Adhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum Agreya pulang ke rumah.
Mereka duduk saling berhadapan.
"Lo baca buku apa?" tanya Adhyastha, sambil plonga-plongo.
Agreya hanya sedikit mengangkat bukunya, supaya judul dari buku tersebut Adhyastha bisa membacanya tanpa mengeluarkan suara.
"Lo suka tentang alam, ya?" kata Adhyastha sambil manggut-manggut.
Agreya tidak menggubris ucapan laki-laki itu, karena itu tak perlu dijawab.
"Temenin gue cari buku yang lain, yuk?" ajak Adhyastha bangkit dari duduk nya. "Udah ini kita pulang," lanjut Adhyastha menatap kedua bola mata gadis itu.
Agreya menjawab dengan anggukkan, lalu bangkit dari duduk nya sambil membawa buku yang ia baca.
Dalam perjalanan menemani Adhyastha, Agreya baru tersadar dengan pakaiannya. Agreya terlihat seperti merengek, dan langkahnya seketika terhenti.
Adhyastha melihat tingkah gadis itu dan tersenyum tipis melihatnya.
Adhyastha berjalan mengambil buku yang ia perlukan, lalu berjalan menuju tempat peminjaman buku.
Setelah itu, Adhyastha membawa Agreya pulang, tapi bukan pulang ke rumah gadis itu.
"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Agreya panik, "ini bukan jalan ke rumah gue,"
Adhyastha tidak menjawab, ia tetap fokus berkendara.
Setibanya di rumah besar, membuat Agreya terbelalak.
"Lo mau nyuri?" tanya Agreya sambil turun dari motor.
Lagi-lagi Adhyastha tidak menjawab, melainkan berjalan masuk ke dalam rumah itu.
"Ekh, lo jangan sembarang masuk rumah orang," sergah Agreya panik.
"Lo ngajak gue buat bantu lo maling?" tanya Agreya membuat Adhyastha pusing, betapa cerewetnya gadis di hadapannya.
Adhyastha menarik tangan kanan nya hingga jarak keduanya sangat dekat.
Saling menatap tanpa berkata-kata, Adhyastha perlahan mendekatkan wajahnya. Agreya sontak menjauh dari wajah laki-laki itu, tapi Adhyastha berhasil menariknya kembali.
"Huh!" Adhyastha meniup hidung Agreya, gadis itu menatap penuh keheranan sambil ngedap-ngedip.
"Apaan sih, gak jelas." cerca Agreya menjauh dari Adhyastha.
"Ada yang nempel di hidung lo," jawab Adhyastha kembali berjalan.
"Modus lo! Tinggal kasih tau aja,"
"Ribet kalo ngasih tau dulu,"
"Gue mau pulang, Astha."
"Reya, lo gak lapar? Udah siang ini, mending lo makan dulu." Agreya mendadak terdiam, ia tidak merasakan perutnya yang sedari tadi keroncongan.
Adhyastha menggenggam tangan kanan gadis itu, dan membawa nya masuk ke dalam.
"Tuan? Kirain mau pulang malam." ucap Bi Weny tersenyum ramah menatap Adhyastha. "Ketemu Pak Gala?"
"Adhi sudah membicarakannya dengan Pak Gala, terkait kerjasama perusahaan. Adhi sudah mengurus media, semua akan aman." jawab Adhyastha.
"Baguslah kalo gitu, Tuan gak perlu khawatir lagi." kata Bi Weny, sangat menenangkan bagi Adhyastha yang belakangan ini terus mengingat kejadian di masa lalu.