[3] Insiden Masa Lalu

72 20 10
                                    

Sebelum baca chapter selanjutnya, jangan lupa follow dulu ya akun Aqia.

Happy Reading:)

Saat dalam perjalanan pulang, Adhyastha menggerakkan tangan dan bahu sambil diiringi musik, Pak supir hanya tersenyum tipis melihat aksi tuannya.

Setibanya di pekarangan rumah, ia berjalan keluar sambil melempar-lempar tas. Kita sambut selebritis terkenal di dunia, dengan rumah besarnya. Bahkan seribu orang pun masuk sepertinya. Adhyastha Dexano!

Ia berjalan menuju kamarnya, melempar tas ke sembarang arah. Ia langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Sambil menghela nafas berat, pikiran nya kini tertuju pada gadis jutek itu.

Suara ketukan pintu diiringi panggilan, "Tuan, Bibi boleh masuk, antar minuman?" pinta Bi Weny.

Sudah menjadi hal biasa saat ia pulang, pasti Bi Weny membawakan minum. Bagus sih, cuman bikin hatinya yang sedang enak rebahan sedikit terusik.

"Masuk aja Bi, simpan di atas meja." jawab Adhyastha, Bi Weny membuka pintu kamar lalu menyimpan segelas minuman dingin di atas meja.

"Diminum, ya." ucap Bi Weny.

"Iya Bi, makasih ya." ucap Adhyastha ramah, masih dengan posisi berbaring.

"Sama-sama." jawab Bi Weny, pergi dari tempat itu dan tidak lupa menutup pintu.

Adhyastha menghela nafas pelan, mengusap kepala yang sedikit pusing. Ia melirik ke arah minuman segar itu, berjalan mendekati dan meminumnya sampai habis. Lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, ia berjalan keluar dari kamar menuju ruang makan. Dan melahap hidangan yang sudah Bi Weny siapkan untuknya. Di rumah hanya Adhyastha dan Bi Weny, kedua orangtuanya sedang bekerja di luar kota, pulangnya hanya satu minggu sekali.

Terdengar suara ketukan pintu depan, Adhyastha langsung memanggil Bi Weny untuk membuka pintu.

"Hallo Bi, Adhyastha nya ada?" tanya Elche, tersenyum manis.

"Ada Non, Tuan nya lagi makan siang." jawab Bi Weny.

"Boleh masuk ga?" pinta Elche, Bi Weny mempersilahkan gadis itu untuk masuk.

Elche melangkah penuh kegirangan, yang dibalas tatapan acuh dari Adhyastha.

"Mau apa lo kesini? Ganggu waktu gue?!" tanya Adhyastha ketus, sedang enak makan, terhalang waktunya saat Elche datang.

"Kalo emang ga boleh masuk, gue pulang aja deh." ucap Elche membalikkan badannya.

"Ya udah masuk." cetus Adhyastha tak tega, Elche pun berbalik dengan sumringah mendekati Adhyastha yang sedang asyik makan.

Elche Adeeva, sosok wanita yang berharap bisa mendapatkan hati Adhyastha. Kesehariannya setelah pulang sekolah Elche langsung mampir ke rumahnya, demi mendapatkan hati Adhyastha. Ia selalu terusik saat kedatangan Elche, terpaksa ia selalu sabar menghadapinya. Umur Elche tiga tahun lebih muda dari Adhyastha dan saudara dekatnya.

"Adhyastha, lo marah sama gue?" tanya Elche menatap Adhyastha lekat, ia menghentikan makannya lalu beralih menatap Elche kesal.

"Nggak." cetus Adhyastha.

"Gue suapin, ya?" pinta Elche, langsung mengambil sesendok makanannya.

"Nggak usah." sergah Adhyastha cepat.

"Adhyastha, gue boleh minta sesuatu?" tanya Elche, sambil menopang dagunya dengan kedua tangan nya.

"Apa?" tanya Adhyastha, fokus menatap layar telepon.

"Gue boleh minta hati lo?" tanya Elche, tersenyum lebar. Adhyastha melirik ke arah gadis itu dengan sinis.

"Buat apa?" tanya Adhyastha, ketus.

"Buat Elche simpan di hati, supaya Adhyastha jadi milik Elche." jawab Elche polos, yang dibalas senyuman miring dari laki-laki itu.

"Nggak." ucap Adhyastha cepat.

"Ya udah kalo Adhyastha ga mau kasih, Elche pulang."

"Ya udah sana pergi, hati-hati jangan sampai jatuh." ucap Adhyastha, dibalas rajukan gadis itu.

"Makasih." jawab Elche pasrah, berjalan dengan lesu tak seperti awal.

Menutup pintu dengan kencang, tanpa berpamitan dengan sopan. Membuat Adhyastha terkejut bukan main, jendela rumahnya pun ikut bergetar.

"Huh.., ga punya hati! Apa kekurangan gue coba?" gerutu Elche, langsung masuk ke mobil pribadinya.

Adhyastha sangat bahagia saat Elche pergi. Saking bahagia nya, Adhyastha sampai loncat-loncat lalu menggoyangkan pinggulnya.

"Jangan sok kuat di hadapan gue," ucapnya menepuk pundak sang korban, "inget baik-baik, lo lebih baik mati sekarang. Lo ga bakal tenang selagi gue masih hidup."

"Bi, apa dia masih mengikuti kita?" tanya Adhyastha, ia tiba-tiba teringat akan masa lalunya.

"Dia siapa Tuan?" tanya Bi Weny heran.

"GUE MAU LO MATI SEKARANG JUGA!"

"Tuan? Tuan? Ada apa? Kok ngelamun?" tanya Bi Weny khawatir dengan sikap Adhyastha yang tiba-tiba melamun.

Adhyastha hanya membalas dengan senyuman dan meninggalkan tempat itu. Bi Weny yang sedari tadi keheranan, hanya menatap punggung laki-laki itu yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"Gue ga bakal nyerah! Gue mau lo mati Adhyastha Dexano!"

--<✿>--

Jangan lupa coment, vote [✩], follow.

Apakah kalian suka dengan ceritanya?

-Next Chapter-

A²: KARTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang