Semua berkerumun di dekat korban. Agreya mengelus kepalanya frustasi, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Kepala Cale berada di paha Adhyastha, seragam abu itu penuh dengan darah.
Lain dengan Behram kepala nya tiba-tiba pusing, Raldi langsung membawa laki-laki itu pulang ke rumahnya.
Dia tahu kalau Behram tidak suka dengan darah, selain itu ia benci orang yang mengalami kecelakaan parah. Akan mengakibatkan ia terus menerus muntah.
"Bagun!" pekik Adhyastha, dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa Kal bisa ketabrak?!"
"Gak ada yang tahu sama sekali?!" terpangpang jelas bahwa Adhyastha sangat panik, hatinya seperti tersayat oleh beribu-ribu pedang. Rasa nya sakit, bahkan ia tidak kuat untuk menahan air mata yang sudah ia bendung sedari tadi.
Penglihatan Cale sangat buyar, ia tidak tahu orang di sekitarnya. Dia hanya mendengar suara lirih temannya, dan memanggil nama seseorang namun tak jelas untuk didengar.
"PANGGIL AMBULANCE!" bentak Adhyastha murka, sampai urat nadi di tenggorokannya terlihat.
Agreya bisa merasakan apa yang dirasakan laki-laki itu, dia ikut terharu sambil merapatkan kedua bibirnya menatap ke arah lain.
"Ambulance nya lagi di jalan." jawab salah satu dari polisi.
"DIA BISA KEKURANGAN DARAH!"
"Mohon sabar, kami juga tahu." kata polisi.
Adhyastha mengibas rambutnya dengan keras. "AAA..!!"
Sudah jelas bahwa ia sedang frustasi, wajahnya ikut memerah. Menyeramkan sekali bukan ketika Adhyastha marah?
Ambulance akhirnya datang, mereka bergegas memasukkan Cale ke dalam. Lalu melajukan mobil secepat mungkin, tanpa ada halangan sedikitpun.
Setibanya di rumah sakit terdekat di Jakarta, mereka langsung membawa Cale ke UGD.
Selama menelusuri lorong yang menuju ruang UGD, mata Cale hendak menutup. Adhyastha yang menyadari itu, langsung berteriak menyemangati laki-laki itu.
"Lo harus kuat, lo jangan lemah!" seru Adhyastha tegas.
"Sebentar lagi sampai!" kata Agreya gemas.
"Kal, lo harus kuat!" seru Kae ikut menyemangati.
Cale mendengar ucapan itu samar-samar, namun ia tahu bahwa ia harus kuat. Jangan menyerah terlebih dahulu, meskipun seberapa besar sakit yang dialami Cale.
Adhyastha, Agreya, dan Kae menunggu di luar setelah Cale masuk ke ruang UGD. Cale sangat hebat, mampu bertahan hidup meskipun ia kekurangan darah. Agreya sangat bangga terhadap Cale, dia yakin Cale akan baik-baik saja. Tanpa sedikitpun yang berubah darinya, berpikir positif tidak salah kan?
1 jam kemudian, di rumah sakit.
Mereka masih menunggu, tanpa makan dan minum. Terduduk lemas penuh kekhawatiran, Kae menggigit jarinya sambil bersandar dibahu Agreya.
Satu jam berlalu, hingga pukul empat sore. Cale belum ada kabar sama sekali.
Agreya menyalakan teleponnya, muncullah notifikasi pesan dari laki-laki yang memberinya kalung. Agreya langsung melihat pesan tersebut.
@ersya.fc
Lo dimana Reya? Gue udh di sekolah lo
@ersya.fc
Harus nya gue dtg agak awal, gue ada urusan mendadak
@ersya.fc
Lo marah, Ya?
@ersya.fc
Ya please, jawab gue@ya.reya6
Maaf, gue ada urusan mendadak@ersya.fc
Lo lagi dimana?
Agreya sedikit terkejut, laki-laki itu langsung menjawab pesannya ditambah teleponnya bergetar. Terlihat jelas pada layar telepon miliknya, laki-laki itu tengah menelpon nya. Agreya langsung mengangkat telepon dari laki-laki itu."Hallo," ucap Agreya bangkit dari duduknya, sedikit menjauh dari tempat sebelumnya.
Adhyastha mendadak menatap ke arah gadis itu.
"Reya, lo lagi dimana?" tanya laki-laki itu.
"Gue lagi di rumah sakit,"
"Lo sakit?" ucapnya sambil terkejut.
"Temen gue kecelakaan,"
"Yang di depan sekolah?"
"Iya, kok tau?"
"Gue liat ambulance di depan sekolah lo, gue kira lagi praktik." jawab laki-laki itu menjelaskan. "Gimana kondisinya?"
"Belum ada kabar,"
"Semoga temen lo baik-baik aja."
"Amin, gue belum bilang terima kasih,"
"Buat?"
"Kalung yang lo kasih ke gue, padahal harganya mahal. Makasih ya?"
Kalung? Dari cowok? Reya udah punya pacar? Tanya Adhyastha dalam hatinya, terus saja memperhatikan setiap pergerakannya.
"Sama-sama, santai aja. Gue suka berbuat baik, siapapun itu. Jadi, lo gak usah segan. Gue ikhlas kok."
"Ada lagi yang harus diomongin?"
"Besok bisa ketemu?"
"Maaf, lo ketemu sama gue, ada apa ya?"
"Gue mau bilang sesuatu,"
"Bilang aja disini,"
"Gak bisa, gue harus ngomong secara langsung."
"Gue gak bisa sembarang ketemu orang, lagian gue terjaga dengan agama gue, maaf." ucap Agreya, membuat laki-laki itu terdiam. "Maaf gue tutup dulu teleponnya, bye."
Agreya menghembus nafas berat, ia sedikit ketakutan. Terduduk lemas lalu mematikan teleponnya, ia takut di spam oleh laki-laki itu.
"Agreya!" panggil Deen, berlari kencang ke arahnya.
Agreya bangkit dari duduknya, berdiri tegak lalu memeluk Deen di hadapannya. Pelukan yang sangat erat, Deen baru merasakan kembali pelukan hangat dari gadis itu. Sebenarnya, Deen masih kaku dengan tingkah Agreya. Tangannya belum menyentuh gadis itu, ia menatap ke arah kedua teman Agreya.Tanpa pikir panjang lagi, Deen membalas pelukan gadis itu sambil mengelusnya pelan.
"Lo gak apa-apa?" tanya Deen panik, "kata Mama lo harus pulang."
"Tapi, Kal belum ada kabar." ucap Agreya mendongak, Deen menatap kedua mata gadis itu.
"Lo pulang aja, ada gue yang nunggu." timpal Adhyastha, Agreya melepas pelukan nya-beralih menatap Adhyastha.
"Lo juga harus pulang." tambah Adhyastha pada Kae.
"Lo gimana?" tanya Kae.
"Raldi sama Nio ntar kesini." jawab Adhyastha datar.
Kae mengangguk pelan, "ya udah, gue pulang dulu, ya?"
Adhyastha mengangguk pelan sebagai jawaban. Agreya tak berkata lagi, Deen merangkul gadis itu lalu pergi dari tempat itu. Deen sangat sayang pada Agreya, terlihat jelas mereka sangat dekat. Adhyastha terdiam menatap kepergian mereka, hingga hilang dari pandangannya.
Adhyastha menatap kosong ke arah ruang UGD, perasaannya saat itu sedang berkecamuk. Ia masih memikirkan insiden itu, ia belum mengetahui mengapa itu terjadi.
Di tambah perasaan gundah terhadap Agreya, ia tidak suka pada gadis itu.Namun, kenapa ketika melihat Agreya dekat dengan laki-laki lain ia tidak suka?
Apa gue suka?
--<✿>--
Jangan lupa coment, vote [✩], follow.
Ketemu lagi di hari Selasa dengan chapter baru:)
-Next Chapter-
KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictionAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...