[33] Kunci Rahasia

12 10 0
                                    

Tiga hari kemudian,

Setelah menyelidiki dan menyaksikan keadaan, tak disangka Agreya adalah kunci yang mempermudah Ersya menemukan keberadaan perusahaan X² Dexano dan agen rahasia mereka. Beberapa anak buah Ersya menyelundup masuk ke perusahaan itu, dengan menyamar sebagai keamanan. Mereka berhasil meretas berbagai sumber rahasia milik perusahaan tanpa sepengetahuan yang lain.

Pada saat itu, Ersya meretas telepon milik Reya dari kejauhan. Salah satunya, dapat melacak keberadaan Agreya dan Adhyastha. Dengan hal ini mempermudah Ersya untuk mengetahui berbagai informasi mengenai perusahaan Dexano yang sudah lama menghilang dari sumber rahasia Ersya. Maka dari itu, Ersya bisa mengetahui lokasi mereka. Tanpa disadari juga ia mengetahui keberadaan perusahaan, agen rahasia, markas perusahaan, dan berbagai informasi rahasia X².

Setelah mengetahui hal ini, Nio bergegas untuk memulihkan kembali keadaan. Tanpa waktu yang lama, mereka berhasil mengambil beberapa berkas yang hilang dan mengunci kembali lokasi X².

"Tidak akan semudah itu," bisik Ersya tersenyum tipis sambil menatap layar di depannya.

--<✿>--

Nio tengah menekan tombol bel berkali-kali dan menunggu seseorang untuk membuka pintu. Ia terkejut saat mendapati Astha yang hanya mengenakan handuk di bagian pinggang hingga atas lutut, sambil menatap tanpa ekspresi.

Nio hanya menelan salivanya lalu berkata. "Why?"

"Ada apa?" tanya Astha datar.

Karena tidak mau basa-basi, Nio membuka pintu dengan lebar sambil berjalan masuk. Melihat itu membuat Astha berdecak sebal, dan menutup pintu dengan kesal. Lain dengan Nio langsung duduk di atas sofa dan memakan hidangan yang ada di atas meja.

Astha tidak menggubris, mungkin sudah terbiasa dengan tingkahnya. Ia berjalan menuju kamar untuk memakai baju, dan tidak langsung menemui Nio. Astha tengah membaringkan tubuhnya sambil menatap sebuah foto yang berada di buku album, dengan tatapan penuh rahasia.

"Lo bukan milik gue lagi," lirih Astha.

"Adhi!" teriak Nio membuat Astha terkejut bukan main, "Tega banget lo, membiarkan tamu begitu saja!"

Astha menghela napas pelan, lalu menutup buku itu dan menyimpannya di bawah ranjang.

"Dhi!!" teriak Nio untuk yang kedua kalinya, "Bi Weny ke mana?" tanya Nio.

Tidak ada jawaban dari Astha, Nio berdecak sebal lalu menyusul laki-laki itu.

"Lo gak pergi?" tanya Nio.

"Ngapain?" tanya balik Astha, tanpa mengubah posisinya.

"Saat ini perusa—"

"Tau." potong Astha. "Lo ngapain ke rumah gue?"

"Lo tidur?"

"Lo mau ngapain ke sini?" tanya Astha, geram. Kedatangan Nio hanya membuang-buang waktu saja dan mengganggu waktu istirahatnya.

"Gue mau bahas sesuatu, yang, serius." jawab Nio.

"Dari tadi lo basa-basi, gak langsung ke inti. Males gue ladenin nya."

Nio mengangguk paham menanggapinya, ia langsung membahas berkaitan dengan perusahaan. Astha yang sejak tadi mendengarkan dengan ekspresi datarnya, hal itu membuat Nio kesal dengan reaksi yang tidak berubah itu. Seolah tidak peduli.

"Kalo lo mau bahas tentang masalah perusahaan, jangan ke gue tapi bokap gue."

"Tapi lo kan—"

"Gak ada urusannya sama gue." potong Astha.

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang