapangan sambil menontonnya bermain basket. Dengan ogah-ogahan Liska menolak permintaan Anton dan bilang ingin menunggu di taman depan.

"Ck! Bisa kayak orang ilang gue di sini" ucap Liska sambil menatap ke sekelilinya dengan tanpa minat.

Tanpa mengatakan apa pun Liska mulai bangkit dan berjalan tak tentu arah.

Langkah kakinya berjalan ke arah ruang ganti Cheerleaders/pemandu sorak. Matanya menatap sekilas ke arah pintu itu dan berniat berjalan menjauh tapi terhenti saat mendengar suara seseorang dari dalam ruangan.

"Halo"

'...'

"Iya, untuk saat ini rencana berjalan dengan lancar. Tapi ada satu hambatan"

'...'

"Liska punya bukti tentang siapa yang bully Dinda dulu"

'...'

"Gue gak tahu, tapi yang pasti itu berbahaya"

'...'

"Iya, tanpa lu suruh gue tahu"

'...'

"Segini dulu laporan gue, bentar lagi waktu istirahat selesai. Bye"

Begitulah kira-kira perkataan orang itu dengan orang di seberang sana. Merasa mengenal siapa pemilik suara itu membuat Liska mengerutkan dahi.

"Lapor? Jadi selama ini masih ada orang di balik ini?" gumam Liska dengan raut wajah tak percaya.

"Ck! Ternyata gue terlalu menganggap remeh masalah" gumam Liska sambil menatap ke arah seberang sana dengan tangan terkepal.

Tak lama dia mendengar suara langkah mendekat. Dengan cepat Liska mencari tempat persembunyian, sebelum ketahuan.

Clesia mulai keluar dan menatap ke sekelilingnya, untuk memastikan bahwa tak ada yang mendengar pembicaraannya tadi. Setelah merasa aman, dia mulai berjalan ke arah tempat latihan dengan langkah lebar.

Liska mulai keluar dari tempat persembunyiannya dan menatap ke arah punggung Clesia beberapa detik sebelum berjalan memasuki ruangan tadi.

"Di mana ponselnya?" gumam Liska sambil menatap ke sekeliling, guna mencari ponsel milik Clesia. Tadi jika tak salah ponsel itu memakai ceasing lilac dengan gambar boba.

Langkahnya semakin berjalan masuk dan berhenti di loker, dengan teliti dia mencari loker atas nama Clesia. Tak membutuhkan waktu lama dia menemukannya, dengan hati-hati Liska membuka pintu loker.

"Utung gak di kunci" gumam Liska dengan hembusan nafas lega. Setelahnya mata itu meneliti isi loker dan dapat.

Senyum puas terpatri di bibir Liska, tanpa menunggu lama dia membuka ponsel itu.

"Ceroboh sekali" sindir Liska karena ponsel milik Clesia tak ada kunci layar sama sekali. Tapi tak apa itu membawa keberuntungan untuknya.

Liska mulai membuka riwayat panggilan dan melihat nomor yang terakhir kali di telefon oleh Clesia. Kontak itu di beri nama 'A'.

"A? Siapa A?" gumam Liska dengan raut wajah heran. Setelahnya dia mengambil ponselnya dari saku dan memfoto nomor itu. Setelah selesai, Liska meletakkan ponsel Clesia ke tempat semula dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Baru juga keluar dari ruangan tadi suara seseorang sudah mengejutkannya.

"Ngapain di sini?" tanya seseorang di belakangnya.

"Cari ruang ganti pemain basket" balas Liska tanpa pikir panjang.

"Kangen lu sama gue hm? Lagi pula ruang gantinya bukan di sini, tapi di sana" ucap Anton dengan senyum penuh arti dan menunjuk ruang ganti yang benar.

"Dih, gue mau tanya masih lama gak lu latihannya, kalau iya gue mau pulang sendiri" balas Liska tak terima dengan ucapan Anton tadi.

"Udah, mau pulang? Ayo gue anter" ucap Anton dan menarik tangan Liska dengan lembut. Anton membawa Liska ke arah parkiran.

Tanpa mereka sadari di gerbang parkiran ada seseorang menatap interaksi mereka dengan tangan terkepal erat.

"Gue gak akan bolehin elu buat batalin pertunagan ini Liska" ucapnya sebelum berjalan berbalik arah, tak jadi pulang.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang