.69.

27.5K 3K 66
                                    

Pagi harinya.

Liska berjalan menyusuri koridor dengan langkah tenang.

Di tengah jalan, secara tiba-tiba ada seseorang menghalangi jalannya.

"Cih! Pembawa sial" ucap Adit dengan senyum sinis.

Liska hanya menatap Adit sekilas, setelahnya kembali melanjutkan langkahnya. Tapi kembali terhenti, karena perkataan Adit yang cukup mengganggunya.

"Wanita penuh kesialan! Nyesel gue pernah kenal elu!" teriak Adit yang menggema di koridor.

Banyak siswa yang menghentikan langkahnya dan menatap ke arah mereka dengan raut wajah heran.

"Enyah lu dari sini, muak gue lihat wajah lu!" ucap Adit dan menatap ke arah Liska dengan sorot mata penuh akan amarah.

"Gue juga muak lihat wajah lu, tenang aja gak akan lama lagi gue pindah" balas Liska dengan dingin.

"Cih! Pengecut! Setelah apa yang lu lakuin, sekarang mau lepas tangan?" kata Adit dengan senyum mengejek.

"Gue bukan lepas tangan!" ucap Liska dengan datar dan menatap ke arah Adit dengan penuh peringatan.

"Halah, banyak omong" kata Adit sambil bersedekap dada.

"Serah lu" ucap Liska dengan malas, dan berniat angkat kaki dari sana. Belum juga berjalan, sesuatu yang busuk mengenai tubuhnya.

Tubuhnya di penuhi oleh cairan hitam pekat, dengan bau yang menyengat busuk. Melihat apa yang menimpa Liska membuat mereka tertawa bahagia.

"Anjay, cocok buat lu. Baunya busuk kayak sikap lu" kata Adit dengan tawa dan sorot mata puas. Dari atas Liska juga mendengar suara tawa yang menggema. Di sana ada sosok Tama dengan tangan memegang ember dengan ukuran sedang.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat amarah Liska meluap. Dengan kilatan penuh kebencian Liska menatap ke arah Adit. Karena baru kali ini dia dipermalukan sedemikian rupa.

Tanpa mengatakan apa pun Liska berlari ke arah Adit dan memukul rahang Adit dengan keras. Tindakan Liska tadi membuat mereka yang tertawa diam dalam sekejap.

"Brengsek lu!" marah Liska dengan mata menatap Adit tajam.

"Cih! Berani lu pukul gue sama tangan busuk lu itu?!" desis Adit dengan sorot mata penuh permusuhan.

"Kenapa gak terima?! Buat hancurin keluarga lu yang gak seberapa aja gue juga mampu!" ucap Liska dengan senyum sinis di akhir kalimat.

"Sialan lu Liska!" teriak Adit dengan tangan yang sudah terangkat, siap untuk menampar wajah Liska. Tapi pergerakannya terhenti karena seseorang. Dengan kasar orang tadi memelintir tangan Adit, hingga membuatnya menjerit kesakitan.

"Akhh!"

"Berani lu mau mukul cewek gue?!" desis Anton dengan guratan amarah dan kilatan mata yang dingin. Dia menambah tekanannya di tangan Adit, dengan sorot mata penuh amarah.

"Akhh! S-sakit bego!" teriak Adit saat tangannya terasa begitu sakit, seperti akan patah.

"Woy! Lepasin tangan temen gue!" teriak Tama dari lantai atas, dengan cepat dia berlari ke lantai dasar.

"Berani lu cari gara-gara, maka keluarga lu yang nanggung akibatnya" bisik Anton di dekat telinga Adit. Setelahnya menghempaskan Adit dengan kasar ke atas lantai.

Anton menatap Adit dengan dingin, setelahnya tatapan itu berganti lembut saat melihat sosok Liska. Anton berjalan mendekat dengan langkah tenang.

"Gak apa-apa?" tanya Anton dengan lembut dan membersihkan wajah Liska dengan sapu tangan miliknya.

"Hm" gumam Liska dengan mata menatap Adit penuh kebencian.

"Ayo bersih-bersih" ajak Anton dan menarik lembut tangan Liska menuju kamar mandi.

Sepeninggalan Liska dan Anton, sosok Tama baru terlihat di anak tangga.

"Sial!" desis Adit sambil menatap ke arah Liska dengan sengit.

"Lu gak apa-apa? Sendi lu ada yang lepas?" tanya Tama dengan raut wajah khawatir.

"Sialan lu, bantuin gue berdiri" ucap Adit dengan kesal.

"Iya" balas Tama dan mulai membantu Adit berdiri dari duduknya.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang