Liska menatap gedung-gedung di luar dengan sorot mata kosong. Saat ini dia berada di salah satu ruang private restaurant cukup ternama.
Entah apa alasan dia ada di sini, yang dia tahu dirinya di paksa oleh sang Mama untuk berkencan dengan Aland. Dan di sinilah dia sekarang, di dalam ruangan yang di hias dengan dominan bunga mawar merah, menunggu sendirian orang yang sendari tadi belum datang. Padahal janjian pukul 19.00 malam tapi hingga pukul 19.26 batang hidungnya belum juga terlihat.
"Ck, buang-buang waktu gue!" ucap Liska dengan kesal.
"5 menit lagi, kalau gak dateng gue pulang" gumam Liska dengan mata yang masih manatap ke arah balik kaca dengan malas.
Waktu terus berjalan hingga sudah 5 menit Liska menunggu, tapi sosok Aland belum juga terlihat.
"Cowok gila itu, benar-benar bikin emosi!" ucap Liska dengan kesal, karena membuang waktunya dengan hal yang sia-sia. Dengan gerakan sedikit kesal, Liska bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Dengan langkah tenang dia berjalan keluar dari restaurant. Hatinya masih merasa jengkel dengan Aland. Ingin rasanya menganti otak lelaki itu dengan telur ayam, setidaknya bisa menetas dan berkembang biak.
Di depan gedung, Liska menghentikan langkahnya saat ada seseorang berdiri di depannya.
"Hai, kita ketemu lagi" ucap orang tadi dengan senyum jenaka.
Liska menatapnya dengan datar dan tak berminat.
"Mau ke mana?" tanya Anton dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
"Pulang" balas Liska dan berniat berjalan melewati Anton, tapi tak jadi saat tangan besar itu menghalangi jalannya.
Liska menatap datar tangan Anton yang terulur di depannya, pandangannya beralih menatap ke arah sang pelaku dengan malas.
"Ikut gue mau?" tawar Anton dengan senyum penuh harap.
"Boleh juga, lumayan bisa mengisi waktu sebelum pulang" batin Liska memikirkan tawaran Anton tadi.
"Kemana?" tanya Liska dengan alis terangkat sedikit. Terlihat cukup tertarik dengan tawaran Anton barusan.
"Ayo" ucap Anton tanpa membalas pertanyaan Liska. Tanpa menunggu lama Anton membawa Liska ke seberang jalan, tempat motornya terparkir.
Tak jauh dari tempat mereka, terlihat sosok lelaki dengan pakaian formal. Lelaki itu menatap datar ke arah mereka, tak lama tangan itu mulai terkepal kuat dan menatap tajam ke punggung Liska.
"Sial" desisnya dengan tangan terkepal kuat hingga urat-uratnya menonjol.
Dengan langkah lebar dia berjalan ke arah mobilnya dan mengikuti laju motor yang di tumpangi oleh Liska.
Di lain sisi.
Liska menikmati angin malam dengan senyum tipis, dirinya merasa nyaman dan sedikit bahagia di sudut hatinya.
Sedangkan Anton, di balik helm dia tersenyum senang. Entah kenapa dia sangat ingin dekat dengan Liska, seperti ada dorongan di dalam hatinya untuk mendekat ke Liska.
Sebenarnya dia sudah mengagumi sosok Liska dari dulu. Tapi dia memilih diam dan mengamatinya dari jarak aman. Hingga ada masa dia mempunyai kesempatan untuk dekat dengan wanita yang dia kagumi ini. Bukankah ini keberuntungan untuknya?.
Malam ini adalah malam yang sangat berarti bagi Anton. Bahkan dia sudah merangkai apa saja yang akan dia lewati bersama Liska.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di taman kota. Taman ini berbeda dari taman yang lain. Di sini terlihat seperti pasar malam, karena banyaknya makanan kaki lima yang di perjual belikan, dan jangan lupakan beberapa penjual mainan anak-anak. Suasana ramai memeriahkan lingkungan taman itu.
Liska turun dari motor dan menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah rumit. Tapi sorot matanya memancarkan minat yang sangat besar.
"Kenapa? Gak suka di sini?" tanya Anton dengan resah.
"Bukan," ucap Liska tergantung sambil menatap ke sekelilingnya dan terhenti menatap Anton dengan raut wajah datar.
"Tapi gue salah kostum" ucap Liska apa adanya. Karena baju yang dia pakai cukup formal, dengan dress tanpa lengan di bawah lutut 2 cm.
Mendengar perkataan Liska barusan membuat Anton sadar. Dengan senyum lembut dia melepaskan jaketnya dan meletakkan di pundak Liska.
"Pakai aja dulu" ucap Anton dengan senyum manis. Setelah itu mulai menarik tangan Liska memasuki area taman.
Malam ini benar-benar akan mereka habiskan dengan canda tawa dan kebahagiaan.
Liska yang melihat keantusiasan Anton, juga bisa merasakannya. Rasanya dia benar-benar bahagia di sini. Perasaannya malam saat ini terasa lebih bersemangat, entah apa alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...