Adhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...
Terdapat pada layar mereka postingan yang di unggah oleh Juki, Agreya sangat malu begitupun pemilik dari surat itu. Juki memang sangat keterlaluan, apa yang harus diperbuat? Semua kacau balau.
Agreya hanya menghembus nafas pelan, sulit baginya untuk berkata sedikitpun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo suka sama gue?" tanya Adhyastha tak percaya, Agreya menggeleng-geleng.
"Itu bukan gue," jawab Agreya frustasi. "Itu bukan tulisan gue."
"Tapi, itu tulisan gue." ucap Adhyastha, "Kalo suka ngomong aja."
"Serius itu bukan gue." ucap Agreya tetap santai.
"Terus siapa kalo bukan lo?" tanya Adhyastha, kini wajahnya menjadi datar.
"Ga tau, yang jelas itu bukan tulisan gue." ucap Agreya penuh penekanan, Adhyastha hanya mengangguk-angguk jahil.
"Setan?" tanya Adhyastha. "Ya, kali."
"Kemarin... Adik gue iseng, pas gue lagi baca surat dari lo. Kayaknya itu tulisan nya, seinget gue-ga jawab surat lo." ucap Agreya menjelaskan, sedikit gelagapan karena lupa.
"Terus kenapa ada di lo?" tanya Adhyastha heran.
"Gue balikin ke lo tanpa jawaban." jawab Agreya yakin.
"Masa sih?" Adhyastha menatap Agreya dengan tatapan tak percaya. "Ya udah, kalo ga mau ngaku."
"Nyebelin banget sumpah!" celoteh Agreya greget.
"Berarti lo harus sabar, kalo banyak orang yang bilang kita udah jadian." usil Adhyastha.
--<✿>--
Postingan surat itu sudah menyebar luas, Agreya habis mati-matian dimarahi oleh Ibunya di telepon.
Juki tersenyum miring melihat Adhyastha dan Agreya secara bergantian. Begitu menyebalkan Juki. Agreya membalas tatapan Juki, lalu mendelik ke arah lain. Adhyastha hanya tertawa kecil melihat aksi Agreya, hingga tawanya mulai pecah dalam sekejap.
Agreya akan kelelahan dengan ocehan yang akan datang beberapa menit lagi.
"Udah zaman modern, masih aja pake surat." cerca Juki tertawa meremehkan.
"Kurang aesthetic." sahut yang lainnya, Agreya hanya terdiam sambil membuka satu-persatu lembaran bukunya.
Karena kesal yang sudah melonta-lonta mendengar tawa Adhyastha, Agreya melempar kertas yang sudah ia gulung dengan rapi ke arah laki-laki itu. Korban hanya menahan sakit, kertas itu berhasil meluncur tepat di wajahnya.
"Ibu ada pengumuman baru." seru Juki kembali receh setelah Bu guru masuk.
"Apa ya? Ibu nggak tahu." jawab Bu Hana, guru Bahasa Indonesia.
"Ada yang baru pacaran." sindir Juki, Bu Hana mengerutkan kening keheranan.
"Adhyastha dan Agreya." tambah Juki, diiringi suara yang lain ikut berkoar.
"Itu hanya salah paham." kata Adhyastha singkat, berdiri dari tempatnya, lalu kembali duduk.
"Sudahlah Juki, lebih baik kamu duduk. Itu nggak penting." protes Bu Hana.
"Sekolah akan tercoreng Bu, bahkan seluruh kota di Jakarta tau." protes Juki tak mau kalah.
"Seluruh kota Jakarta tahu karena ulahmu, Juki. Sekarang hapus postingannya sebelum seluruh dunia tahu." kata Bu Hana memperingati, Juki berdecak sebal lalu beranjak duduk.
--<✿>--
Waktu berjalan dengan cepat, hingga tiba saatnya pulang. Agreya dan temannya terlebih dulu pulang, meninggalkan Adhyastha yang sedang sibuk membereskan barangnya.
"Kita duluan ya?" ucap Cale, dibalas anggukan dari laki-laki itu.
Tak sengaja tatapan Cale bertemu dengan Agreya dan temannya, ia berlari kecil ke arah mereka. Hingga mereka sedikit terkejut dan tersentak, karena Cale berhasil menyenggol bahu Chia. Chia menyodor kepala laki-laki itu, yang dibalas tatapan tajam dari Cale.