Setelah kejadian di taman belakang tadi, Liska melarikan diri ke arah kelasnya. Dia merasa tindakan Aland tadi tak bagus untuk kedepannya. Petanda hidupnya tak akan mudah jika masih ada Aland di dekatnya.
Liska berjalan dengan langkah pelan, sambil mengatur nafas. Mata itu tertutup lelah, hingga tanpa di sengaja atau di sengaja seseorang menyenggol bahunya dengan keras, membuatnya terjatuh di atas lantai dengan cukup mengenaskan.
"Kalau jalan mata di pakai, lu kira elu punya mata batin? Sok-sokan tutup mata sambil jalan" ucap sang pelaku dengan nada suara tak santai.
Liska mendongak dan menatap sang pelaku dengan raut wajah rumit.
"Wajahnya tak asing, tapi di mana?" batin Liska dengan raut wajah berpikir. Dia merasa mengenali orang di depannya ini, tapi dia lupa di mana dia pernah melihatnya.
Liska kembali memejamkan matanya, mencoba mengingat siapa sosok di depannya ini, hingga sebuah memori terlintas di otaknya.
"Derana" batin Liska sambil menatap ke arah Derana dengan datar.
"Apa? Punya dendam lu sama gue?!" tanya Derana dengan nada suara tak santai. Dengan raut wajah nyolot Derana menatap sosok di bawahnya.
Liska mulai bangkit dari jatuhnya dan menatap Derana dengan raut wajah tanpa emosi.
"Berurusan sama orang gila gak akan habis, buang-buang waktu" ucap Liska sambil membersihkan telapak tangan serta pundak yang tadi bersentuhan dengan Derana. Dia membersihkannya seperti membersihkan kotoran yang menempel.
Melihat tindakan Liska barusan membuat amarah Derana meluap. Dengan kasar dia mendorong pundak Liska.
"Cari masalah lu sama gue?!" ucap Derana dengan kesal bercampur geram.
Dan di balas oleh Liska dengan santai. Dia sudah sepakat, semua orang yang menganggu sosok Liska dulu masuk ke daftar hitamnya. Memang dia tak ada niatan untuk balas dendam, tapi dia tak akan tinggal diam jika mereka mencari gara-gara dengannya. Ingat pepatah, orang diam amarahnya cukup menyeramkan? Dia akan diam selagi mereka diam dan dia akan bertindak jika mereka mencari gara-gara.
Liska menatap rendah Derana dan itu berhasil memancing emosi lawan bicara Liska.
"Jangan natap gue!" ucap Derana sambil mendorong dahi Liska cukup kencang membuatnya terdorong ke belakang sedikit.
Liska yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tersenyum sinis dan menyingkirkan tangan Derana dari tempatnya, setelahnya mengusap dahinya dengan kasar. Membersihkan sisa-sisa bakteri yang menempel? Mungkin saja.
"Jangan sentuh-sentuh gue, tangan lu banyak bakteri antagonis" ucap Liska dengan santai.
"Sialan lu!" marah Derana dan bersiap menampar Liska, Liska pun sudah siap. Siap untuk menerima tamparan itu, setelahnya dia balas 2 kali lipat. Tapi pergerakan tangan Derana di hentikan oleh seseorang di belakangnya.
Derana menatap ke arah orang tadi dengan sorot mata marah. Tapi sorot matanya berganti dalam sekejap, saat mengetahui siapa pelakunya.
"Eh, Anton?" ucap Derana dengan senyum kikuk.
Dalam benaknya bertanya-tanya, ada urusan apa Anton? Tumben sekali ikut campur urusan orang lain.
Beberapa siswa juga menatap bingung ke arah Anton. Siapa sih yang tak mengenal sosok Anton? Ketua basket SMK Merdeka. Salah satu orang yang berhasil mengharumkan nama sekolah ini. Anak kesayangan semua guru dengan semua prestasinya dan jangan lupakan satu hal, dia saingan terberat sosok Aland sang ketua OSIS di SMK Merdeka.
Sendari dulu, Anton tak pernah ingin ikut campur dalam urusan orang lain. Karena baginya itu membung-buang waktu dan sesuatu hal yang merugikan untuknya.
"Jangan main tangan" ucap Anton dengan datar dan nada suara tersirat penuh tekanan, berbeda sekali dengan sikapnya yang selama ini dia tunjukkan. Sosok yang ramah dan penuh akan aura positif.
Anton di depan Derana saat ini tak ada ramah-ramahnya, dengan aura penuh akan ancaman dan sorot mata penuh akan peringatan.
"Bukan urusan lu kali, lagi pula tumben-tumbenan lu ikut campur urusan orang lain. Ada hubungan apa lu sama dia?" ucap Derana dengan raut wajah tak suka.
"Bukan urusan lu, gue punya hubungan apa sama dia atau sama orang lain. Satu yang harus lu tahu, lu cari masalah sama Liska maka lu berurusan sama gue Derana" ucap Anton sambil menatap Derana dengan datar.
Setelah mengatakan itu, Anton menarik tangan Liska dan mengantarkannya ke arah kelas Liska berada.
Semua siswa yang menonton pertengkaran Derana dan Liska tadi menatap ke punggung Anton dengan tanda tanya besar. Hingga mereka menyimpulkan satu hal, Liska dan Anton mempunyai hubungan. Gosip itu pun menyebar dengan sangat pesat dari mulut ke mulut.
Sedangkan Derana menahan rasa kesalnya, karena gagal untuk merundung Liska kali ini. Dengan kesal dia meninggalkan tempatnya berdiri.
~~~~♡♡♡~~~~
Sesuai janji di bab sebelumnya, satu bab lagi untuk hari ini. Terima kasih semuanya, semoga hari ini menyenangkan☺.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...