.16.

49.3K 5.7K 14
                                    

Liska duduk di bangku taman dengan mata tertutup rapat. Tanpa memedulikan beberapa luka lecet di tubuhnya, dia benar-benar membutuhkan tempat seperti ini untuk menjernihkan pikiran.

Di tengah-tengah ketenangannya, tiba-tiba dia merasakan sejuk dan perih di lukanya dalam waktu bersamaan. Dengan raut wajah datar Liska menatap ke sang pelaku.

"Ngapain lu?" ucap Liska tanpa minat.

"Membayar hutang budi" balas lawan bicara Liska dengan senyum menyebalkan.

"Cih!" decih Liska dan mengalihkan pandangannya. Setelahnya kembali memejamkan mata, membiarkan orang tadi berbuat semaunya.

Lelaki tadi menatap wajah Liska beberapa detik sebelum senyum kecil menghiasi bibirnya.

"Gue Anton, lu siapa?" tanya orang itu yang ternyata Anton.

Liska mendengar pertanyaan Anton, tapi dia lebih memilih untuk bungkam. Malas membuka suara, untuk menjawab pertanyaan orang di sampingnya.

Tak mendapatkan jawaban dari lawan bicaranya, membuat Anton menatap Liska dalam diam. Setelahnya kembali mengobati beberapa luka di tangan Liska.

"Gue denger tadi, salah satu di antara mereka panggil elu Liska. Nama lu Liska?" tanya Anton sambil menatap Liska sekilas untuk melihat respons yang Liska berikan, tapi naas Liska masih diam membisu.

Dengan helaan nafas pasrah dia kembali fokus mengobati luka Liska, hingga suara Liska masuk ke gendang telingannya, membuat pergerakannya terhenti.

"Hm, nama gue Liska" ucap Liska tanpa membuka matanya.

Mendengar perkataan Liska barusan membuat senyum manis terpatri indah di bibir Anton.

Anton akan membuka suaranya lagi, tapi suara Liska sudah mendahuluinya.

"Makasih, tapi gue harus pergi" ucap Liska dengan mata menatap Anton dengan sorot mata tanpa emosi.

"Tapi luka lu belum selesai di obati" balas Anton dengan raut wajah tak setuju.

"Gue bisa sendiri" balas Liska dan mulai bangkit dari duduknya, setelahnya berjalan menjauh dari sana.

Anton menatap punggung Liska dengan sorot mata yang sulit di artikan, setelahnya dia mengangkat bahu pelan dan berjalan pergi meninggalkan tempat duduknya, berserta kotak P3k yang dia pinjam dari UKS.

Di lain sisi.

Liska berjalan dengan langkah pelan hingga panggilan seseorang menghentikan langkahnya.

"Liska!" panggilnya dengan raut wajah tersirat kekhawatiran.

Liska menatap orang tadi dengan datar, dia sedikit kesal dan malas. Dalam benaknya menyalahkannya atas kejadian yang menimpa dirinya tadi.

"Lu gak apa-apa? Sorry, gue tadi ada urusan sebentar" ucap Rangga penuh sesal.

Dia benar-benar cemas kepada Liska, bagaimana tidak. Saat dia sampai di parkiran, bukan sosok Liska yang dia lihat melainkan beberapa orang yang terdiam di tempat. Mereka adalah Aland dan teman-temannya.

"Ck" decak kesal Liska dan tanpa memedulikan sosok Rangga dia mulai berjalan menuju gerbang sekolahan.

"Lis, gue bener-bener minta maaf. Sorry, jangan marah elah" mohon Rangga sambil mengikuti langkah Liska.

Liska hanya dia membisu, tak ada niatan untuk membalas ucapan Rangga barusan.

"Liska, jangan ngambek dong" ucap Rangga sambil memegang tangan Liska dengan raut wajah memohon.

"Ck, diem" ucap Liska yang mulai jenggah dengan sikap Rangga.

Rangga yang mendapat respons seperti tadi memberengutkan wajahnya.

"Ayo gue traktir, sebagai tanda permintaan maaf" ucap Rangga mengiming-imingin traktiran.

"Gak" balas Liska tanpa menatap wajah Rangga. Dia masih kesal dengan kejadian tadi oke.

"Oke, terus lu mau apa?" tanya Rangga dengan raut wajah pasrah.

Liska diam dan matanya sibuk menatap ke sekeliling. Hingga ada seseorang berhenti di depannya, dengan motor yang dia tumpangi.

"Naik" ucapnya tanpa menatap ke arah orang yang di ajak bicara.

Liska menatap tak berminat orang di depannya dan tanpa mengatakan apa pun, dia menarik tangan Rangga. Meninggalkan orang tadi yang menatap ke arahnya dengan sorot mata marah dan tak suka.

Liska berjalan memasuki area sekolah dengan tangan menarik pergelangan Rangga. Sedangkan Rangga yang menjadi tumbal, hanya menatap tak percaya ke arah Liska. Karena dia meninggalkan Aland begitu saja?.

"Gue mau ice crim yang ada di taman kota" ucap Liska tanpa menatap ke arah Rangga.

"Lu nolak ajakan Aland?" tanya Rangga dengan raut wajah tak percaya.

"Buru, sebelum novel incaran lu habis" ucap Liska tak menanggapi ucapan Rangga barusan.

Rangga yang mendengar perkataan Liska barusan mulai sadar. Dengan terburu dia menarik tangan Liska dan membawanya ke arah parkiran sekolahan.

Aland masih berdiri di tempatnya, dengan mata menatap ke arah punggung Liska dan Rangga dengan tangan mencengkeram setir motor dengan erat.

Tanpa mengatakan apa pun dia melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang