Liska sudah menganti pakaiannya dengan baju tidur, dengan langkah pelan dia berjalan ke arah kasur dan merebahkan dirinya. Perlahan mata itu mulai tertutup dan dirinya mulai menyelami alam bawah sadar.
'Ini saatnya kau tahu Fia' ucap seseorang di balik jendela kamar Liska. Setelahnya sosok itu hilang, meninggalkan segerombolan hewan kecil bercahaya.
Di alam bawah sadar Liska.
Dengan kerutan di dahinya 'Liska' menatap ke sekeliling dengan raut wajah rumit.
"Di mana ini?" gumam 'Liska' dengan raut wajah heran. Karena di sekelilingnya hanya ada warna putih. Tak ada tanda-tanda kehidupan atau pun pintu untuk keluar dari sini.
Dengan raut wajah heran 'Liska' menatap ke sekelilingnya, hingga warna putih itu mulai melarut dan di gantikan warna-warna yang lainnya. Hingga dirinya dengan jelas melihat di mana dia sekarang.
Ruangan cukup besar dengan beberapa sofa dan satu TV di tengah, dan jangan lupakan karpet di bawah sana.
Dirinya juga bisa melihat ada sekitar 5 remaja sedang bersantai ria dan dia tahu siapa mereka. Mereka adalah Aland dan teman-temannya, yang membedakan kelima remaja ini lebih muda dari orang yang 'Liska' temui di sekolah.
Mereka berlima saling bercengkeraman dan berbincang dengan hangat, sebelum pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang gadis yang amat ia kenali.
"Liska, sini duduk samping gue" ucap Tama sambil melambaikan tangannya ke arah Liska.
"Gak, aku mau duduk di samping Rehan" ucap Liska dengan raut wajah sombong.
"Dih! Sombong amat lu, awas aja gak gue traktir roti lu" ucap Tama dengan raut wajah kesal.
"Ya udah, nanti bisa minta Dika" ucapnya dengan senyum pongkah.
"Bener-bener ya lu!" ucap Tama dan mulai bangkit dari duduknya. Dengan gerakan cepat Tama berlari ke arah Liska dan berniat menyerangnya.
Mendapat tanda bahaya, dengan buru-buru Liska berlindung di balik tubuh Aland, mencari aman. Karena sosok Aland yang paling di takuti di sini.
Mereka terlihat begitu akrab dan dekat. Bahkan canda tawa selalu hadir di tengah-tengah mereka.
'Liska' masih sibuk mengamati interaksi mereka dalam diam, hingga tubuhnya mulai melebur dan berpindah tempat.
Di sinilah dia sekarang, di rumah pohon. Entah rumah pohon siapa ini.
Di bawah pohon yang cukup rimbun dapat ia lihat sosok perempuan dengan raut wajah sedih. Tanpa di sadar air mata gadis tadi mulai luruh, membasahi pipinya.
"Kok mereka jahat sih, masa lupain aku gara-gara gadis itu" ucapnya dengan air mata yang masih mengalir.
"Kan jadi nangis" ucapnya sambil mengusap air matanya dengan kasar.
Di belakang sosok gadis itu terlihat seorang lelaki remaja menatap ke arahnya dengan sorot mata kesedihan. Dengan langkah pelan lelaki tadi mulai mendekat.
"Hey" sapanya dan duduk di samping gadis itu.
Mendengar suara seseorang yang dia kenal menyapanya, membuatnya mengalihkan pandangan ke sumber suara.
"Dika?" gumam Liska dengan raut wajah tak percaya.
"Kenapa hm? Kok di sini sendiri? Gak ikut gabung?" tanya Dika dengan lembut dan menatap sosok di depannya dengan penuh kasih sayang.
"Gak! Kalian jahat, kenapa kalian berubah gara-gara gadis itu?!" ucapnya dengan nada suara marah bercampur kesal.
"Siapa yang berubah? Kami masih sama Liska" ucap Dika memberi pengertian.
"Enggak, kalian berubah. Kalian udah gak peduli sama aku" ucap Liska dengan air mata yang mulai luruh.
"Siapa bilang? Kami masih peduli sama kamu, dasar cengeng" ucap Dika sambil mengusap gemas rambut Liska.
"Jangan di berantakin! Nanti sulit di rapihin!" ucap Liska dengan kesal dan menatap Dika dengan raut wajah di tekuk.
"Iya-iya" balas Dika dengan senyum simpul dan tangan sibuk membenarkan posisi rambut Liska. Tanpa di duga Liska memeluk tubuh Dika dengan sangar erat.
"Dika janji jangan berubah ya, Liska takut" ucap Liska di dalam pelukan Dika.
"Iya janji" balas Dika sambil membalas pelukan Liska.
Wajah 'Liska' bertambah datar saat melihat kejadian di depannya, dia menatap benci kepada Dika dan tangannya terkepal sangat kuat. Dalam benaknya berkata, dia membohongimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...