.07.

58.7K 7K 77
                                    

Saat ini kelas Liska sedang jam kosong, seperti kelas-kelas pada umumnya, di sana terlihat sangat gaduh dan berisik.

Liska yang di kelilingi oleh teman-teman  uniknya, mencoba tak peduli. Dia membaca buku sambil mendengarkan musih dari earphon miliknya. Meski suara teman sekelasnya masih terdengar, setidaknya tak terlalu jelas dan berisik.

Liska masih fokus ke bukunya hingga ada seseorang menendang pintu kelas dengan kasar.

'BRAK!'

Semua pasang mata menatap ke arah sang pelaku dengan heran. Di sana terlihat sosok Rehan yang memasang raut wajah marah dan geram.

Sorot matanya menatap ke sekeliling dan terhenti ke sosok Liska yang sibuk dengan bukunya.

Langkahnya penuh akan amarah, di belakangnya ada sosok Aland dan Dika. Mereka berjalan dengan tenang di belakang Rehan. Tak memedulikan tatapan heran seluruh penghuni kelas.

"Apa yang dia lakukan? Kenapa Rehan terlihat marah?" tanya seorang sisiwi kepada teman sebangkunya.

"Entah, kita lihat saja" balas teman sebangkunya dengan mengangkat bahu tak tahu.

Brak!

Suara gebrakan meja terdengar sangat keras.

Sang pemilik meja yang tadinya sibuk dengan dunianya sendiri pun merasa terkejut dan menatap ke sang pelaku dengan raut wajah heran.

Rehan menarik earphon milik Liska dengan kasar dan membuangnya ke sembarang arah.

Liska yang mendapat perlakuan seperti itu pun tak terima dan menatap nyalang ke arah Rehan. Bukannya merasa bersalah, Rehan malah semakin terpancing emosi.

"Berapa kali gue bilang, jangan ganggu pacar gue sialan!" ujar Rehan dengan raut wajah marah.

"Apa maksud lu?" tanya Liska yang masih dengan tenangnya, lebih tepatnya mencoba tenang.

"Gak usah berlagak bego Liska! Minta maaf sekarang ke pacar gue!" ucap Rehan dengan murka, bahkan urat-urat di lehernya pun terlihat dengan jelas.

"Gue bego? Elu yang gak punya otak!" ucap Liska dengan sorot mata tak suka.

Mendengar perkataan Liska barusan membuat Rehan hampir hilang kendali dan ingin bermain tangan dengan Liska tapi di cegah oleh Aland dan Dika.

"Dia cewek, jangan main kasar" ucap Dika dengan raut wajah datar. Dia sungguh tak suka melihat pria bermain tangan kepada perempuan, sesalah apa pun wanita itu dia tak menbenarkan sang pria bermain tangan.

Sedangkan Aland hanya menatap rumit ke arah Liska dan di balas dengan sorot mata dingin oleh Liska. Melihat itu membuat Aland sedikit tak nyaman.

Aland mulai berjalan mendekat ke arah Liska dan menariknya untuk bangun. Tanpa mengatakan apa pun Aland menarik tangan Liska untuk keluar dari kelas, tapi saat sampai di depan kelas tiba-tiba langkah Liska terhenti. Dengan sorot mata tajam Liska menatap Aland.

Aland membalikkan badan dan menatap datar Liksa dan di balas oleh Liska tak kalah datar.

"Jalan" ucap Aland dan menarik tangan Liska, menyuruhnya untuk kembali melangkah.

Liska masih berdiri di tempatnya dan berkata,

"Lancang!" desis Liska sambil menarik kasar tangannya dari gengaman Aland.

Mendengar perkataan Liska barusan membuat mereka semua terkejut tak terkecuali.

Bagaimana tidak? Sosok Liska tak pernah memberontak atau pun bersikap dan berkata seperti itu kepada Aland. Jika dia di maki, dirinya akan diam tanpa membantah.

Aland juga tak kalah terkejut, dirinya sedikit merasa asing dengan sosok Liska yang ada di depannya ini.

"Lu mau gue minta maaf atas apa yang gak gue lakuin? Bego atau tolol?!" ucap Liska dengan sorot mata penuh akan ke tidak sukaan.

"Liska!" bentak Rehan dari arah belakang Liska.

"Jaga nada suara lu brengsek!" ucap Liska penuh akan ancaman.

"Wanita sialan!" ucap Rehan dan berniat berjalan ke arah Liska untuk memberinya pelajaran, tapi di hentikan oleh Dika.

"Kendaliin diri lu Rey" ucap Dika dengan dingin, mendengar nada suara dingin Dika membuat Rehan sadar dan mulai mengatur emosinya.

Melihat sosok Rehan yang mencoba tenang pun membuat Dika inisiatif membuka suara.

"Dinda di kunci dalam gudang, lu pelakunya?" tanya Dika tanpa emosi.

"Bukan" balas Liska dengan datar.

"Kalau bukan elu siapa lagi?!" teriak Rehan yang kembali terpancing emosi akan jawaban Liska tadi.

"Rehan!" ucap Dika penuh akan nada peringatan.

"Ck!" decak kesal Rehan sambil memalingkan wajahnya.

"Semua masalah yang menimpa dia bukan berarti gue yang ngelakuin. Gue selama ini diem bukan berarti mengiyakan semua tuduhan yang lu timpalin ke gue," ucap Liska tanpa emosi dan menatap sengit ke arah Rehan.

"Gue selama ini diem karena malas berdebat sama elu. Cuma buang-buang waktu debat sama orang yang otaknya tinggal sebiji kurma" ucap Liska dengan nada suara penuh akan ke tidak sukaan. Rehan yang mendengar perkataan Liska pun tak terima dan mengepalkan tangannya kuat.

Liska berbalik badan dan menatap ke arah Aland dengan sengit sebelum berjalan keluar dari kelas dengan raut wajah dingin.

Liska menghentikan langkahnya di ambang pintu, tanpa membalikkan tubuh, dia berucap.

"Sendari tadi gue di dalam kelas dan gak ada waktu buat main-main sama cewek lemah modelan dia" ucap Liska dengan dingin, setelahnya kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Cih! Penipu" gumam Rehan tak percaya akan ucapan Liska barusan, dalam hatinya meremehkan ucapan Liska sendari tadi. Hingga suara beberapa siswa membuatnya ragu.

"Ah, masalah Dinda?"

"Baru kali ini gue lihat Liska angkat suara dan ngelawan mereka"

"Tapi bener sih, si Liska gak keluar dari kelas. Gue lihat dari tadi dia baca buku"

"Tahu dari mana lu? Jangan-jangan lu diem-diem merhatiin dia?"

"Gue gak sekepo itu, cuma kebetulan aja merhatiin dia"

"Masa?"

"Ck, berisik lu"

"Tapi gue suka Liska yang kayak tadi"

Ucap beberapa siswa-siswi mendiskusikan kejadian yang terjadi di depan mereka.

Mendengar perkataan beberapa siswa barusan membuat Rehan ragu dan dengan langkah lebar dia berjalan keluar dari kelas, Dika mengikutinya dari belakang. Sedangkan Aland menatap beberapa siswa tadi dengan sorot mata tajam, terutama orang yang bilang dia memperhatikan Liska sendari tadi. Entah kenapa hatinya terasa tak suka, dengan raut wajah datar dia berjalan keluar kelas.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang