Chapter 1

928 78 18
                                    

Selamat Soreee....!!!

Kukembali lagi untuk melanjutkan lagi cerita Ben dan Alex hehehe

Dan sekarang kita masuk ke buku ke 2, HORRAAAAAYYYY!!!!!

Sooo, what are you waiting for, let's dig and read...

ENJOY, and hope you like it!!!

Chapter 1

Kegundahan hati Alex bertahan hingga esok hari. Meski begitu ia tetap harus memainkan perannya sebagai Addellaide dan berkumpul bersama kawan-kawannya, para putri bangsawan yang sangat ia benci. Namun untuk menghindarinya pun akan membuat pergunjingan baru. Addellaide tak dapat menolaknya. Tapi hanya bertahan sebentar, saat siang hari Alex meminta dijemput Caleb.

Dari sana, Alex minta diantarkan ke rumah Byron yang sekaligus tempat prakteknya. Jujur, ia senang berada di tempat Byron karena ia bisa ikut membantu kakaknya melayani pasiennya, meski Byron telah memiliki banyak asisten. Tapi tujuan utama Alex ke tempat Byron adalah untuk mencurahkan hatinya. Kakaknya yang satu ini sangat menerima dirinya sebagai Addellaide, dan ia akan leluasa bermain sebagai Addellaide di hadapan Byron.

*^*

Ben sangat bersyukur, begitu ia menginjakkan kaki di Kota Helencia saat menjelang sore keesokan harinya. Akhirnya sampai juga ia di kota yang ia tuju tanpa ada halangan lagi, setelah kejadian di kandang kuda kemarin pagi. Ia harus segera menuju St. Peter untuk mengamankan Marie, setelah itu, terserah apapun yang terjadi nantinya.

Ben menengok pada adiknya dan memberikan senyum kelegaan. "Kita sudah ada di Helencia, Marie. Kita langsung ke St. Peter?"

Marie mengangguk dengan tersenyum.

Ben tersenyum bahagianya, lalu menggandeng adiknya menuju satu-satunya alasan mereka kembali ke Helencia. 'Terima Kasih, Tuhan.'

Tapi tak berapa lama mereka berjalan, sebuah teriakan mengagetkan Ben.

"ITU DIA ANAKNYA, PAK!!!"

Ben menengok mencari sumber suara, dan langsung terpucat berharap menghilang, begitu melihat lelaki pemilik kandang kuda itu tengah bersama petugas polisi. Lelaki itu pastinya telah melaporkan dirinya pada petugas polisi. Ben dapat melihat lelaki itu dibantu tongkat untuk berjalan, mungkin untuk berdiri juga. Dan sekarang mereka mengejarnya.

'Ya Tuhan, kenapa harus terjadi sekarang. Tunggulah sampai Marie aman di St. Peter,' Ben merutuk gemas.

Tak ada pilihan lain, mereka harus lari. Digendongnya Marie dan langsung mengambil langkah seribu. Tak ayal reaksinya, membuat petugas-petugas polisi itu mengejarnya.

Ben sudah berusaha berlari dengan menggendong erat Marie yang memeluknya erat ketakutan. Ia berlari di antara lorong rumah, menembus lembaran jemuran seprai yang besar. Kini ia bersembunyi di balik dinding sebuah rumah yang menjorok ke dalam. Peluh sudah membasahi tubuhnya, tapi tak mungkin ia bisa tenang sebelum mereka lepas dari kejaran polisi.

"ITU DIA!!!" Terdengar seruan lagi yang ditujukkan padanya.

Ben pun kembali berlari dengan terus mendekap Marie. Dengan polisi mengejar di belakang. Tidak hanya dua petugas, tapi telah meminta bantuan. Kini lebih dari tiga petugas polisi mengejarnya, layaknya ia seorang pencuri ayam.

Sesuatu yang tak terlihat di tengah kejaran dan kepanikan, menganjal lari Ben. Iapun dengan sukses jatuh terjungkal disertai suara pekikan kesakitan Marie yang masih di dalam gendongannya.

Saat berhenti, pertama yang ia cari adalah Marie. Marie masih didekatnya. Wajahnya bergores luka.

"Marie, kau terluka." Ia langsung memeriksa wajah dan tangan Marie yang lainnya, tapi terhenti dengan bayangan beberapa pasang kaki di hadapan mereka.

The Royal Home  - Sequel of The New Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang