Chapter 36

172 46 6
                                    

Selamat Siaaanggg....

Kudatang di siang yang cerah ini, namun sedikit mendung dan sudah guluduk, sepertinya hendak hujan .... heheehe

Okeh, mari kita lanjutkan..., dan percayalah ending tidak akan semulus itu :)

So...., dig in .... enjoy, and hope you like it :)

Chapter 36

"Kenapa..." Alex tak mengerti dengan menahan tangisnya, sesampainya mereka di apartemen.

Dadanya terasa sesak karena marah dan kecewa. Merasa dikhianati oleh ibunya.

"Sayang... " Willa mencoba mendekati. Hatinya pun perih.

"Ibu telah memaafkan dia?" Alex dengan nada tidak percaya.

Willa mengangguk lirih.

"Setelah yang dilakukan dia? Setelah menolak kita? Menolak Ibu? Tidakkah itu membuat ibu marah? Setelah membuat Ibu menderita? Setelah memisahkan kita? Setelah 16 tahun dipenjara?" Alex setengah histeris, air matanya sudah mengalir deras di pipinya yang merah.

"Alex!" Ben menghardik marah. Tak perlu Alex mengingatkan lagi, jika akan menyakiti ibu mereka.

Alex terhenyak kaget dan terkatup seketika. Perasaan sesal terlihat di sana.

Byron masih mengamati keluarga kecil itu. Ia hanya akan berucap jika memang diperlukan.

"Maafkan aku..." Alex tertunduk

"Ada sesuatu yang tidak kau ketahui, Nak...," Willa mencoba tenang. "Sesuatu yang tidak kita ketahui, yang harus kau dengarkan..."

Alex terdiam. "Apa...?"

Willa memandang kedua putranya sesaat,

"Beliau telah menerima kita saat itu. Ia telah berniat menjemput kita..."

"Lalu kenapa tidak dilakukannya?" Ben bersuara.

"Kebakaran itu..., dan mereka yang mengejar kita. Ada yang tidak menginginkan untuk berada di sana..." lanjut Willa lirih.

Alex terkatup. Hatinya masih dengan emosi, namun mencoba untuk mencerna, "Siapa mereka?" timpalnya setengah kesal.

Willa menggeleng, "Ibu tidak ingin mengira-ngira, Nak..."

Alex menarik napas dalam-dalam, kecewa.

"Bukan salah kakekmu, Nak, jangan salahkan beliau..." Willa sedikit memohon.

"Tapi jika sejak awal dia menerima kita, menerima Ibu, tentu kita tidak akan terpisah, Bu...," tuntut Alex.

"Itu sudah menjadi takdir, Nak..., kita tidak bisa menolaknya. Dan juga menjadi takdir kita dapat berkumpul lagi. Kini, kakekmu telah menerima kita, juga adalah takdir. Kita hanya dapat menerimanya."

Alex terdiam mencoba mencerna kembali. Diliriknya Ben. Ia tahu saudaranya itu pun sudah dengan mudah memaafkan sang Marquess.

"Semua orang melakukan kesalahan, Sayang..., tapi tidak semua orang ingin menebusnya dan memperbaikinya..." Willa masih meminta pengertian putranya.

Alex masih terdiam.

"Beri beliau kesempatan. Maafkan kakekmu. Beliau adalah ayah dari ayahmu, Alex. Ayahmu tentu akan bersedih dengan ini semua. Kau tidak ingin mengecewakan ayahmu, kan...?"

Alex terkatup. Sebuah kalimat yang menohoknya.

"Aku bahkan tidak mengenalnya...," ucap Alex lirih.

Willa terkatup kecewa. Tidakkah cukup cerita tentang Earnest yang diceritakan pada kedua putranya, hingga Alex merasa tidak mengenalnya?

The Royal Home  - Sequel of The New Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang