.38.

38.9K 4.4K 54
                                    

"Ih, kak Rehan jangan di acak dong!" ucap Dinda dengan kesal saat sosok Rehan mengacak rambutnya dengan gemas.

"Iya-iya, pacar siapa sih ini? Gemes banget" ucap Rehan dan mencubit pipi Dinda sedikit gemas.

"Sakit kak!" ucap Dinda dan memukul lengan Rehan pelan.

"Aelah, kalau mau pacaran jangan di sini, hargai yang jomblo!" ucap Adit sedikit sewot.

"Denger tuh kata Adit, kasihankan temen gue yang satu ini jadi iri. Apa lagi pelet sama susuknya udah gak berfungsi lagi" ucap Tama dengan raut wajah di buat-buat sedih dan mengelus pundak Adit prihatin.

Adit yang mendengar perkataan Tama barusan pun tak terima dan menatap marah ke arah temannya itu.

"Sialan lu Tam!" ucap Adit dengan raut wajah menahan kesal.

Setelahnya, suara tawa pun pecah seketika. Adit yang mendengar tawa teman-temannya bertambah kesal.

Dika dan Aland yang menyaksikan tingkah ajaib kedua temannya itu hanya tersenyum tipis. Tanpa sadar mata Aland menatap ke arah Dinda dan Rehan. Di sana, mereka terlihat sangat serasi. Dengan Rehan memeluk pinggang Dinda posesif dan Dinda bersandar di dada bidang Rehan, tak lupa raut wajah bahagia yang terpatri indah di wajah mereka.

"Masih mau ngerebut?" tanya Dika tiba-tiba.

Aland yang paham maksud dari perkataan Dika barusan hanya diam dan menundukkan kepala untuk beberapa detik, dia sedang berpikir tentang perasaannya sendiri.

"Sepertinya gue mau berhenti sampai di sini" balas Aland dan mengangkat kepalanya pelan.

"Bagus, pilihan yang tepat" ucap Dika dengan senyum puas. Itu jawaban yang dia tunggu dari Aland sendari dulu.

Dia tahu jika Aland menyukai Dinda, sangat jelas dari sorot mata dan gerak-geriknya. Beberapa kali dia menasehati Aland, jika perasanya salah tapi Aland masih kepala batu dan mempertahankan perasan tak terbalaskan itu.

"Hm, makasih" ucap Aland dengan tulus dan menatap ke arah Dika beberapa saat sebelum pandangannya berpindah ke arah Liska.

Di sana, sosok Liska sedikit terganggu dengan suara berisik dari teman-temannya. Terbukti dengan tangan yang mengusap telingannya beberapa kali.

"Kebiasaan dari dulu yang gak pernah berubah" batin Aland dengan senyum kecil.

Dika yang menyadari senyuman Aland pun terheran dan mengikuti arah pandang temannya itu. Mata yang tadinya terpancar rasa penasaran pun sirna dalam sekejap saat tahu apa yang di pandangi sahabatnya itu.

"Lu masih suka dia?" tanya Dika di dekat telingan Aland dan berhasil mengambil fokus Aland.

Dengan kerutan di dahinya, Aland menatap ke arah Dika. Merasa bingung dengan perkataan Dika barusan.

"Ck, gue kasih saran. Kalau lu masih suka dia buru kejar, sebelum jaraknya semakin jauh" ucap Dika sambil menatap sosok Liska berada.

Mendengar perkataan Dika barusan membuat Aland sedikit paham, tapi dia tak mengiyakan jika dirinya masih menyukai Liska.

Dengan sorot mata rumit Aland menatap ke arah Liska, yang entah kenapa tersenyum-senyum sendiri dengan layar ponselnya.

"Apakah ada yang lucu?" batin Aland dengan sorot mata heran.

Teman-teman Aland masih di sana hingga langit mulai berganti warna. Yang tadinya cerah sudah berganti gelap. Bulan pun sudah menyapa di atas sana, dengan beberapa titik-titik kecil yang menghiasi langit saat itu.

Saat ini mereka berada di ruang makan. Kondisi Aland juga sudah sedikit membaik. Hanya badannya yang masih terasa nyeri, tapi tak sesakit pagi tadi.

Mereka menyatap makanannya dengan lahapnya dan sesekali ada canda tawa yang menghiasi.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang