.36.

38.5K 3.9K 31
                                    

Liska menyuapi Aland dengan sedikit cepat. Sebenarnya dia begitu enggan menyuapi sosok di depannya ini. Ingatan tentang perilaku Aland dan teman-temannya kepada Liska yang dulu masih teringat jelas di memorinya.

Dia ingin membalas dendam, sebenarnya mampu jika hanya balas dendam, tapi untuk saat ini dia harus menekan dan menunggu waktu yang tepat. Jadi jalan terbaik untuk saat ini ya menjaga jarak dari mereka sebisanya. Untuk mencari siapa dalang dari masalahnya, Liska sedang mencari. Dirinya sedang mengamati beberapa orang yang ada di belakangnya.

Dia juga ada niatan untuk membatalkan pertunangan ini dan membereskan semua kegiatannya di sini. Setelahnya pindah kota kalau perlu negara. Mencari ketenangan dari kepadatan manusia, sepertinya tak terlalu buruk baginya.

Tanpa Liska sadari, ternyata Aland sendari tadi menatap wajahnya tanpa ada niatan untuk mengalihkan pandangannya itu.

Liska mulai sadar dari pemikirannya dan menatap kesal ke arah Aland saat ingat akan ice crim yang dia ambil tadi.

"Cepat sedikit" ucap Liska dengan kesal.

Aland yang mendengar ucapan Liska barusan hanya membalas dengan kerutan di dahinya.

"Ice crim gue bisa jadi air Aland!" ucap Liska sedikit geram.

"Oh" gumam Aland setelah paham akan maksud dari perkataan Liska barusan.

Dengan menambah sedikit kecepatan mengunyahnya Aland menatap Liska beberapa detik dan mengalihkan pandangannya dari Liska.

Beberapa saat kemudian Aland menyudahi acara makannya. Dan Liska menaruh mangkuk itu di atas nakas dengan raut wajah lega.

"Nih" ucap Liska sambil menyerahkan air putih dengan beberapa butir obat untuk Aland minum.

"Gue-" ucap Aland yang dengan cepat di potong oleh Liska.

"Gak usah bantah, buruan minum!" ucap Liska dengan sorot mata penuh akan ancaman.

Dengan hembusan nafas pasrah Aland mulai mengambil alih obat dan air putih tadi dari tangan Liska. Dengan sekali tegukan air dan semua obat tadi sudah masuk ke dalam tenggorokannya.

"Udah 'kan? Tidur gih" ucap Liska sambil meletakkan gelas tadi kembali ke nakas dan tanpa memedulikan Aland lagi, dia mulai mengambil ice crimnya yang sedikit mencair. Dengan langkah pelan Liska berjalan ke arah sofa single di pojok ruangan.

Aland masih diam dan menatap sosok Liska dengan sorot mata rumit. Hingga suara Liska mengalih perhatiannya.

"Apa lihat-lihat?! Buruan tidur!" ucap Liska sedikit tak santai.

"Ck! Iya" balas Aland dengan decakan kesalnya. Dia mulai membaringkan tubuhnya. Aland melakukan itu bukan atas perintah Liska, tapi karena dia sadar tubuhnya membutuhkan istirahat untuk saat ini.

Dengan perlahan dia mulai menutup mata dan tak lama alam bawah sadar pun menyapa dirinya.

Liska yang melihat sosok Aland sudah mulai terlelap merasa sedikit senang, setidaknya tak ada yang mengganggunya untuk memakan ice crim ini.

Dengan penuh semangat Liska membuka penutup ice crim dan mulai menikmati ice crim tadi dengan roti yang sempat dia ambil.

                                    °○°

Jam menunjuk ke pukul 10 pagi, dan saat ini Liska sedang sibuk bermain dengan ponselnya. Sedangkan Aland masih nyenyak dalam tidurnya.

Sudah 3 jam dia di sini, sebenarnya bisa saja dia pulang tapi dia tak enak jika ingkar dengan janji yang sudah di buat. Dia sudah berjanji kepada Mamanya bahwa akan pulang saat Bunda dan Ayah Aland sudah pulang dari luar kota. Tenang saja, mereka pulang sore nanti, tak mungkin jika Liska menyanggupi menjaga Aland hingga orang tuanya pulang jika mereka pulang satu minggu lagi.

Liska menatap wajah Aland tanpa minat. Dalam benaknya bertanya apa yang membuat Liska yang di dalam novel mencintai Aland? Apa gara-gara mereka bertunangan? Yah, mungkin saja. Karena hubungan itu secara tak langsung mengharuskannya menyukai sosok Aland yang tak punya hati.

Liska kembali menyibukkan diri dengan ponselnya. Enggan menatap lama wajah itu. Sosok yang tampan tapi sayang mempunyai sikap yang cukup membuatnya emosi.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang