Kedua gadis itu berjalan pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba Kae menghentikan langkahnya.
"Chia, lo suka sama Kal?" tanya Kae membuat Chia menghentikan langkahnya.
"Menurut gue, lo yang egois bukan gue." tambah Kae.
Chia memutar badannya menghadap Kae. "Maksud lo?"
"Kenapa lo gak jujur sama Kal?" tanya Kae.
"Jujur tentang apa? Gue gak tau maksud lo." ucap Chia heran.
"Lo suka sama dua cowok sekaligus. Lo gak ngertiin perasaan Kal kalo dia tau lo udah punya pacar?"
"Lo harus pilih, mutusin Kak Awan atau mutusin perasaan lo ke Kal." tambah Kae.
Chia terdiam beberapa detik. "Gue gak paham maksud lo,"
"Gue sahabat lo sejak sd dan gue tau tentang rahasia lo, meskipun lo gak cerita sama gue. I really know."
Chia hanya memasang wajah tidak tahu apa-apa dan membuat Kae gemas dengannya.
"Sekali lagi lo pahami perasaan mereka dan lo harus pilih, mutusin Kak Awan atau mutusin perasaan lo ke Kal."
Chia menelan salivanya lalu terdiam, Kae menepuk pelan bahu Chia dan berlalu meninggalkannya.
"Kok lo bisa tau? Apa dia memasang kamera di tubuh gue?" tanya Chia sambil memeriksa apakah ada sebuah kamera kecil yang menempel di tubuhnya.
Setelah memikirkannya dengan matang, ia bersiap-siap dan bergegas pergi dari rumahnya. Setelah sampai di rumah sakit, ia melangkah penuh keraguan sambil memainkan jemarinya. Setibanya di depan pintu, ia mengangkat tangannya secara perlahan. Ia sangat canggung dan gemas pada dirinya, beberapa detik kemudian barulah ia mengetuk pintu tersebut.
Hening, tak ada jawaban. Chia terus mengetuk pintu berkali-kali.
"Siapa ya?" tanya seseorang di belakangnya, Chia terkejut saat mendengar suara itu dan perlahan memutar tubuhnya.
Itu adalah Cale. Chia terdiam beberapa detik, jantung berdegup kencang dengan perasaan bahagia saat melihat wajah laki-laki itu.
"Kamu.., gadis yang waktu itu jenguk saya?" tanya Cale memastikan, Chia mengangguk pelan sebagai jawaban.
Cale tersenyum tipis, senyumannya membuat Chia berdebar-debar.
"Emm, ada keperluan apa ya?" tanya Cale canggung.
"Gue, mau bicara sesuatu sama lo." jawab Chia.
Cale mengangguk-ngangguk, "Masuk aja, bicaranya di dalam."
Chia mengangguk sebagai jawaban dan berjalan mengikuti Cale dari belakang. Ruangan itu penuh dengan foto keluarga dan teman-temannya, Chia tersenyum tipis saat melihat itu.
"Orang tua lo udah jenguk lo?" tanya Chia.
"Udah, mereka lagi keluar buat beli snack." jawab Cale sambil menatap Chia.
"Silahkan duduk," ucap Cale sopan, Chia mengangguk dan duduk disebelah laki-laki itu.
"Emm, sekarang apa kesehatan lo sudah ada kemajuan?" tanya Chia.
"Fraktur sudah lumayan membaik, untuk amnesia saya masih berusaha sampai sekarang."
"Lo gak tau siapa gue?" tanya Chia, Cale menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Gue kesini, cuman mau bilang—" ucap Chia tanpa menatap Cale.
Chia terdiam dan menahan air mata yang sudah ia bendung, Cale menatap keheranan ketika gadis itu mengusap kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictieAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...