Waktu pulang telah tiba, kecuali Agreya dan Adhyastha tengah berlatih untuk perlombaan Nasional yang akan diadakan empat hari kedepan. Perlombaan tingkat SMA, untuk materi soalnya dari kelas sepuluh sampai dua belas. Mereka mampu mengikuti perlombaan tersebut meskipun masih kelas sepuluh.
Selain itu, ini perintah dari kepala sekolah. Kedua insan itu tengah sibuk berlatih mengerjakan soal Fisika. Sepertinya mereka akan pulang malam, karena deadline-nya tinggal menghitung jari saja. Mereka harus berlatih ekstra untuk menjadi juara. Maka dari itu, kedua insan ini ingin membanggakan sekolahnya.
Waktu menjelang malam, mereka masih berlatih.
Adhyastha tengah mengetuk-ngetuk meja dengan pensilnya, itu membuat Agreya terganggu. Ia menatap tajam ke arah laki-laki itu sambil menghembus nafas pelan.
"Astha, —"
"Hm..?"
Adhyastha refleks menghentikan tingkahnya saat Agreya memanggilnya, ia dengan sigap menatap gadis itu. Padahal Agreya belum menyelesaikan kalimatnya, dan itu membuat Agreya terdiam sejenak.
"Kenapa?" tanya Adhyastha ramah.
Agreya sedikit melengo, karena ada yang aneh dengan tingkahnya. "Gak jadi," jawab Agreya, kembali menatap kertas di hadapannya.
"Ada apa Reya?" tanya Adhyastha, lagi-lagi itu terdengar aneh.
Agreya bergidik ngeri dan memilih mengasingkan laki-laki itu.
"Reya, perlu bantuan?" tanya Adhyastha, Agreya memejamkan kedua matanya cukup lama.
"Pusing? Mau gue bantu kerjain?" tanya Adhyastha panik, sambil mendekat ke arahnya.
Agreya menatap laki-laki itu dari jarak dekat, terdiam beberapa saat.
"Gak," jawab Agreya beralih menatap kertas soal.
"Serius lo gak apa-apa?" tanya Adhyastha masih dengan posisinya.
"Lo kenapa sih datang kehidupan gue?" tanya Agreya ketus.
"Jodoh," jawab Adhyastha polos, Agreya mendelik ke arah lain diiringi tawa meremehkan. "Lo udah gak marah lagi?"
Agreya mengernyitkan dahi sambil menatap laki-laki di hadapannya. "Marah? Karena apa? Pas waktu istirahat?"
Adhyastha mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Gue gak marah," ucap Agreya ketus.
"Meskipun lo jutek, galak, ngomongnya lemes, gue tetep suka sama lo."
Agreya menghembus nafas pelan, "gue gak suka sama lo, lo bisa pindah sekolah lagi? Gue gak mau lo jadi saingan gue."
"Kenapa? Karena lo gak mau, pacar lo jadi saingan lo?"
"Pacar?" tanya Agreya ketus, dibalas anggukkan pelan dari Adhyastha.
"Semenjak lo datang kehidupan gue, gue jadi dibawah! Juara pertama seangkatan dan kelas, itu posisi gue lo ambil gitu aja! Asal lo tau gue benci sama lo!" cela Agreya murka, dengan mata yang sudah membendung air.
"Gue benci sama lo Tha, gue benci lo ambil posisi gue! Gue benci semua yang lo lakuin, gue benci sama lo!"
"Gue gak mau liat wajah lo lagi, gue minta lo pindah sekolah, dan jangan temuin gue lagi!"
Adhyastha hanya bisa diam, entah kenapa ia sulit untuk berbicara. Padahal Adhyastha sudah berusaha keras untuk mendekati gadis itu, tapi malah sebaliknya Agreya membencinya. Apa yang harus Adhyastha lakukan? Ia tidak berniat untuk mengambil posisi itu.
"Re..ya," lirih Adhyastha.
Agreya tidak menjawab, ia terus mengeluarkan air mata tapi tidak ada suaranya.
"Gue sayang sama lo,"
Agreya menatap tajam laki-laki di hadapannya, "GUE GAK SUKA SAMA LO!"
"Beri gue kesempatan lagi, gue cinta sama lo, Ya."
"Gue berharap, perlombaan ini gue yang menang. Kalo lo yang menang, gue mau lo pergi jauh dari hidup gue." ucap Agreya mengancam, dan berlalu pergi dari ruangan itu.
Adhyastha mengikuti Agreya, "Reya, kok gitu? Reya lo jangan kayak gitu, gue sayang sama lo, gue gak mau ninggalin lo. Reya!"
Agreya tidak mendengar, ia terus berjalan.
"Reya! Gue gak mau kita musuhan!"
"Apa salah gue?"--<✿>--
Awan tengah menangis secara perlahan dan berubah menjadi deras, Jakarta kini tengah hujan. Tepat saat mereka hendak pulang menuju kediamannya.
Karena cinta ia tidak mau menyerah, dengan mental yang sudah disiapkan sematang-matangnya. Ia mengejar gadis itu dengan motornya, baju yang sudah basah kuyup ia tidak mempedulikannya.
Adhyastha menancap gas sekencang-kencangnya, karena mobil itu berlalu sangat cepat. Ia sudah berusaha menyalip dan malah hampir terjatuh, untung saja Adhyastha mampu menyeimbangkan motor dengan tubuhnya. Terus berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikan mobil yang sedang Agreya tumpangi.
Dengan berbagai rintangan yang dihadapi, akhirnya Adhyastha berhasil menghentikan mobil tersebut. Adhyastha menyalip di depan mobil tersebut dengan sempurna, ditambah mobil itu mendadak mengeram.
Agreya dan supir terdorong ke depan membuat keduanya kesakitan.
"Astagfirullah!"
Agreya mengernyitkan dahi, "Siapa sih?" tanya Agreya kesal.
Pak sopir melirik ke arah Agreya, "biar saya yang cek,"
Agreya mengangguk pelan sebagai jawaban. Belum juga keluar, Adhyastha menghampiri mobil tersebut dan langsung mencari keberadaan Agreya.
Suara Adhyastha hampir terkalahkan oleh suara hujan, ia berusaha semaksimal mungkin berteriak kencang memanggil nama Reya.
"Reya! Reya!" teriak Adhyastha sambil mengetuk kaca mobil.
Pak sopir keluar dari mobil itu sambil menggunakan payung. "Maaf, anda sudah mengganggu perjalanan kami."
Adhyastha dengan wajah gusarnya dan tubuhnya terbentuk karena bajunya basah.
"Reya Pak!" ucap Adhyastha, "saya mau ketemu Reya!"
"Anda bisa ketemu besok, ada perlu apa dengan Nona Reya?"
Agreya hanya melihat samar-samar dari kaca mobil, ia tidak tahu orang yang hampir membuatnya kecelakaan. Tetesan hujan yang deras sulit baginya untuk melihat area luar.
"Saya mau bicara sebentar dengan Reya!"
"Tidak bisa," kata Pak sopir ia langsung masuk ke dalam mobil.
"Siapa Pak?" tanya Agreya heran.
"Gak tau Non, gak jelas. Kita berangkat ya, Non?" ucap Pak sopir dibalas anggukan pelan dari Agreya.
Adhyastha terus saja mengetuk-ngetuk kaca mobil sambil memanggil nama gadis itu.
Hingga mobil melaju secara perlahan, Adhyastha terus saja menyusulnya.
"REYA!!" teriak Adhyastha, melihat mobil tersebut yang perlahan menjauh.
Ia dengan sigap menaiki motor ninja miliknya dan menyusulnya kembali.
Kaca helm sudah buram karena embun, Adhyastha kesulitan untuk melihat jalan. Samar-samar Adhyastha melihat perempatan di depan, ia membuka kaca tersebut dan..
"TIT.. TIT.. TIT!" suara yang sangat melengking di telinga, sebuah mobil truk dengan lampu yang menyoroti kedua mata dari samping.Tuhan, ini bukan waktu yang tepat untuk pergi dari dunia.
Adhyastha nyaris tertabrak, untung saja ia sigap dan langsung menancap gas. Adhyastha berhasil melewati maut, dan itu membuatnya merasa lega. Meskipun, jantungnya berdegup tak karuan karena syok.
Adhyastha telah kehilangan jejak mobil itu, ia langsung menepikan motornya.
"Gue terlalu memaksakan diri," lirih Adhyastha, "tapi, gue gak boleh menyerah!"
Ia mengusap kaca helm dengan lap, lalu memasangkannya kembali. Melesat dengan kecepatan tinggi, hingga tiba di rumah Agreya.
Mobil yang ia kenakan sudah terparkir di pekarangan rumah, Adhyastha perlahan memasukkan motor miliknya.
Setelah Adhyastha turun dari motor, tiba-tiba tubuhnya menggigil. Ia lupa tidak membawa jas atau jaket, ia hanya dibalut seragam putih abu saja.
Berjalan dengan sekuat tenaga, berdiri di depan pintu sambil mengetuk.
"Tok! Tok! Tok!"
"Reya!"
Adhyastha tidak berhenti untuk melakukan itu sampai Agreya keluar dari rumahnya. Kahya tengah mengambil buah di bawah, mendengar suara ketukan pintu. Ia berjalan menghampirinya, lalu membuka pintu itu.
"Pacar Reya, ya?" tanya Kahya ramah, sambil memeluk buah apel.
Adhyastha mengangguk pelan, "Mau ketemu Reya."
"Itu bajunya basah, di luar hujan. Masuk dulu, gue ada baju ganti buat lo. Tapi, punya pacar gue." ucap Kahya, sambil berjalan masuk diikuti Adhyastha.
Adhyastha melihat ke berbagai arah, ternyata Agreya orang yang berada.
"Gue ambil handuk dulu, tunggu disini." kata Kahya, dibalas anggukan pelan dari Adhyastha.
Beberapa menit kemudian, Kahya turun dari lantai dua sambil membawa handuk dan sebuah baju hangat. Ia memberikannya pada Adhyastha.
"Kamar mandinya itu, lo bisa ganti baju di sana." ucap Kahya sambil menunjuk kamar mandi, "gue ambil teh hangat buat lo."
Setelah selesai mengganti baju, Kahya menyuruh Adhyastha untuk duduk sambil minum teh hangat.
"Reya, ada pacar tuh, nungguin dari tadi." teriak Kahya sambil mengetuk pintu, karena pintunya terkunci.
"Pacar? Siapa?" tanya Agreya di dalam sana.
"Gue gak tau namanya, tapi itu pacar lo waktu antar lo malam-malam."
Agreya terdiam sambil mengernyitkan dahi, kebingungan.
"Cepet gih samperin, kasian kehujanan!" teriak Kahya menjadi-jadi.
"Siapa sih?" Gerutu Agreya kesal, berjalan keluar kamar.
Agreya menatap laki-laki itu dari atas, mendadak terdiam.
Ngapain dia kesini, gumam Agreya dalam hati.
Adhyastha belum menyadari keberadaan Agreya, ia tengah mengusap kedua telapak tangannya. Ia sangat kedinginan.
"Reya nih!" teriak Kahya, sontak Adhyastha menatap ke sumber suara.
Agreya tengah menatap laki-laki itu kosong, Adhyastha tersenyum lebar menatap gadis itu.--<✿>--
Jangan lupa coment, vote [✩], follow.
Salam hangat
Adnan Aqia❤
-Next Chapter-
KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictionAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...