Pulang sekolah, Liska berjalan di koridor dengan langkah pelan.
Matanya menatap ke sekelilingnya tanpa emosi, hingga sampailah dia di dekat parkiran.
"Ck, mana dia?" gumam Liska sambil menatap ke sekelilingnya. Tak menemukan sosok yang dia cari membuat Liska mau tak mau harus menelefon orang itu.
Baru saja dia mengambil ponselnya dari dalam tas, ponsel itu sudah berpindah ke atas tanah dengan mengenaskan, karena seseorang dengan sengaja melempar ponselnya.
Liska menatap ponselnya dengan raut wajah terkejut, setelahnya beralih ke sang pelaku.
"Maksud lu apa hah?!" bentak Liska dengan sorot mata dingin dan raut wajah datar.
"Gak sengaja" balas Dinda dengan nada suara tenang dan senyum tipis yang penuh akan misteri.
"Ah, gak sengaja?" tanya Liska dengan senyum sinis.
Bruk!
Secara sengaja Liska mendorong Dinda hingga jatuh di atas tanah.
"Sorry, gue juga gak sengaja" balas Liska dengan senyum remeh. Dia kesal, karena sudah dua kali ponselnya terjatuh hari ini.
Dinda yang perlakukan seperti itu pun tak terima, dengan sengaja dia menarik kaki Liska kasar, hingga membuat sosok itu terjatuh membentur tanah dengan cukup kencang. Bahkan ada beberapa anggota tubuhnya yang lecet, sangking kerasnya terjatuh.
"Sorry" ucap Dinda dengan senyum penuh makna dan bangkit dari jatuhnya. Dia menatap Liska dengan senyum puas.
Liska masih berdiam diri di tempat, badannya terasa sakit. Apalagi dia terjatuh di permukaan yang tak rata.
"Jangan cari gara-gara sama gue Dinda!" geram Liska dengan tangan terkepal erat.
"Sorry," balas Dinda dengan raut wajah pura-pura bersalah.
"Itu balasan buat tadi, karena kamu buat tangan teman aku merah" ucap Dinda dengan raut wajah sombong. Merasa berbangga diri karena berhasil membalas perbuatan Liska kepada temannya.
Liska diam sambil memperhatikan tangan dan lututnya yang lecet karena jatuh. Selang beberapa menit dia menatap tajam ke arah Dinda.
"Balasan? Lu bilang balasan?!" geram Liska sambil menatap dingin ke arah Dinda.
Dengan gerakan penuh intimidasi Liska bangun dari jatuhnya dan menatap Dinda dengan tajam.
"Lu bego atau pura-pura bego? Atau selama ini lu pura-pura lemah, biar semua orang kasihan?!" ucap Liska sambil mendorong bahu Dinda cukup keras, hingga membuat Dinda kembali terjatuh di atas tanah.
"Lu-" perkataan Liska terpotong oleh suara seseorang.
"Liska!" Teriak seorang lelaki dengan raut wajah marah dan tangan terkepal kuat.
Mendengar teriakan tadi membuat mereka berdua secara refleks menatap ke sumbar suara.
"Ini rencananya?" batin Liska dengan remeh.
Di sana terlihat sekitar enam orang berdiri tak jauh dari mereka. Ke enam orang itu menatap ke arahnya dengan sorot mata yang berbeda-beda. Sorot mata mencemooh, datar, marah, dan remeh.
Salah satu di antara mereka mulai berjalan ke arah Liska dengan raut wajah menahan marah.
Bruk!
Dengan kasar lelaki tadi mendorong Liska, membuat sosok itu terjatuh lagi ke atas tanah dengan kerasnya.
"Berapa kali gue bilang, jangan ganggu pacar gue lagi sialan!" desisnya sambil menatap tajam ke arah Liska.
Sedangkan Liska yang di tatapan hanya fokus ke rasa sakit yang lagi-lagi di terima tubuh ini.
"Sial!" desis Liska sambil menutup matanya. Untuk menekan rasa perih yang dia dapat.
"Bisu lu hah!" bentaknya dengan dada naik turun, menahan gelora marah di dalam dadanya.
"Gue gak ganggu pacar lu bego!" bentak Liska balik dengan sorot mata penuh akan amarah.
Mendengar makian dan nada tinggi dari Liska membuat beberapa dari mereka terkejut dan menatap Liska dengan raut wajah tak percaya.
"Hehehe, selain sikap lu yang jadi murahan, lu juga jadi cewek kasar ya sekarang Lis? Gak nyangka gue, Liska yang gue kenal udah bener-bener berubah" ucap Rehan dengan sorot mata kecewa.
Mendengar perkataan Rehan barusan membuat Liska menunduk dalam dan bergumang,
"Tahu apa lu tentang gue?" gumam Liska dengan tangan terkepal kuat, menahan rasa amarahnya.
"Tahu apa lu tentang gue Rehan?!" teriak Liska dengan sorot mata penuh akan amarah dan kebencian.
Liska mulai bangkit dan menatap berani ke arah Rehan.
"Lu bilang gue berubah? Tahu apa lu tentang gue? Kita gak sedeket itu, jangan sok tahu lu" ucap Liska sambil mendorong pundak Rehan dengan kasar, setelahnya berbalik dan berjalan mengambil ponselnya, tak memedulikan tatapan beberapa orang untuknya.
Dengan langkah cepat Liska meninggalkan parkiran dengan raut wajah marah dan tangan terkepal erat. Matanya menyorot dengan tajamnya, serta aura tak bersahabat yang Liska keluarkan.
"Segitu gak berartinya pertemanan kita dulu bagi lu Lis?" gumam Rehan sambil menatap kecewa ke sosok Liska.
Mereka yang di sana sama-sama diam, hingga salah satu dari mereka menyadari keganjilan yang ada.
"Kenapa Liska bisa luka? Dan kenapa ponselnya terlempat jauh? Seperti di lempar seseorang? Dan di sini seperti Liska yang di bully bukan Dinda" batin seseorang sambil menerawang ke arah depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Novel (Sudah DiTerbitkan)
FantasyKeajaiban? Banyak orang yang tak mempercayainya sebelum merasakannya sendiri. Mungkin itu yang di rasakan oleh Fia, gadis biasa yang tak mempercayai apa itu keajaiban dan dunia lain selain dunia yang dia tepati saat ini. Hingga sesuatu yang tak mas...