[11] Kecelakaan

45 15 22
                                    

  Gimana kabarnya sekarang? Bahagia, sedih? Kalian harus tetep bahagia yahh. Semoga kalian sehat selalu, jangan membuang waktu yang amat berguna ini.

------Happy Reading:)------

Adhyastha menatap Agreya dari belakang, memperhatikan setiap gerakannya. Ia baru pertama kali melihat orang sedang sholat, dan entah kenapa itu membuatnya tenang.
  
Setelah Agreya menyelesaikan sholatnya, ia mengangkat kedua tangannya dan berdo'a. Adhyastha mengikuti gerakan Agreya, lalu tersenyum tipis.
  
"Makasih ya, buat semuanya. Maaf udah ngerepotin, dan maaf juga soal agama lo."
  
"Gak apa-apa."

--<✿>--

Burung menyapa di pagi hari yang cerah, cahaya yang membuat Agreya membuka mata.
  
Agreya menutup mata kembali, tiba-tiba ia terbangun dan mencari sesuatu. Betapa heboh nya Agreya, sampai ia mengangkat selimut dan betapa nyaringnya suara HP milik Agreya terjatuh, membuat Agreya panik menjadi-jadi.
  
Ia menyalakan HP miliknya, ternyata masih menyala. Agreya menghembus nafas pelan, tidak ada cacat sedikitpun dan itu membuat Agreya tenang.
 
Agreya terdiam beberapa detik, lalu mengecek kembali HP miliknya. Terdapat pada layar tersebut empat pesan dan dua video call.
 
"Gak jelas banget, ilfeel gue lama-lama."
  
Agreya mengetikkan beberapa kata dengan kesal.

@ya.reya6
Maaf, kmrin ketiduran

--<✿>--

Bel sekolah berbunyi, semua masuk kelasnya masing-masing.
  
Pjok adalah pelajaran yang menyenangkan, tidak terlalu fokus pada materi namun lebih ke praktik. Semua memakai baju khusus olahraga. Adhyastha dan teman-temannya membuat grup basket, keempat insan itu sangat suka dengan olahraga. Agreya dan teman-temannya dipaksa bertarung untuk membuktikan, apakah laki-laki atau wanita yang akan menang.
  
Sebagai wanita, mereka tidak mau kalah dan siap untuk melawan—apalagi Yara.
  
Pertandingan siap dimulai, bola berada di tangan Adhyastha telah siap untuk di lempar. Di depan Adhyastha adalah Agreya, pertandingan yang menegangkan. Nilai yang diraih yaitu sebelas, dan yang mendapatkan nilai akhir dan memasukkannya ke-ring maka kelompok itu yang akan menang.
  
Pertandingannya cukup sulit untuk di tebak siapa pemenangnya, kedelapan insan ini semua jago dalam segi olahraga.
  
Pertandingan di mulai, diiringi suara yang meriah.

Pertandingan berlangsung....
  
"Chia tangkap!" seru Cale, memberikan bolanya pada Chia.
  
Kenapa Cale memberikan bola pada lawannya? Apa Cale ingin membantu kelompok Agreya?
  
Lantas semua menatap penuh keheranan, Chia dengan sigap menerima lemparan bola dari Cale dan memasukkannya ke ring. Akhirnya kelompok Agreya mendapatkan nilai satu, kelompok Adhyastha masih nol. Semua bertepuk tangan dengan meriah.
  
"Kenapa lo kasih ke Chia?" tanya Behram murka, Cale tersenyum canggung pada mereka.
  
"Ga tahu, gue kasih aja." jawab Cale polos, bahkan ia baru menyadarinya.
  
"Sudah lah, kita lanjut aja." tambah Raldi, "ini bukan pertandingan sungguhan."
  
"Aldi, pertandingan ini sangat sungguhan. Kita melawan perempuan. Masa kita kalah?" timpal Adhyastha ketus.
  
"Siap-siap, gue gak bakal ulangi lagi." pungkas Cale mengangguk-angguk.
  
Mereka melanjutkan pertandingannya. Agreya dan teman-temannya sangat bahagia, terlihat aura keberanian dalam diri mereka.
  
Pertandingan dimulai kembali, Agreya mengoper bola dengan sempurna pada Kae. Dilanjut Yara mengoper bolanya pada Chia, dengan secepat kilat—Adhyastha mengambil bola itu dari tangan Chia. Gadis itu menatap penuh keheranan, padahal ia sudah berusaha untuk mempertahankan bola dari lawan. Lain dengan Adhyastha sudah memasukkannya ke ring.
  
Agreya kesal saat melihat Adhyastha yang semudah itu memasukkannya. Padahal Yara sudah menghalangi Adhyastha, namun sangat sulit. Alhasil skor mereka sama.
  
Setengah jam berlalu, pertandingan berjalan dengan sengit. Entah kenapa kelompok Adhyastha lebih semangat dan mudah memasukkan ke-ring. Skor kelompok Adhyastha mendapatkan sepuluh, sedangkan kelompok Agreya mendapatkan tujuh.
  
Tidak boleh terjadi, Agreya beserta teman-temannya harus semangat.
  
"Kita ga boleh kalah sama cowok!" seru Kae, dibalas anggukkan semangat dari temannya.
  
Kelompok Agreya bergerak dengan baik, Agreya mengambil bola dari Raldi dan memasukkannya ke ring. Skor mereka bertambah satu, disambut suara meriah dari penonton. Lagi-lagi kelompok Adhyastha kalah, hingga kelompok Agreya memasukkan bola terakhirnya.
  
"Yehh..!" seru mereka penuh kebahagiaan, usaha yang tidak sia-sia. Kedua tangan yang diangkat setinggi mungkin sambil meloncat-loncat.
  
Agreya dan teman-temannya telah memenangkan pertandingan. Ia ingin membuktikan pada laki-laki bahwa perempuan bisa bermain basket.
  
Chia memberikan jari tengah pada kelompok Adhyastha, sontak mereka membulatkan mata. Cale tertawa kecil melihatnya, begitupun yang lain. Chia sangat lucu.
  
"Sialan!" lirih Raldi, "kenapa mereka bisa menang?"
  
"Sudahlah biarkan mereka bahagia." tambah Cale, tersenyum menatap keempat insan itu.
  
"Mereka keren," kata Adhyastha, terpukau.
   
Behram menjatuhkan tubuhnya ke lantai, diikuti Cale, dan Raldi. Lain dengan Adhyastha berjalan menuju kelas.

--<✿>--

Mereka berjalan bersama menuju gerbang sekolah, diiringi tawa dan canda. Setibanya di parkiran, Adhyastha melajukan motornya sampai ke depan gerbang.

Lain dengan Agreya dan Kae sedang menunggu jemputan. Di sela-sela mereka menunggu, tiba-tiba Adhyastha melajukan motornya tepat di depan mereka.
  
Kae menyenggol lengan Agreya, sambil tersenyum tipis. "Pacar lo."
  
"Apaan sih?!" cetus Agreya pada Kae.
  
"Jadi ga?" tanya Adhyastha, Agreya menatap laki-laki itu sinis. "Temenin gue ke perpustakaan,"
  
"Gak, tar lo macem-macem kayak kemarin."
  
"Lo abis ngapain sama Astha?" tanya Kae terkejut dengan ucapan Agreya.
  
"Lo mesum, ya? Gue cuma nemenin doang, sekalian gue pinjem buku di perpustakaan." jawab Agreya kesal.
  
"Bohong Kae, orang kita habis pegang-pegangan di kamar gue." timpal Adhyastha, membuat Kae terkejut untuk kedua kalinya.
  
"Apa?" Agreya benar-benar tak percaya dengan ucapan yang dikeluarkan oleh laki-laki itu.
 
"Pegang-pegangan? Lo habis anu sama Astha? Ya Allah, lo udah gak perawan lagi, Ya. Astagfirullah, gue harus gimana? Tapi, Astha lo tanggung jawab kan?" kata Kae menjadi-jadi.
  
Adhyastha tertawa kecil mendengarnya, lain dengan Agreya yang sedari tadi frustasi.
  
"Tenang, gue tanggung jawab kok. Gue bukan buaya yang disebut sama Reya." jawab Adhyastha, Agreya menatap laki-laki di hadapannya sedikit bingung.
  
"Gak apa-apa sih, tapi masalahnya Reya masih muda. Ntar Mama nya marah, terus Reya dijauhi, ditambah perutnya makin hari makin gede. Reya ini perut lo udah agak melendung, lo udah cek ke dokter?" ucap Kae sambil mengelus perut Agreya secara perlahan.
 
"Apaan sih? lepasin!" sergah Agreya mengibas tangan Kae, menjauh dari perutnya.
  
"Gue kan dokternya, kemarin malam gue udah cek kok."
  
"Hah? Astagfirullah, Reya lo udah bener-bener gak suci. Lo mesti kudu nikah." lagi-lagi Adhyastha tertawa mendengarnya.
  
Agreya hanya menghembus nafas, lelah. 
  
"Apaan sih? Astha lo bener-bener yah," cetus Agreya, kesabaran nya sudah setipis tisu, "lo jangan percaya sama Astha, mana gue mau hubungan sama orang yang beda agama."
  
"Bentar, beda agama? Ini lo yang Kristen atau Astha? Reya lo pindah agama? Makanya lo anu sama Astha? Nih, gue bener-bener pusing, gue gak paham."
  
"Makanya kalo ngomong jaga, Astha yang non-Islam."
  
"Setau gue Astha Islam, Reya."
  
"Gue Katolik Kae,"
  
"Oh.. lo Katolik, terus, Reya lo bener anu sama Astha? Karena kalian udah pacaran, terus kalian ngambil ke jenjang yang lebih hot?"
  
"Kae, please deh, are you oke? Gue gak ngapa-ngapain sama Astha, lo percaya deh sama gue."
  
"Bener Tha?"
  
"Iya, gue gak bakal ngelakuin itu sebelum gue nikah sama Reya."
  
"Setelah lulus sma, lo ada rencana nikah?"
  
"Iya, gue bakal nikahin Reya setelah lulus."
  
"Astha, cukup. Kasian Kae kena tipu terus."
  
"Gue gak nipu, Reya. Gue beneran suka sama lo, gue mau nikah sama lo."
  
"Udah lah Tha, gue udah gak percaya sama omongan lo. Lo udah kebanyakan berbohong, gue gak bisa yakin sama omongan lo. Lagian gue gak suka sama lo, mau lo terus ngucapin suka ke gue, gue tetep gak suka sama lo." ungkap Agreya berhasil membuat Adhyastha dan Kae terdiam mematung. "Satu lagi, kita beda agama."
  
"Ya udah," lirih Adhyastha.
  
TIIT...TIIT...TIIT! BUGHH...!
  
Suara itu terdengar nyaring di telinga mereka. Sosok laki-laki tertabrak oleh mobil, tubuhnya terpental dengan keras. Tas yang ia kenakan ikut terpental entah kemana. Kendaraan lain ikut mengerem mendadak, semakin jelas suara riuh di jalan raya. Alhasil jalanan menjadi padat.
  
"Berisik amat tuh mobil!" pekik Raldi, sedang asik membeli cilok di depan sekolah.
   
Semua beralih menatap ke jalan raya, terdapat sosok itu tengah tergeletak di tengah jalan. Banyak darah di bagian tubuh laki-laki itu, dengan darah di bagian kepala menyebar cukup banyak, bagian tangan dan kaki yang tergores cukup parah.
  
Adhyastha menjatuhkan motornya, berlari ketempat insiden dengan wajah super panik. Polisi mengkondisikan kekacauan jalan raya, dan memanggil ambulance darurat. Lalu membawa korban ke tepi.
  
"Kal bangun!" jerit Adhyastha.

--<✿>--


Jangan lupa coment, vote [✩], follow.

Semoga kalian tetap suka dengan ceritanya. Coment sebanyak-banyak nya, ya? Coment, vote, dan follow sangat berarti bagi Aqia.

-Next Chapter-

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang