Kae dan Yara bergegas masuk kamar setelah mendengar kericuhan, mereka sangat terkejut ketika melihat Agreya tengah menggenggam kuat gunting anatomi kearah Adhyastha. Sontak Yara menahan Agreya dan perlahan mengambil gunting di tangannya, Adhyastha menatap gadis yang disukainya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Lo kenapa, Reya?" tanya Kae panik.
"Lo bahagia melihat gue terpuruk?!" tanya Agreya menatap Adhyastha.
"Reya, jika kehadiran gue membuat lo terluka, gue akan pergi dari hidup lo." lirih Adhyastha, dengan air mata yang perlahan menetes.
"Pilihan yang bagus," timpal Agreya, tersenyum miring.
"Gue gak akan berharap lo kembali," pungkas Agreya, berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Kae dan Yara menelan saliva, terdiam beberapa detik sambil menatap punggung temannya yang perlahan menghilang.
"Kalian boleh pergi," ucap Adhyastha.
"Lo baik-baik aja?" tanya Yara, Adhyastha mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Orangtua lo lagi keluar, kita bisa jagain lo." timpal Kae canggung.
"Kalian pulang aja, gak baik buat cewek kalo udah malam." ucap Adhyastha.
Mereka mengangguk menanggapinya, dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Setelah tiba di pekarangan rumah, mereka terdiam beberapa menit karena sedang melakukan panggilan.
"Serius, Reya pulang sendiri pake motor?" tanya Kae khawatir, "diakan belum mahir di jalan raya,"
"Liat aja motornya gak ada, kirain dia pulang pake ojek online."
"Diangkat gak?" tanya Kae, Yara menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Halo, Kak, kita habis jenguk Astha, Reya sudah pulang duluan pake motor-"
"Reya kan belum bisa," potong Deen tegas.
"Iya, makanya gue mau minta tolong. Kakak lacak lokasinya, telepon Reya gak aktif."
"Ya udah, lo juga cari Reya. Mungkin belum jauh dari rumah Astha."
"Iya Kak,"
Setelah mengakhiri panggilan, mereka bergegas pergi dan mencari Agreya.
"Yara!" panggil Kae sambil menepuk bahunya, "Reya gak bakal nyasar? Diakan gak mahir soal jalan."
"Gimana dong, gue takut Reya kenapa-napa."
Telepon Yara berdering, Kae langsung mengambilnya dari tas.
"Gue udah lacak lokasi Reya, dekat gedung perusahaan A² Dexano." ucap Deen diseberang sana.
"Itu bukan arah ke rumah Reya. Ngapain dia kesana?"
"Kalian langsung kesana, gue hampir sampai."
"Baik Kak, hati-hati."
Mereka langsung menancap gas super cepat, dengan berbagai rasa yang bercampur aduk. Begitupun dengan Deen, betapa gagahnya laki-laki itu. Penampilan Deen selalu membuat orang yang melihatnya berdebar-debar, ditambah wajah ganteng seperti Idol KPOP.
Setelah tiba, tepat di depan gedung itu, Deen tengah melihat Agreya berhadapan dengan seorang laki-laki. Dengan sigap Deen turun dari motor dan berlari ke arah gadis itu, ia langsung meninju laki-laki di hadapan Agreya. Laki-laki itu terpental hingga pelipis bibirnya berdarah, lalu menatap tajam ke arah Deen. Jelas Agreya terkejut dengan kejadian itu, ia berusaha menghentikan saudaranya.
"Udah Kak!" teriak Agreya.
Deen terlihat murka, tatapannya terus tertuju pada laki-laki itu.
"Lo jangan ganggu Reya!"
![](https://img.wattpad.com/cover/245061485-288-k437912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A²: KARTALA
FanficAdhyastha Dexano, kerap disapa Astha. Sang pengagum gadis apatis yang membencinya. Laki-laki yang menyimpan beribu-ribu luka yang tak pernah sembuh. Hidup Astha hanya seberkas cahaya, sebuah harapan yang mungkin terjadi. Sepertinya tidak, tak ada ka...