"Chi, lo udah jadian sama Kal? Kak Awan udah tau?" tanya Yara keheranan.
Chia mendadak terdiam sejenak, lalu tersenyum canggung ke arah Cale.
"Kak Awan? Siapa?" tanya Cale heran.
"Kakak kelas," jawab Chia spontan.
"Lo jangan bahas Kak Awan depan Kal," bisik Chia pada Yara, "gue udah jadian sama Kal, tapi gue belum kasih tau Kak Awan."
Yara hanya mengangguk-angguk menanggapinya, Chia langsung tersenyum tipis ke arah Cale.
"Kae kemana?" tanya Nio sambil mencari keberadaanya.
"Tumben lo nanyain Kae, kangen ya?" ejek Chia sambil tertawa.
Nio tersenyum canggung, "Gue nanya, Kae dimana?"
"Kae ada urusan keluarga, jadi gak bisa hadir." jawab Yara, "tumben lo sendirian, Raldi kemana?"
"Raldi lagi nemenin Adiknya di rumah sakit," jawab Nio.
"Gue baru tau dia punya Adik," timpal Chia tak percaya.
"Siapa?" tanya Cale, sambil menunjuk ke arah Nio.
Chia dan Yara tertawa mendengarnya, Cale benar-benar melupakan Nio.
"Dia temen lo, Nio." jawab Chia.
"Udahlah, gak usah inget sama gue." pungkas Nio.
"Dih, pundung!" ejek Chia, lalu tertawa terbahak-bahak.
Ruangan yang penuh dengan kegelapan, hanya ada cahaya di celah lubang itu. Terdapat sosok laki-laki tengah berdiam diri di atas sofa sambil menyantap camilan.
"Gue mengingat nama dan wajah kalian," lirih Ersya, tersenyum menyeramkan.
"Harimau sudah menemukan mangsanya dan siap untuk menyantap,"
"Adhi, lo pasti kangen sama gue, gue masih mengingat masa lalu lo yang kelam itu. Penuh dengan penderitaan, dan lo gak pernah berani untuk melawan atau mengadu kepada orang lain. Apa lo yang dulu dan sekarang masih sama?" ungkap Ersya,
SMA Blueprint, Tangerang, tahun 2015
Pada jam istirahat, Ersya tak sengaja menabrak Adhyastha yang tengah membaca buku sambil bersandar di dinding depan kelas.
"Sorry, Dhi." ucap Ersya memohon, "Galang nih yang dorong gue!"
"Kok nyalahin gue?" tanya Galang tak bersalah.
"Lo tadi dorong gue!"
Galang hanya tersenyum pasrah, padahal Ersya sengaja menabrak Adhyastha dan tidak ingin mengakui kesalahannya. Sang korban hanya terdiam menyaksikan keributan di hadapannya.
"Sekali lagi, kita minta maaf yah," ucap Ersya, Adhyastha hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Dhi, nanti sore, kita main yuk?" ajak Ersya.
"Gue gak bisa, ada acara keluarga." jawab Adhyastha dingin.
"Cuman bentar, biasanya lo setuju,"
"Emang mau main kemana?" tanya Galang penasaran.
"Lo ngikut aja, pokoknya seru."
Adhyastha terpaksa setuju, pikirnya ia bermain tidak akan memakan banyak waktu, lagian Ersya bilang hanya sebentar.
Di saat sore menyapa, Adhyastha, Ersya, Galang, Eric, Barra yang masih berbalut seragam putih biru. Mereka sangat akrab ketika berjalan melewati banyak orang, diiringi tawa yang sangat pecah. Mereka sangat bahagia saat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanficAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...