[34] Are You Dead?!

9 6 0
                                    

Kembali ke masa depan, semester akhir kelas sebelas. Setelah pulang dari latihan drama di rumah Astha. Percakapan Deen dan rahasia Reya yang belum terbongkar.

"Kak?" lirih Agreya, menggenggam tangan kanan Awan. "Reya udah gila! Mungkin suatu saat nanti gue gak ada selamanya,"

Awan menatap Agreya keheranan, "Apa maksud lo?"

"Gue gak bakal bertahan lebih lama lagi,"

"Mungkin beberapa bulan ke depan atau—"

"Apa maksud lo Reya?!"

"Reya mau istirahat," lirih Agreya, mengalihkan pembicaraan lalu berjalan masuk menuju kamar.

"Makan dulu!" sergah Awan.

"Reya benar-benar lelah," pungkas Agreya, menutup pintu kamar lalu menguncinya.

Awan menatap penuh kekesalan, ia benar-benar ingin mengetahui apa rahasia Reya. Tingkahnya membuat Awan keheranan, gadis itu sudah berubah. Dia bukan gadis yang Awan kenal, ia sungguh berbeda.

--<✿>--

Beberapa bulan kemudian, latihan drama sudah dilalui begitupun pementasan drama. Semua berjalan dengan lancar sesuai harapan. Kelompok yang meraih nilai tertinggi adalah kelompok Blue Sky, yaitu Kal, Raldi, Chia, Juki, dan Kae.

"Gue minta maaf yang sebesarnya, karena tidak mengikuti latihan dari awal. Seharusnya gue berperan menjadi pengawal Reya, dan.. alhasil kita tampil kurang maksimal." ungkap Yara, benar-benar merasa bersalah.

"Gapapa, Ra. Kita sudah berusaha yang terbaik." sahut Adam antusias.

"Kita sudah tampil dengan bagus, hanya saja.. sedikit kurang bagus." kelakar Reya, dengan memperagakan kata 'sedikit' dengan tangannya. 

Mereka tertawa bersama, kecuali Astha dan Ersya asik memainkan ponsel.

"Gue traktir kalian makan di warteg, pada mau gak?" seru Yara.

"Mau!" sahut mereka serentak.

"Tapi, bentar." sergah Nio, "Kenapa gak di restoran aja?" protes Nio heran.

"Lo gak tau makanan di warteg lebih enak daripada di restoran?" tanya Yara, dengan gaya khas tomboy nya.

"Selain enak, dijamin kenyang." sambung Yara, sambil mengusap perutnya.

Melihat itu membuat mereka tertawa karena tingkah lucu Yara. Begitupun Astha, ia tersenyum menatapnya.

"Hayu!!" seru Nio, berjalan sambil memandu kawan-kawannya. "Gue bawa mobil, naik mobil aja biar cepet."

"Gak usah," bantah Yara, "Warteg nya juga deket."

Nio mendadak terdiam mematung, tingkah Yara membuatnya terdiam seribu bahasa. Gadis unik dan cerdas. Ia tidak tahu kalau keberadaan rumah makan itu dekat, makanya dia mengajak temannya untuk naik mobil.

"Terlalu gaya makan ke warteg pake mobil," timpal Adam sambil menepuk bahu Nio.

"Semuanya ikut, kan?" tanya Yara memastikan.

"Ikutlah, masalah makanan paling utama." sahut Adam.

"Oke, semua ikutin gue, ya?" seru Yara.

Beberapa menit kemudian setelah sampai di warteg, mereka sudah duduk rapi dan siap menyantap makanan. Yara berjalan menghampiri Astha yang masih terdiam di luar.

"Dhi, gue bawa uang dua ratus ribu. Gue takut kurang, sisanya lo ya, yang bayar?" bisik Yara, membuat Astha menatap keheranan.

Astha menghela napas lalu berkata, "Ya udah, gue aja yang bayar semuanya."

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang