3 Bulan kemudian.
Elche sudah duduk manis di ruang makan, karena ia tahu waktu jadwal makan Adhyastha. Laki-laki itu menatap ke arahnya penuh kepasrahan, lalu terduduk malas depan gadis itu. Elche menyambut dengan senyum termanisnya.
"Umur lo masih di bawah gue. Lo belum pantas jadi pacar gue, daripada lo sakit hati. Mending lo pulang aja, kerjain tugas yang belum selesai," ucap Adhyastha tiba-tiba, membuat Elche terdiam.
"Supaya lo pinter, ntar kalo jodoh ga bakalan kemana-mana. Yang penting lo sukses dulu, baru lo cari seseorang yang pantas buat dampingin lo. Karena gue udah memiliki yang lebih baik dari pada lo!" sambung laki-laki itu.
Perkataan Adhyastha sangat menyakitkan, sosok di depannya sangat bungkam. Sulit baginya untuk berkata-kata, air mata yang sudah menjadi lautan kini pecah begitu saja. Tanpa suara Elche menangis, sangat jelas tersayat hatinya.
Apa yang harus dilakukan Adhyastha? Menghembus nafas sambil mengibas rambutnya dengan kasar. Sangat frustasi.
"Coba lo tatap gue." pinta Adhyastha, Elche pun mendongak sambil tersedu-sedu.
"Gue gamau lo sakit hati, gue mau lo bahagia dengan orang yang lebih sayang sama lo. Lupakan kata-kata cinta lo buat gue, buang jauh-jauh tentang gue,"
"Elche, belum pantas untuk mendapatkan cinta di usia lo sekarang, Astha juga ga pacaran kok. Gue ingin fokus belajar dulu, cinta, belakangan aja." ucap Adhyastha menjelaskan, sambil mengusap air mata gadis itu.
Senyumnya terukir di wajah gadis itu, ucapan Adhyastha memang benar. Di usianya, belum pantas untuk memikirkan cinta. Perlahan kedua tangannya memeluk gadis itu, berusaha untuk menenangkannya. Adhyastha merasa bersalah sudah menyakiti perasaan Elche.
"Elche bolehkan, datang ke rumah Adhyastha?" tanya Elche, mendongak.
"Jangan keseringan." jawab Adhyastha datar.
"Elche mau hati Adhyastha." Laki-laki itu menghembus nafas berat.
"Sekarang lo pulang." ucap Adhyastha melepas pelukan, mengacuhkan ucapan gadis itu.
Elche sedikit merajuk namun ia tidak mau mempersulit keadaan, pada akhirnya Adhyastha mengantar Elche ke depan. Memastikan Elche tetap aman, menuruti apa yang diperintahkannya.
"Pak, bawanya pelan-pelan." ucap Adhyastha tersenyum tipis, Pak supir mengangguk pelan.
Elche yang sudah berada di dalam melambaikan tangan, sambil tersenyum lebar ke arah laki-laki itu. Adhyastha membalas lambaian dari gadis itu.
"Dahh...."
--<✿>--
"Aduh! Kae jangan bikin gue sebel deh!" cela Agreya kesal, berbicara melalui telepon.
"Lo tuh suka sama dia, lo curhat dong!" pinta Kae, diseberang sana.
"Gue ga suka sama siapa-siapa!" cetus Agreya mendarah tinggi.
"Pokoknya lo harus punya pacar, Reya."
"Serah lo! Capek gue."
"Tar kita bantu lo, supaya lo punya pacar." sambil tersenyum membayangkan Agreya berpacaran dengan Adhyastha. "Ya? Reya?"
Kae baru menyadari teleponnya terputus, Agreya sangat menyebalkan. Kae hanya berdecak sebal, sambil meremas-remas teleponnya karena gemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictionAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...