.41.

36.3K 3.8K 43
                                    

Liska menatap ke arah depan dengan raut wajah rumit.

Bagaimana tidak, jadwal hari minggu yang sudah dia tata sedemikian rupa. Hancur dalam sedetik karena kehadiran seseorang yang tak di undang.

"Sayang, cepat bersiap" ucap mama Liska yang mengalihkan pandangan Liska dari sosok lelaki di depannya.

"Ck!" decak kesal Liska dan mulai berjalan ke arah kamarnya, tak lupa dia menatap sinis ke arah orang tadi sebelum berjalan menaiki anak tangga.

Pria tadi yang melihat tatapan sinis dari tunangannya hanya tersenyum kecil. Menahan geli, karena melihat raut wajah tak suka dari sang tunangan.

Sudah hampir satu minggu sikap Aland berubah kepada Liska dan itu sedikit aneh bagi Liska. Satu minggu terakhir, sikap Aland bagaikan orang yang sedang di mabuk cinta kepada Liska. Dia bersikap seperti itu tentu di rumah tak di depan publik. Ingat imagenya yang di kenal sang ketua OSIS yang berwibawa dan cool. Dia tak ingin menghancurkan image itu untuk saat ini. Tak sadar saja, sebenarnya imagenya sudah hancur.

Tak membutuhkan waktu lama, sosok Liska mulai turun dengan pakaian yang cukup membuat mamanya geleng-geleng. Liska tak berganti pakaian. Dia hanya menambahkan hoodie untuk menutupi kaosnya.

Akhir-akhir ini mama Liska sudah tak bisa menemukan sisi femini dari anak gadisnya. Tapi untunglah, anaknya itu masih bisa mengontrol diri dan mau memakai gaun saat ada acara-acara formal.

Dengan langkah pelan Liska berjalan ke arah mereka. Sesampainya di sana, Aland langsung bangun dari duduknya dan tersesenyum simpul ke arah Liska.

"Kami pamit dulu Mah" ucap Aland kepada mama Liska.

"Iya, hati-hati di jalan dan jangan pulang larut malam" ucap Mama Liska dengan raut wajah penuh ancaman.

"Siap" balas Aland dengan senyum manis, setelahnya menarik tangan Liska dengan lembut. Aland membawa Liska ke arah motornya berada. Liska yang berada di belakang Aland hanya menghela nafas lelah.

"Nih" ucap Aland sambil menyerahkan helm untuk Liska pakai.

Tanpa mengatakan apa pun Liska mengambil alih helm tadi dan memakainya. Setelahnya menaiki jok motor dengan bantuan bahu Aland.

"Udah?" tanya Aland sambil melihat sosok Liska dari kaca spion.

"Hm" balas Liska tanpa minat.

Setelah mendengar balasan Liska barusan, barulah dia menjalankan motornya.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di tempat yang di tuju.

Kali ini Aland membawa Liska ke taman kota. Taman yang menjadi tujuan beberapa remaja dan beberapa anggota keluarga untuk menghabiskan waktu libur bersama orang tersayang.

Liska menatap ke arah taman di depannya dengan sorot mata aneh. Dalam benaknya berkata, tumben dia ngajak ke taman.

Liska kira akan di bawa ke mall, karena sebelumnya juga seperti itu. Aland membawanya ke tempat-tempat berkelas dan mahal.

"Ayo" ucap Aland dengan senyum kecil dan menarik tangan Liska untuk memasuki kawasan taman.

Mereka berjalan dengan langkah pelan dan tangan yang masih bergandengan. Lebih tepatnya Aland yang menggenggam dan Liska membiarkannya saja.

"Tunggu di sini sebentar" ucap Aland dan mendudukan Liska di bangku taman dengan perlahan. Sedangkan Liska hanya bisa menurut, karena tak ingin bertanya lebih lanjut.

Setelahnya Aland mulai berjalan meninggalkan sosok Liska. Berjalan ke seberang jalan untuk membeli makanan dan minuman untuk mereka.

Liska duduk di tempatnya dengan mata terfokus ke arah depan.

Sangking fokusnya ke depan, Liska sampai tak sadar akan kehadiran seseorang di dekatnya.

Orang itu menatap wajah Liska dengan senyum geli. Dengan jahil dia meniup pipi Liska, dan tawa tanpa suara pun hadir saat melihat respons Liska. Karena tak kuasa melihat raut wajah kesak Liska dia pun menarik pipi Liska dengan gemas, hingga membuat Liska menatapnya dengan raut wajah lucu.

"Lu lucu" ucapnya dengan tawa pelan.

"Cih! Ngapain lu di sini?" tanya Liska dengan raut wajah sedikit malas.

"Jalan-jalan, eh malah ketemu elu. Apa ini di namakan jodoh?" tanya Anton dengan jahilnya.

"Kalau iya, mau gue skip aja. Bisa darah tinggi gue sama lu" ucap Liska dengan sorot mata sedikit kesal.

"Imutnya" ucap Anton dan dengan gemas mencubit kedua pipi Liska lagi. Sedangkan Liska mencoba melepaskan pipinya dari tangan Anton.

Tanpa mereka sadari, interaksi mereka di perhatikan oleh seseorang sendari tadi. Tangannya mencengkeram botol dengan sangat erat, hingga membuat botol tadi mengeluarkan isinya.

Dengan amarah yang meluap-luap dia melempar semua makanan dan minuman yang bari saja di beli ke tempat sampah setelahnya berjalan ke arah Liska dan Anton berada.

Tanpa mengatakan apa pun, dia langsung menepis tangan Anton dari pipi Liska dengan kasar. Setelahnya menarik Liska ke belakang tubuhnya. Menghalangi sosok Anton menatap Liska.

Anton dan Liska yang melihat tindakan Aland barusan, hanya mengerutkan dahi heran dan menatap Aland rumit.

"Jangan sentuh" ucap Aland penuh akan tekanan.

Tanpa menunggu balasan dari Anton, Aland sudah menarik tangan Liska untuk pergi dari sana.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang