3. Kenyataan

80.1K 7.4K 67
                                    

Di sini Fia kita panggil Liska oke? Terima kasih sebelumnya, untuk kalian yang mau mendukung karyaku. Ku beri hati banyak-banyak❤❤❤❤❤.

Selamat membaca. 😉😄😄

           ▪︎▪︎■■□□■■▪︎▪︎

Liska menatap ke arah luar jendela dengan raut wajah tanpa tenang.

Dia sudah sedikit menerima kenyataan bahwa dirinya menempati sosok Liska Pramunia. Sosok gadis ceria dengan sejuta pesona.

Tapi ada satu yang tak dia sukai, tubuh yang dia tempati saat ini sungguh baik atau bodoh? Karena di dalam novel dia di jadikan kambing hitam untuk kepentingan cerita. Selalu menjadi pihak yang di rugikan, tapi dia diam saja dan menerimanya dengan lapang dada.

Oke kita ceritakan sedikit tentang sosok Liska di dalam novel.

Dalam alur novel di ceritakan sosok Liska adalah anak yang cukup populer di lingkungannya. Dengan sikap ceria dan ramah membuatnya banyak di sukai orang lain.

Liska bukanlah anak dari korban broken home, dia cukup mendapatkan kasih sayang dari Mamanya. Yah, hanya sang Mama karena Papanya sudah tiada saat dia umur 12 tahun. Setelah kepergian sang Papa, Liska menjadi sosok anak yang cukup mandiri dan dewasa karena tak mau menyusahkan Mamanya.

Di dalam alur novel Liska menjadi kambing hitam di awal cerita, hingga sesuatu menimpanya. Kejadian itu membuatnya trauma dan takut akan lingkungan luar. Dia hampir di lecehkan oleh preman saat pulang sekolah.

Setelah kejadian itu, Liska memutuskan mengurung diri dan namanya tak pernah disinggung lagi dalam alur novel.

"Huh" helaan nafas pelan dari Liska dengan raut wajah kusut, saat mengingat alur novel itu.

Sosok Liska yang tak tahu apa-apa harus menerima hukuman yang tak pernah dia lakukan. Sosoknya di benci dan di jauhi oleh teman sekolahnya. Di jadikan antagonis di hidup mereka.

Liska menatap ke arah jendela dengan raut wajah rumit.

"Kata Yara, Liska terjatuh di tangga rumahnya dan sudah 3 hari dia tak berangkat sekolah. Berarti alur novel sudah di mulai dan sosok Liska sudah di anggap antagonis di lingkungan sekolah" ucap Liska sambil menerawang ke arah depan dengan raut wajah tanpa emosi.

"Merepotkan sekali" gumam Liska dengan mata menutup malas.

Beberapa saat dia diam, dengan pikiran yang kosong. Tak lama mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan menatap datar ke arah depan.

"Ayo menjauhi mereka dan mencari aman" ucap Liksa dengan malas dan sorot mata tanpa minat.

"Apa aku perlu pindah sekolah?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

"Tapi aku bukanlah gadis pengecut, tetapi itu ide yang tak buruk" ucapnya dengan senyum penuh makna.

"Baiklah, mari pindah dan menjauh dari pemeran novel" putus Liska dengan senyum senang.

Sore harinya.

Saat ini Liska sedang menikmati waktu santainya dengan tidur. Entah kenapa dia merasa tubuh yang dia tempati saat ini mudah sekali lelah, berbeda dengan tubuhnya yang dulu. Apa mungkin efek karena tubuhnya kurang sehat?.

Dalam kesunyian tanpa di sadar ada seseorang memasuki ruang inapnya.

Orang tadi menatap ke arah brankar dengan raut wajah datar dan tak berminat.

"Menyusahkan" ucapnya dengan lirih dan sorot mata tak berminat.

Dengan langkah malas lelaki tadi berjalan ke arah sofa dan menidurkan tubuhnya di sana tanpa beban.

♤♧♤

Dua jam telah berlalu dan mereka masih sibuk dengan alam bawah sadar masing-masing.

Hingga salah satu di antara mereka ada yang membuka mata dan menatap ke sekelilingnya. Raut wajah heran terpancar di wajahnya saat melihat seseorang yang cukup asing baginya. Perlahan dia mendudukkan diri dan mata masih menatap ke arah lelaki tadi berada.

"Siapa itu?" gumam Liska sambil menatap sosok itu dengan raut wajah heran.

Dalam diam Liska menatap orang itu dan mencoba mencari tahu dari wajahnya.

"Akh, sial. Aku tak bisa melihat wajahnya karena tangan sialan itu!" gumam Liska dengan raut wajah menahan kesal.

Tak lama lelaki tadi mulai menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Dengan datar Liksa menatap sosoknya.

Beberapa detik mereka saling beradu pandang hingga sang lelaki tadi memutuskan kontak mata di antara mereka.

"Nyusahin lu jadi cewek" ucapnya sambil menatap malas ke arah Liska.

Mendengar perkataan lelaki tadi, membuat Liska menatapnya tak suka.

"Siapa?" tanya Liska tanpa emosi.

"Cih! Gak usah drama, gak cocok" balas lelaki tadi dengan sorot mata sinis.

Mendengar jawaban seperti tadi membuat Liska diam dan menatap lamat lawan bicaranya, hingga dia menemukan jawaban dari pertanyaanya.

"Tenyata dia, Aland Dirgantara tokoh tritagonis di dalam novel. Walau dia tokoh tritagonis tapi sikapnya tak ada baik-baiknya kepada Liska. Karena satu alasan, dia juga membenci sosok Liska karena fitnah yang berterbangan. Liska yang membully tambatan hatinya, siapa lagi kalau bukan si tokoh utama" batin Liska sambil menatap ke arah Aland dengan raut wajah tanpa emosi.

"Ck! Buang-buang waktu gue" ucap Aland dengan sorot mata malas, dengan gerakan santai dia mulai bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruang inap Liska tanpa mengucapkan perpisahan.

"Cowok aneh" gumam Liska sambil menatap malas punggung Aland.

••●●●••

Sudah tiga hari Liska di rawat di rumah sakit. Selama masa rawat inapnya, hanya ada Yara dan Rangga yang menemani.

Dia tak merasa sakit hati karena sosok Mama yang tak menjenguk. Sebab Liska sudah tau, Mamanya sangat sibuk dengan urusan pekerjaan. Walau tak bisa menjenguk, sang Mama selalu mengabarinya lewat telepon atau video call.

Hari ini Liska sudah di perbolehkan pulang, ada rasa senang di hatinya. Setelah sekian lama di rumah sakit, akhirnya dia bisa menghirup udara segar di luar sana.

Liska pulang di jemput oleh pembantu rumah dan sang sopir. Tapi saat menunggu dalam diam, bukannya sang pembantu yang muncul melainkan sosok Aland yang menatap ke arahnya dengan datar.

"Cepet, gue sibuk" ucap Aland tanpa emosi dan pergi meninggalkan Liska begitu saja.

"Hah?" bingung Liska. Otaknya masih ngeblang, karena mendapati sosok Aland di depannya.

"Buru atau gue tinggal" ucap Aland di depan ruang inap Liska.

"Di mana pembantu gue?" tanya Liska tanpa minat.

"Rumah, kalau bukan karena di paksa nyokap, gak bakal sudi gue jemput elu" balas Aland dengan sorot mata sinis. Dan mulai berjalan menjauh tak memedulikan sosok Liska.

Liska yang di tinggal pun mulai berjalan mengikuti Aland. Dari pada dia tak jadi pulang hari ini, mending ikut dia bukan?.

Di perjalanan hanya di isi oleh kekosongan. Hingga sampailah Liska di depan rumahnya.

Setelah Liska turun dari mobil Aland, tanpa mengatakan apa pun dia langsung meninggalkan kawasan rumah keluarga Liska begitu saja.

"Ck! Cowok aneh" gumam Liska dengan raut wajah malas.

Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang