Agreya tidak menjawab sama sekali, ia sedang sibuk sekali mengerjakan latihan dari guru. Efek fokusnya, tidak menjawab orang ketika berbicara dengannya. Ia tidak boleh diganggu, pikirannya akan buyar begitu saja.
Adhyastha menghembus nafas berat, dan beralih memperhatikan guru.
Suara lonceng berbunyi, semua keluar dari kelasnya. Agreya masih sibuk membereskan barangnya, begitu pula teman-temannya. Adhyastha dan Cale beranjak keluar, lalu diikuti oleh Agreya dan ketiga sahabatnya.
"Suka Astha ya?" tanya Chia tiba-tiba, membuat Agreya sedikit terkekeh.
"Nggak." jawab Agreya, santai.
"Kayaknya dia suka sama lo." tambah Kae, hingga mereka menghentikan langkahnya.
"Lo aja yang ngerasa." tindas Agreya, yang dibalas tatapan kesal.
"Emang bener loh." timpal Yara, ikut berkutik.
"Caper." tindas Agreya.--<✿>--
Terdapat Adhyastha sedang bersandar di pos satpam, hingga senyumnya terukir di wajahnya, ketika melihat Agreya tengah berjalan sambil menatap layar teleponnya. Posisi gadis itu tak cukup jauh, ia menarik tangan Agreya hingga tepat di hadapannya. Agreya sontak kaget, lalu menatap Adhyastha tajam.
"Lepasin!" cerca Agreya, berusaha untuk melepas genggaman dari laki-laki itu.
"Lo udah jawab surat dari gue?" tanya Adhyastha, sedikit ketus, Agreya menatap sosok di depannya dengan tatapan terkesan bingung.
"Kita duluan, ya?" kata Kae tersenyum ragu, tanpa menunggu jawaban—mereka langsung pergi.
"Lepasin tangan gue! Bukan muhrim." Adhyastha tidak melepas nya sama sekali.
"Jawab dulu pertanyaan gue." ucap Adhyastha.
"Lepasin dulu baru gue jawab!" Adhyastha melepaskan genggamannya. "Gue belum bales emang apaan isi suratnya? Kenapa nggak ngomong langsung aja?"
"Gue kan udah nyuruh lo buat baca."
"Ya lo salah, ngasih surat pas lagi belajar."
"Ya, gue salah."
"Trus lo mau apa?" tanya Agreya ketus.
"Surat nya masih ada?" tanya Adhyastha.
"Ada di tas, tadinya gue mau buang."
"Ya udah lo bales ntar di rumah, suratnya kasih ke gue besok." ucap Adhyastha, Agreya mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan laki-laki itu.
"Cowok ga jelas! Buaya!" gumam Agreya, lalu masuk ke dalam mobil pribadinya.
Adhyastha menghembus nafas kesal, lalu menaiki mobil pribadi nya. Hingga tiba di rumah, ia melempar tas ke sembarang arah. Lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, sambil memukul kasur—seperti marah. Hatinya seperti ditusuk beribu-ribu pedang, entah apa yang ada dalam pikirannya.
Harinya sangat menyebalkan saat itu, melihat telepon yang sama sekali tidak ada notifikasi. Dan harus sabar dengan kedatangan Elche setiap hari.
Setelah selesai mandi, Adhyastha menghabiskan waktunya dengan belajar. Mencatat bagian mata pelajaran yang belum dipahami, hingga larut malam. Tidak makan sama sekali, ia hanya menyantap makanan ringan, dan meminum-minuman bersoda. Jam menunjukkan pukul satu malam, ia tertidur lelap di atas meja dengan buku-bukunya.--<✿>--
Keempat insan itu sedang asyik mengobrol, Adhyastha dan Cale sedang asyik main mobile legend, Ada yang berbeda saat itu, entah sikap Adhyastha yang berubah, entah sedang sibuk dengan permainannya. Agreya sedikit melirik ke belakang memperhatikan Adhyastha.
Aneh, gumam Agreya, lalu kembali mengobrol.
Bel sekolah berbunyi, semua bersiap-siap dengan mata pelajaran pertama. Dengan tawa receh dari Juki, yang membuat seisi kelas kesal.
Nanya kek, 'surat mana?' Males gue ngasihnya, batin Agreya.
Lo udah bales surat dari gue? Kenapa lo belum kasih ke gue? Gue dari tadi nunggu lo ngomong, batin Adhyastha.
Gue nggak tahu, gue males ngomong. Batin Agreya.
Tidak ada yang berinisiatif, keduanya memilih untuk diam.
"Astha, tumben lo ga ganggu Agreya?" tanya Cale sedikit pelan, namun terdengar jelas oleh Agreya.
"Buat apa?" tanya Adhyastha terkesan bingung, sambil sibuk mencatat.
"Biasanya lo suka ganggu." Celoteh Cale, membuat tatapan Adhyastha mengarah padanya.
"Kata siapa?!" tanya Adhyastha ketus, "gue ga suka ganggu orang."
Bacot lo, Tha, gumam Agreya.
Cale hanya merapatkan kedua bibirnya sebagai jawaban, lalu beralih pada benda di depannya.
Suasana kelas itu, begitu tentram. Alunan melodi mengisi keheningan ruangan dan keaktifan setiap murid. Kedua insan itu terus bergelut untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Sampai guru dan murid ikut stres hari itu, namun kedua insan itu hanya tersenyum tipis melihatnya.
Bel istirahat berbunyi, semua keluar dari kelas. Setibanya di kantin, Adhyastha berjalan mendekati Agreya, dengan keberanian yang sudah disiapkan beberapa menit yang lalu. Chia yang merasa kehadiran laki-laki itu, hanya menatap sipit dari atas sampai bawah.
Adhyastha keheranan bukan main dengan tingkah aneh dari gadis imut itu, begitu pun Agreya yang belum menyadari kehadiran laki-laki itu—menatap penuh keheranan.
"Lo udah bales surat nya?" tanya Adhyastha, berhasil membuat jantungnya tak karuan. Awalnya ia ingin bertanya pada Chia, dengan tingkah aneh nya. Namun Adhyastha sudah mendahuluinya.
"Udah." jawab Agreya singkat, dengan tatapan datarnya.--<✿>--
Ruangan dengan nuansa gelap, laki-laki itu tengah mengusap kepala yang terasa pusing. Ia ingin menghancurkan barang di sekitarnya. Namun, ini bukan saat nya untuk melampiaskan amarahnya. Sudah bertahun-tahun ia menahan amarah tersebut.
"Ngumpet dimana lo anjir?!" teriak laki-laki itu penuh dengan amarah, menghempas barang di sekitarnya.Bawahannya terkejut dengan aksi dari tuan nya.
"Coba lo cari keberadaan calon penerus perusahaan X² Dexano." titah laki-laki itu, menyuruh bawahannya.
"Baik Tuan." sahut bawahannya, pergi dari ruangan tersebut.
Beberapa menit kemudian.
"Media menutup keberadaan mereka, perusahaan tersebut telah tutup beberapa bulan yang lalu." ucap bawahannya.
"Gue ga percaya, lo cari lagi keberadaan mereka sampai ketemu. Cari anggota organisasi dalam perusahaan itu, ancam mereka!!"
"Ancam?" tanya bawaannya, ragu.
"Lo ga tau cara mengancam? Bunuh mereka jika tidak memberi informasi keberadaan Adhyastha! Paham?"
"Baik tuan." sahut bawahannya.
"Jangan sampai gagal, ini rencana terakhir kita. Kalo lo ga bisa menemukan mereka, gue ga segan bunuh lo dan bawahan lo!"--<✿>--
Jangan lupa coment, vote [✩], follow.
-Next Chapter-
![](https://img.wattpad.com/cover/245061485-288-k437912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanfictionAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...