[7] Juki's Post

45 16 17
                                    

Terdapat pada layar mereka postingan yang di unggah oleh Juki, Agreya sangat malu begitupun pemilik dari surat itu. Juki memang sangat keterlaluan, apa yang harus diperbuat? Semua kacau balau.

Agreya hanya menghembus nafas pelan, sulit baginya untuk berkata sedikitpun.

"Lo suka sama gue?" tanya Adhyastha tak percaya, Agreya menggeleng-geleng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo suka sama gue?" tanya Adhyastha tak percaya, Agreya menggeleng-geleng.

"Itu bukan gue," jawab Agreya frustasi. "Itu bukan tulisan gue."

"Tapi, itu tulisan gue." ucap Adhyastha, "Kalo suka ngomong aja."

"Serius itu bukan gue." ucap Agreya tetap santai.

"Terus siapa kalo bukan lo?" tanya Adhyastha, kini wajahnya menjadi datar.

"Ga tau, yang jelas itu bukan tulisan gue." ucap Agreya penuh penekanan, Adhyastha hanya mengangguk-angguk jahil.

"Setan?" tanya Adhyastha. "Ya, kali."

"Kemarin... Adik gue iseng, pas gue lagi baca surat dari lo. Kayaknya itu tulisan nya, seinget gue-ga jawab surat lo." ucap Agreya menjelaskan, sedikit gelagapan karena lupa.

"Terus kenapa ada di lo?" tanya Adhyastha heran.

"Gue balikin ke lo tanpa jawaban." jawab Agreya yakin.

"Masa sih?" Adhyastha menatap Agreya dengan tatapan tak percaya. "Ya udah, kalo ga mau ngaku."

"Nyebelin banget sumpah!" celoteh Agreya greget.

"Berarti lo harus sabar, kalo banyak orang yang bilang kita udah jadian." usil Adhyastha.

--<✿>--

Postingan surat itu sudah menyebar luas, Agreya habis mati-matian dimarahi oleh Ibunya di telepon.

Juki tersenyum miring melihat Adhyastha dan Agreya secara bergantian. Begitu menyebalkan Juki. Agreya membalas tatapan Juki, lalu mendelik ke arah lain. Adhyastha hanya tertawa kecil melihat aksi Agreya, hingga tawanya mulai pecah dalam sekejap.

Agreya akan kelelahan dengan ocehan yang akan datang beberapa menit lagi.

"Udah zaman modern, masih aja pake surat." cerca Juki tertawa meremehkan.

"Kurang aesthetic." sahut yang lainnya, Agreya hanya terdiam sambil membuka satu-persatu lembaran bukunya.

Karena kesal yang sudah melonta-lonta mendengar tawa Adhyastha, Agreya melempar kertas yang sudah ia gulung dengan rapi ke arah laki-laki itu. Korban hanya menahan sakit, kertas itu berhasil meluncur tepat di wajahnya.

"Ibu ada pengumuman baru." seru Juki kembali receh setelah Bu guru masuk.

"Apa ya? Ibu nggak tahu." jawab Bu Hana, guru Bahasa Indonesia.

"Ada yang baru pacaran." sindir Juki, Bu Hana mengerutkan kening keheranan.

"Adhyastha dan Agreya." tambah Juki, diiringi suara yang lain ikut berkoar.

"Itu hanya salah paham." kata Adhyastha singkat, berdiri dari tempatnya, lalu kembali duduk.

"Sudahlah Juki, lebih baik kamu duduk. Itu nggak penting." protes Bu Hana.

"Sekolah akan tercoreng Bu, bahkan seluruh kota di Jakarta tau." protes Juki tak mau kalah.

"Seluruh kota Jakarta tahu karena ulahmu, Juki. Sekarang hapus postingannya sebelum seluruh dunia tahu." kata Bu Hana memperingati, Juki berdecak sebal lalu beranjak duduk.

--<✿>--

Waktu berjalan dengan cepat, hingga tiba saatnya pulang. Agreya dan temannya terlebih dulu pulang, meninggalkan Adhyastha yang sedang sibuk membereskan barangnya.

"Kita duluan ya?" ucap Cale, dibalas anggukan dari laki-laki itu.

Tak sengaja tatapan Cale bertemu dengan Agreya dan temannya, ia berlari kecil ke arah mereka. Hingga mereka sedikit terkejut dan tersentak, karena Cale berhasil menyenggol bahu Chia. Chia menyodor kepala laki-laki itu, yang dibalas tatapan tajam dari Cale.

"Nyariin Astha ya?" tebak Raldi, Agreya menatap keheranan.

"Ga, tumben kalian bertiga." jawab Agreya.

"Emm.., masa?" ejek Behram, Agreya mendelik malas.

"Tuh orang nya datang." ucap Raldi, mendadak mereka menatap ke arah laki-laki itu.

"Lo jangan baper, gue cuman boongan. Gue suka jahil ke orang." tutur Adhyastha menjelaskan.

"Gue tau, pertama lo sekolah juga bilang gitu." jawab Agreya.

"Lagi ngomongin apa sih?" tanya Kae heran, hanya dibalas tatapan dingin dari Adhyastha.

"Lo masih inget kan peringatan gue?" tanya Agreya mengingatkan, dibalas anggukan dari laki-laki itu.

"Cabut yuk?" ajak Adhyastha pada temannya, mereka berjalan meninggalkan keempat insan itu.

Agreya menatap kosong kepergian Adhyastha.

"Reya!" panggil Yara, membuat Agreya terkejut.

"Lo bener jadian sama Adhyastha?" tanya Chia memecah keheningan.

"Kalian ga denger tadi dia bilang apa?" tanya balik Agreya malas.

"Gue cuman boongan. Gue suka jahil ke orang? Yang itu?" tanya Yara meyakinkan.

"Gue tuh masih aneh sama sikap Astha." kata Kae kebingungan.

"Bukan lo aja, gue juga ngerasa aneh sama sikap Adhyastha." timpal Chia.

"Dia tuh kayak hobi banget mempermainkan perasaan cewek." tambah Kae, yang dibalas anggukkan dari Agreya.

"Kayak nya Astha sedang merencanakan sesuatu, iya ga sih?" ucap Kae bergantian menatap teman-temanya.

"Bisa jadi tuh," timpal Yara, dibalas anggukkan dari mereka.


--<✿>--

Jangan lupa coment, vote [✩], follow.

Apakah kalian suka dengan ceritanya?

-Next Chapter-

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang