[17] Gue Butuh Pelukan

25 14 7
                                    

Setelah menyelesaikan hukuman, Adhyastha dan Raldi berjalan menuju halaman belakang sekolah.

"Kenapa lo ngelakuin itu?" tanya Adhyastha.

Raldi terdiam sejenak, "gue berfikir 'mungkin gue bisa memilikinya dengan cara membunuhnya'." jawab Raldi sambil tersenyum tipis.

"Memilikinya?"

Raldi tersenyum seperti psikopat, sambil menatap Adhyastha.

10 menit sebelum olahraga.

Terlihat mereka sedang mengganti baju, karena sebentar lagi akan praktek olahraga.

Raldi menyepatkan waktunya ketika yang lain sudah pergi dari ruang ganti. Ia menatap Cale seperti penuh kebencian.

"Lo suka sama Chia?" tanya Raldi, Cale menatap laki-laki itu heran.

"Maksud lo?"

"Gue yakin, lo suka sama Chia kan?"

"Gue emang suka sama Chia, tapi gue cuman deket aja."

"Deket?" tanya Raldi tak percaya, "gue liat lo pelukan sama Chia, apa itu cuman deket aja?"

Raldi berjalan mendekati Cale, lalu menarik kerah bajunya.

"Sejak kapan gue peluk Chia?" tanya Cale bingung.

"Lo yang peluk Chia masa nanya balik!"

"Kayak nya lo salah paham deh,"

"Gue peringatin, jangan deketin Chia. Lo akan tau akibatnya!"

Raldi melepas cengkramannya dan berlalu pergi dari tempat itu. Cale tersenyum miring melihat kepergiannya.

Raldi menceritakan percakapan nya sebelum insiden kecelakaan Cale.

"Lo hampir membunuh Kal, lo ngelakuin itu tanpa bukti." protes Adhyastha kesal.

"Gue ngeliat langsung Tha, Kal pelukan sama Chia." ucap Raldi yakin.

"Lo salah paham-"

"Gue sengaja suruh Kal untuk beli lampu di seberang jalan. Orang yang menabrak Kal adalah suruhan gue, orang lain menyangka kecelakaan itu adalah kecerobohan Kal. Gue sebelum nya udah peringatin Kal untuk menyerah, tapi Kal keras kepala." potong Raldi, seperti nya jiwa psikopat nya hadir.

"Kal menatap gue ketika dipangkuan lo, gue kasihan. Tapi, mau bagai mana lagi? Gue buta akan cinta." sambung Raldi, wajahnya berubah menjadi suram.

"Kalo lo tau bukan Kal yang memeluk Chia, apa lo akan memperlakukannya sama seperti Kal?" tanya Adhyastha.

"Gue bakal bunuh orang yang sudah menghalangi kehidupan gue." jawab Raldi.

Adhyastha tersenyum miring mendengarnya, ia tak percaya dengan sifat busuk yang tersimpan dalam jiwanya.

"Gue gak nyangka, lo gak sebaik yang gue pikir." ucap Adhyastha kecewa. "Mulai sekarang, lo bukan temen gue lagi. Gue takut lo bakal bunuh orang yang berada disekitar gue."

"Gue sedang menjalankan sebuah misi, dan lo akan tahu beberapa bulan nanti." ucap Raldi membuat Adhyastha keheranan dengan ucapan laki-laki itu.

"Gue emang temen Kal sejak lama, mungkin ini adalah akhir dari persahabatan gue. Gue berharap lo akan baik-baik aja suatu saat nanti, gue bukan teman baik buat lo. Maaf Astha, gue sudah dibutakan oleh uang." lanjut Raldi, sambil menepuk bahu Adhyastha.

Adhyastha sangat bingung, "Di, apa maksud lo!"

Laki-laki itu tidak menjawab, ia terus berjalan hingga tak terlihat oleh Adhyastha.

--<✿>--

Terlihat semua orang sedang berkerumun di depan mading, Adhyastha menatap heran kearahnya. Ia berjalan mendekati tempat itu, semua tengah membicarakan Adhyastha.

"Astha hebat yah, dia bisa ngalahin Reya, kebanggan sekolah ini." ucap wanita itu, terlihat jelas ia sedang membicarakan Adhyastha dengan temannya.

"Udah mah ganteng, pinter lagi." timpal yang lainnya.

"Iya, Astha bener-bener hebat,"

"Eh, itu Astha kan?" tanya wanita itu menyadari kehadiran Adhyastha.

Semua mata tertuju ke arah Adhyastha, laki-laki itu terus saja memajang ekspresi kebingungan. Mendadak semua memberi ruang untuk melihat hasil ujian, perlahan satu persatu pergi dari tempat itu.

Adhyastha mendapatkan juara pertama seangkatan ditambah juara pertama di kelas. Setelah itu, ia melihat nama Agreya berada di bawah namanya.

Bukannya bahagia ia malah terdiam, tiba-tiba ia teringat tentang percakapan Agreya dengan nya.

"Lo tuh suka karena fisik bukan karena hati tulus lo. Gue perwakilan dari semua korban, cukup jadi buaya nya, lo akan tau gimana rasanya sakit hati ditinggal orang yang lo sayang. Karma masih berlaku, Astha."

Gue emang playboy, tapi sekarang gue udah berubah. Cuman lo aja yang berada di hati gue, selamanya. Reya gue cinta sama lo, lo tega banget sih sama gue.

"Astha?" tanya Yara, Adhyastha beralih menatap gadis itu.

"Gue nyari-nyari lo kagak ada, udah nanya ke sana kemari. Ternyata lo ada disini," lanjut Yara.

"Mau ngapain?" tanya Adhyastha ketus.

Yara sedikit keheranan dengan sikap ketusnya. "Lo lagi patah hati?"

"Kenapa nyariin gue?" tanya Adhyastha.

"Lo bener-bener suka sama Kae?" tanya Yara sedikit canggung.

"Gue suka sama Reya bukan Kae, gue cinta mati sama Reya. Perasaan gue lagi sakit sekarang," jawab Adhyastha, membuat Yara yang berniat ingin baku hantam tidak jadi karena melihat Adhyastha tengah galau.

"Lo.. bener gak suka sama Kae?"

Adhyastha menatap Yara tajam, "gue suka sama Reya bukan Kae!"

"Lo baik-baik aja kan?"

"Gue butuh dipeluk, lo mau peluk gue?" tanya Adhyastha sambil mengangkat kedua tangannya siap untuk berpelukan.

Yara bergidik, menolak untuk memeluk laki-laki itu. Namun, Adhyastha berhasil menangkap Yara dan sudah berada dalam pelukannya.

Awalnya Yara ingin meninju laki-laki itu, tapi sekarang Yara merasa kasihan dengan Adhyastha.

"Hanya sebentar, gue butuh pelukan." lirih Adhyastha, Yara mengusap punggung laki-laki itu untuk membuatnya lebih tenang.

"Gue sayang sama-"

Belum juga menyelesaikan kalimatnya, Agreya menatap Adhyastha dengan julid. Adhyastha tersenyum tipis ke arahnya, lain dengan Yara yang belum menyadari keberadaan temannya.

"Reya?" lirih Adhyastha, Yara langsung melepaskan pelukannya setelah mendengar nama Reya dan menghadap ke arah gadis itu.

Adhyastha menatap Yara dengan kebingungan, "kok dilepas?"

Yara mengacuhkan pertanyaan Adhyastha, betapa polosnya laki-laki itu.

"Lo belum berubah ya?" tanya Agreya ketus.

"Berubah?"

"Setelah Kae dan gue, sekarang Yara? Hebat yah,"

"Lo salah paham, Reya." timpal Yara, yang dibalas senyum miring dari Agreya.

"Buat gue sih, gapapa. Tapi, gue takut temen gue korban selanjutnya."

"Astha cuman suka sama lo, Ya. Astha hanya butuh pelukan, dia lagi patah hati."

Agreya tersenyum miring, "Gue udah gak percaya sama Astha,"

"Rey, untuk terakhir kalinya, lo percaya sama gue. Demi Tuhan Yesus gue suka sama lo, gue serius."

"Udahlah Tha, omongan lo gak ada yang harus gue percaya."

"Gue akan buktiin kalo gue cinta sama lo,"

"Bukti? Kalo lo emang cinta sama gue, lo gak mungkin pelukan sama cewek lain."

"Hati Astha lagi hancur gara-gara lo, lo mesti ngertiin perasaan Astha dong!"

"Kayaknya lo emang udah pro banget yah sama Astha, sampe lo tau perasaannya." puji Agreya, "kalian emang cocok sih,"

"Rey, please deh. Gue gak ada hubungan sama Astha,"

Agreya hanya tersenyum tipis sebagai jawaban, ia berjalan pergi meninggalkan kedua insan itu.

"REYA, GUE SUKA SAMA LO!" teriak Adhyastha, semoga aja Agreya mengerti perasaannya.

Adhyastha dan Yara menatap punggung Agreya yang perlahan menghilang.

Yara menepuk bahu laki-laki itu, "yang kuat yah!"

Yara melangkahkan kakinya secara perlahan dan berlalu cepat menyusul Agreya.

Lo punya hati gak sih? Sakit tau!

--<✿>--

Jangan lupa coment, vote [✩], follow.

-Next Chapter-

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang