[16] Dihukum Bersihin Wc

20 13 5
                                    

"Rey, lo udah gak deket lagi sama Astha?" bisik Kae, saat Bu Erina menjelaskan mata pelajaran Biologi.
  
"Dia bukan siapa-siapa gue, lo jangan bahas dia," jawab Agreya sambil menulis.
  
"Gue suka teringat saat dia ngungkapin perasaannya," ucap Kae sambil memainkan pensil miliknya.
  
Agreya terdiam beberapa detik. "Lo masih suka sama Astha? Dia bukan cowok baik buat lo,"
  
"Gue tau, mungkin suatu saat nanti, dia bakal berubah,"
  
"Lo jangan berharap besar ke Astha, lebih baik lo cari yang baru." protes Agreya sambil menatap Kae.
  
"Gue yakin dia bakal berubah," kekeh Kae.
  
"Serah lo, coba lo tanya lagi perasaan Astha sama lo, biar dia lupa sama gue." ucap Agreya sambil menyatat kembali.
  
"Lo gak suka sama Astha?" tanya Kae, menatap Agreya yang sedang asik menulis.
  
"Gak," jawab Agreya singkat.
  
Kae terdiam beberapa menit,
  
"Kae, ikut gue, yuk?" ajak Adhyastha, sambil menarik tangan kanan gadis itu.
  
Kae hanya bisa pasrah, ia tidak tahu akan dibawa kemana. Setibanya di lorong, Adhyastha tersenyum menatap gadis di hadapannya. Tiba-tiba jantung Kae berdegup kencang.
  
"Gue suka sama lo, lo cantik," ungkap Adhyastha sambil menggenggam kedua tangan Kae.
  
Kae benar-benar terkejut dengan ucapan tersebut, ia terdiam beberapa detik membuat Adhyastha keheranan.
  
"Kae?" tanya Adhyastha heran.
  
Kae menatap lekat laki-laki itu, "bukannya lo udah pacaran sama Reya?"
  
Adhyastha tersenyum tipis, "gue gak pacaran sama Reya, itu hanya salah paham."
  
Lagi-lagi Kae terdiam.
  
"Lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Adhyastha, Kae hanya menatap laki-laki itu.
  
"Lo bisa jawabnya kapan aja, yang penting gue udah ngungkapin perasaan gue sama lo, kalo ada apa-apa lo bisa tanya gue. Gak usah malu, gak usah canggung, gue bakal selalu ada buat lo." tambah Adhyastha, tersenyum manis.
  
"Gue ke kelas dulu, bye." lanjut Adhyastha sambil menepuk pelan bahu Kae.
  
Kae dibuat bungkam oleh tingkah Adhyastha, ia juga sudah sejak lama menyimpan perasaan nya. Kae sadar diri tipe Adhyastha bukan Kae melainkan Agreya, setelah mendengar perkataan Adhyastha—Kae percaya bahwa ia termasuk tipenya Adhyastha.
  
Kae terus saja tersenyum-senyum sedari tadi, Kae sudah berkali-kali dipanggil oleh Agreya. Namun, sepertinya Kae sudah terlena dengan kejadian saat Adhyastha mengutarakan perasaannya.
  
"Kae!" jerit Agreya menjadi-jadi, membuat Kae terkejut bukan main.
  
Untungnya Bu Erina tidak menyadari tingkah Kae, sampai pembelajaran selesai. Kini waktunya istirahat, Chia dan Yara ikut menyaksikan tingkah aneh temannya itu.
   
"Udah beres?" tanya Kae dengan wajah polosnya.
   
Ketiganya mendelik ke arah lain dengan kesal, Kae sudah membuat temannya murka.
  
"Lo ngelamunin apaan sih?!" tanya Chia greget.
  
Kae menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Astha."
  
"Emang Astha suka sama lo? Gak mungkin sih, Astha suka sama lo. Tipe dia kan yang cantik." kata Chia, yang dibalas tatapan tajam dari Agreya.
  
Kae terdiam beberapa detik, "Astha yang bilang gue cantik, Chi."
  
"Yakin? Gak mungkin, lo lagi halu kali." ejek Chia tak percaya.
  
"Lo tanya aja sama Astha nya," ucap Kae dengan pede.
  
"Serius?" timpal Yara, dibalas anggukkan dari Kae.
  
"Bisa gak sih, gak bahas Astha?" protes Agreya kesal.
  
"Lo cemburu ya?" ejek Chia sambil menunjuk ke arah Agreya.
  
Agreya bergidik ngeri mendengar nya, "asal lo tau ya, Astha playboy. Bisa-bisanya dia ngajak pacaran Kae trus dia minta gue komitmen, cowok sinting gak sih? Ceweknya bukan kita berdua aja, kelas sebelah juga jadi korban Astha, mereka sendiri yang cerita sama Kae." ungkap Agreya, jelas ia sangat kesal.
  
Chia dan Yara sudah dibuat diam oleh ucapan Agreya.
  
"Beneran?" tanya Chia dan Yara serentak.
  
"Astha mainin perasaan kalian berdua?" tanya Yara ikut kesal, "gue samperin dia, gue mau baku hantam sama Astha, kalian tunggu disini!"
  
Yara langsung pergi dari tempat itu.
  
"Yara, jangan!!" jerit ketiganya serentak, sambil menatap punggung gadis itu yang perlahan menghilang.
  
Mereka hanya menarik nafas dalam-dalam.
  
"Tadi Astha kenapa ya berantem sama Raldi? Ditambah Raldi bawa pisau lagi, lo tau gak kenapa?" tanya Chia sambil menatap Agreya.
  
"Gue gak tau," jawab Agreya sedikit kesal.
  
"Lo kan duduk depan Astha, pasti kedenger lah mereka ngomong apaan."
  
"Gue gak denger apa-apa, gue lagi fokus belajar."
  
"Kae?" tanya Chia, mungkin aja Kae tau.
  
"Kalau gak salah, Raldi bilang nama Kal. Suaranya kurang jelas, gue gak tau apa sebab nya." jawab Kae yang dibalas tatapan sinis dari Chia.
  
"Bahas yang lain aja," timpal Agreya.

--<✿>--

Behram mengibas-ngibas rambutnya dengan kasar, ia tidak percaya dengan pengakuan Raldi. Rasanya sangat mustahil, Raldi dan Cale sudah bersahabat sejak SD.
  
Adhyastha dan Raldi di hukum untuk membersihkan toilet wanita dan laki-laki selama satu bulan, ditambah Raldi mendapatkan Surat Peringatan (SP).
  
Adhyastha dan Raldi sudah melanggar tata tertib sekolah, apalagi Raldi menggunakan senjata di sekolah. Untuk saat ini sekolah akan mengadakan rajia sebelum murid masuk sekolah, untuk keamanan bersama. Ditakutkan ada siswa yang membawa senjata lain, dan menggunakan senjata tersebut untuk melukai siswa yang lainnya.
  
Kedua bujang itu tengah sibuk bersih-bersih dengan suasana yang begitu hening, Behram tiba-tiba bersandar didinding lalu berdeham membuat mereka terkejut bukan main. Namun, tidak ada satupun yang melirik ke arahnya.
  
Behram kesal, lalu menendang ember yang berisi air. Adhyastha melompat kecil karena genangan air itu mengarah ke arahnya.
  
"Nio!" raung Adhyastha murka, Behram tersenyum tipis. "Apa lo senyum-senyum?!"
  
"Gak sengaja," ucap Behram tak bersalah, Adhyastha menghembus nafas pelan-pelan dan melanjutkan pekerjaannya.
  
"Sama toilet cewek? Kelas sepuluh aja atau sama kelas sebelas?" tanya Behram.
  
"Dua-duanya," jawab Raldi.
  
Behram mengangguk-angguk, "hati-hati loh.."
  
"Kenapa?!" tanya Adhyastha ketus.
  
"Ada kunti, tar makan kalian berdua." kelakar Behram sambil ketawa.
  
Mereka tidak menimpali candaan Behram, kedua bujang itu mengangkat pembersih toilet dan mengarahkannya ke Behram. Lantas laki-laki itu berlindung dengan kedua tangannya.
  
"Geleh anjir!" pekik Behram ketakutan, "jahat banget kalian, jangan sampe kena!" raung Behram, ia berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi dirinya.
  
"Kalo lo bacot trus gue gak segan lempar ini ke muka lo, biar glowing." tindas Raldi tegas.
  
"Jauhin dulu!" pinta Behram memohon, "jujur aja, takut kan?" ejek Behram membuat kedua bujang itu meluncurkan alat pembersih toilet ke wajahnya.
  
"Simpen dulu," lirih Behram.
  
"Ihh, geleh..!"

--<✿>--

Jangan lupa coment, vote [✩], follow.

-Next Chapter-

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang