Setelah mereka sampai di rumah Yara, mereka bergegas masuk ke dalam rumah. Lain dengan supir Kae pergi meninggalkan tempat itu, perlahan melaju menyusuri jalan yang kecil itu.
"Loh... ada temen Kakak nih," sambut Ibu Yara, tersenyum ramah.
Kae dan Reya tersenyum sambil memberi salam pada Ibu Yara, begitupun adik Yara menyapa sambil memberi salam pada mereka.
"Bagaimana kabarnya Tante?" sapa Kae tersenyum ramah.
"Baik. Bagaimana kabar kalian?"
"Baik, Tante." jawab mereka.
"Temen Ara mau nginep malam ini, Bu." kata Yara.
"Boleh. Tapi.. mungkin kamarnya terlalu sempit buat kalian, dan... tidak ada kamar yang luas." tutur Ibu Yara, dengan ekspresi bersalahnya. Karena ia tidak bisa memberikan kenyamanan untuk teman-teman anaknya, dengan berbagai ruangan yang terbatas itu.
"Tidak apa-apa, Tante. Kami akan tidur bareng sama Yara."
"Tidak akan cukup, Ibu akan tidur di sini, kalian boleh menggunakan kamar Ibu untuk beristirahat."
"Tidak, Tante. Kami akan tidur bersama Yara." timpal Reya.
"Ya, Bu. Ibu tidur di kamar, jangan di sini. Kami akan tidur bersama di kamar Ara." tambah Yara, berusaha meyakinkan Ibunda nya.
"Baiklah. Mohon maaf yang sebesarnya, Ibu tidak bisa memberikan kenyamanan buat kalian. Ibu merasa bersalah."
"Tidak apa-apa Ibu." ucap mereka.
"Ibu istirahat terlebih dahulu, kasian Saras udah ngantuk." kata Kae, sambil mengelus puncak kepala Saras.
"Ya sudah, Ibu tidur duluan." ucap Ibu Yara, "Oya, makanan ada di atas meja."
"Baik, Bu. Terima kasih."
Ibu dan adik Yara berjalan masuk ke dalam kamar, terlihat mereka menghela napas panjang karena merasa lega.
"Kak Nezha ke mana, kok gak keliatan?" tanya Kae.
"Dia.. biasa... cari cewe cantik." jawab Yara, malas.
"Belum dapet juga?" tanya Reya tak percaya.
"Susah katanya, cewek di Jakarta pada jual mahal."
Mereka tertawa bersama, "Semoga dapet!"
Mereka berjalan menuju kamar Yara, lalu mengganti pakaian dan beristirahat sejenak.
"Makan dulu, yuk?" ajak Yara, mereka mengangguk pelan menanggapinya.
Saat sedang asik makan sambil bersenda gurau, menceritakan hal-hal lucu. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan membuat mereka terdiam sejenak.
"Siapa?" tanya Kae.
"Kak Nezha mungkin," tebak Reya.
"Gak, bukan. Dia suka telepon dulu kalo mau pulang,"
"Siapa tahu itu Kak Nezha," timpal Kae meyakinkan.
"Biar gue yang cek," ucap Reya.
Reya berjalan menghampiri sumber suara itu. Saat membuka pintu, ia terdiam dan menatap heran sosok di hadapannya.
"Kak Nezha?" tanya Reya.
Dengan sigap ia membungkam mulut Reya dengan kain, yang membuatnya pingsan dan terjatuh ke pangkuan sosok itu. Ia membopong Reya dengan perlahan lalu mendudukannya di atas motor, sambil mengikatkan kain panjang yang melingkari keduanya. Mereka melaju dengan perlahan tanpa menyalakan motor, diperkirakan sudah jauh dengan rumah Yara barulah ia menancap gas dengan cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictionAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...