"Serius udah? Lo bawa ga?" tanya Adhyastha memastikan.
"Udah, iya." jawab Agreya, sedikit ketus. Mendengar itu, Adhyastha hanya terdiam mematung.
Entah apa isi surat itu, sampai berharga bagi Adhyastha.
"Gue mau ngomong." ucap Adhyastha beralih kepercakapan lain.
"Apaan?" tanya Agreya.
"Astha, bisa ntar?" tanya Kae ketus, Adhyastha tersenyum malu. Ternyata sedari tadi ia diperhatikan oleh ketiga insan itu.
"Bentar aja, Kae. Ga lama." jawab Adhyastha.
"Cepetan!" timpal Agreya, frustasi.
"Jangan disini gue malu." ucap Adhyastha.
Agreya menghembus nafas berat, lalu mengangguk tanpa berpikir panjang. Keduanya pergi dari tempat itu, hingga tiba di kelas. Ketiga sahabat Agreya sangat kesal, entah kenapa mereka tidak suka dengan sikap Adhyastha. Manja, mungkin.
Kelasnya sepi, cukup bagi Adhyastha agar tidak malu. Keduanya saling bertatapan.
"Gue suka sama lo." tutur Adhyastha, sontak Agreya menatap dengan tatapan bingung.
"Hah? Lo suka sama gue?" tanya Agreya.
"Gue suka sama lo." ulang Adhyastha, Agreya terdiam beberapa detik.
"Suka sama gue?" tanya balik Agreya tak percaya, sambil menunjuk ke arahnya.
"Iya, gue suka sama lo."
"Gue peringatin lo, jangan mainin perasaan cewek. Dari pertama gue ketemu lo. Gue ga suka sama lo." ungkap Agreya.
"Tapi, gue ganteng loh. Banyak diluaran sana yang suka sama gue. Lo ga tertarik sama sekali?"
Agreya tersenyum miring mendengar nya. "Astha, ganteng ga cukup. Tapi, perasaan lo. Yang gue liat, lo ga bener-bener ngucapin itu ke gue. Kayak… lo itu mainin perasaan cewek."
"Tapi Ya, gue bener-bener suka sama lo." ucap Adhyastha meyakinkan.
"Udah lah Tha, mau lo mohon sama gue. Gue ga ada perasaan sama lo." timpal Agreya.
"Tapi, gue suka sama lo." ucap Adhyastha tanpa lelah.
"Tha, banyak cewek selain gue." kata Agreya.
"Agreya." panggil Adhyastha pasrah.
"Gue ga suka sama lo, udah jelaskan?"
Susah bener ngilangin sikap cueknya. Pake cara apa supaya dia nggak cuek? Gumam Adhyastha dalam hati.
"Astha." panggil Agreya, terkesan bingung.
"Ya udah, ga apa-apa. Lo mau jadi temen gue?" Agreya mengerutkan kening, semakin jelas bahwa gadis itu memang cuek.
"Gue anggap semua, teman." jawab Agreya, datar.
Suatu saat lo bakal jatuh cinta, yang jelas bukan gue.
"Lo sayang sama gue?" tanya Adhyastha menjadi-jadi.
"Sesama makhluk ciptaan Allah, kita harus saling menyayangi satu sama lain." jawab Agreya, Adhyastha menghembus nafas berat. "Lo cuman bilang itu aja? Suratnya?"
"Mana?" tanya Adhyastha sambil mengulurkan tangan, Agreya langsung mengambil tas lalu memeriksanya.
"Ada?"Agreya menelan salivanya, lalu mencari di bawah meja dan memeriksanya lagi di tas.
"Gue simpen di tas." Adhyastha menghembus nafas pelan, menatap sosok di depannya datar.
"Suratnya jangan sampai ketahuan orang." protes Adhyastha khawatir, "coba cari yang bener."
"Bentar." Agreya berusaha mengingat.
"Sebelum ke kelas, gue di panggil kepala sekolah. Setelah tiba di kantor, gue pegang kertas itu. Lalu gue masukin ke tas."
"Kayaknya nggak masukin ke tas deh. Apa jangan-jangan kertasnya jatuh?" keduanya saling bertatapan dengan pemikiran masing-masing.
"Ga, gue masukin ke tas."
DRRT... DRRT...
Handphone keduanya berbunyi secara bersamaan, saling bertatapan dengan tatapan penuh misteri.--<✿>--
Jangan lupa coment, vote [✩], follow.
Apakah kalian suka dengan ceritanya?
-Next chapter-
KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictionAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...