Hola haloooo selamat malaaam... !!! :)
Kukembali lagi, agar kalian tidak terlalu lama menunggu :)
Mhmm, sebelumnya... untuk Chapter ini permintaanku hanya satu,
"Please keep positive thinking" , oke :)
Alright, let's get it on ....
Enjoy, and hope you like it ... :)
Chapter 24
Pagi menjelang, masih belum ada perubahan dari kondisi Addellaide, belum juga ada penurunan demam, dan Milady Mary masih di samping Addellaide.
Ben yang kini telah kembali normal dengan balutan pakaiannya, terduduk nanar di luar kamar Addellaide. Dengan adanya Milady Mary dan Pangeran Wellington di dalam sana, Ben tidak dapat dengan leluasa menemani Alex.
Pemandangan memiriskan hati Ben, cukup membuatnya sulit bernapas. Semuanya sama seperti dulu lagi, hanya saja kini Alex memiliki seorang ibu yang mendampingi dan menemaninya saat sakit, memberi perhatian penuh dan kasih sayang, juga ada seorang Pangeran yang setia menemaninya.
Sungguhlah Alex sangat beruntung, meski Ben memilih Alex tidak sakit seperti saat ini dan bertarung nyawa. Ben ingin mendampinginya, ingin menungguinya seperti dulu lagi, dan menjadi orang pertama yang dilihat Alex saat terbangun dari demam tinggi. Tapi kini sudahlah tak mungkin, Alex bukanlah milik dia seorang, ada satu keluarga yang sepenuhnya sangat menyayangi Alex, dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi. Ben tersenyum perih, menunggu di sinipun tidak ada guna, jika tidak bisa berada di dekat Alex, lebih baik ia pulang, Marie lebih membutuhkannya, dan semalam ia tidak pulang, adiknya pasti resah menunggu dirnya, meski ada yang menemaninya.
Ben menarik napas dalam-dalam dan beranjak dari duduknya.
"Ben...?"
Ben menengok dengan suara menahannya. Tristan.
"Mau ke mana?"
Ben tersenyum seraya melirik kamar Alex yang masih tertutup.
"Saya mohon pamit, Tuan."
"Pulang? Kau mau pulang, Ben?" Tristan terheran, "Tidakkah kau ingin menemani Alex hingga ia siuman?"
Ben masih tersenyum, "Tidak apa, Tuan, Alex akan baik-baik saja. Limpahan cinta dan kasih sayang Milady dan seluruh keluarga di sini akan membuatnya kuat. Saya harus pulang, kasihan Marie di rumah."
"Ada Candice, kan yang menemani?"
Ben hanya tersenyum tipis.
Tristan terdiam dan mengangguk harus mengakui betapa dewasanya pemuda tanggung ini, hingga selalu mengesampingkan keinginannya sendiri untuk orang-orang yang ia cintai.
"Baiklah. Caleb akan mengantarkanmu pulang."
Ben mengangguk, "Terima kasih, Tuan."
Tristan mengangguk, "Jangan khawatir, kau akan langsung kami kabari jika ada perubahan Alex."
Ben mengangguk, "Terima kasih banyak, Tuan."
Tristan tersenyum geli, "Justru kami yang harus berterima kasih padamu, telah bersedia menjadi Addellaide."
"Dan gagal, Tuan." Ben terkatup tidak enak.
Tristan menghela kecil, "Tidak apa, kau sudah melakukannya dengan baik. Sekali lagi terima kasih, Ben."
Ben mengangguk sopan, dan berpamitan.
*^*
Setibanya di apartemen, pintu dibuka oleh Candice yang menyambutnya dengan wajah cemas bercampur, mungkin marah? Karena Ben tahu, semalam dirinya tidak mengabarkan Candice untuk tidak pulang, tentunya Nona Candice menunggu kepulangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Historical FictionKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...