SUPRISEE!!!!
Kudatang lagi hehehehe... sebagai bonus dan terima kasihku :)
Mari kita lanjutkan .... :)
Enjoy, and hope you like it !!! :)
Chapter 22
"Jadi apa yang harus aku lakukan, sekali lagi?" Ben menelan ludah gugup. Semakin gugup dengan merasakan kereta kuda yang ia tumpangi sudah memasuki halaman Istana. Tubuhnya sudah terbalut gaun indah dan mewah Addellaide milik Alex, lengkap dengan rambut palsu yang menyerupai rambut Alex. Untung saja ukuran tubuhnya tidak jauh berbeda, hanya berbeda ukuran kaki saja; ukuran kaki Ben lebih lebar dari Alex. Tak percaya ia harus merasakan apa yang dirasakan Alex selama enam tahun ini.
Tristan menghela napas, setengah kesal, "Tugasmu hanya satu, mendampingi Wellington, dan berdansa dengannya!" ia menjelaskan untuk yang keempat kalinya. Karena terlalu gugup, Ben sampai tidak fokus dan berulang kali bertanya.
Ben merungut tidak enak, "Maaf..." ia tertunduk.
Tristan menarik napas, sempurna sudah Ben menjadi Alex, berwujud Alex tapi sangat sensitif, "Bukan salahmu, Ben. Aku yang minta maaf, memaksamu untuk melakukan ini. Tapi tidak ada jalan lain. Kita harus tahu siapa yang menculik Alex, dan kami yakin, orangnya ada di sana," Tristan menjelaskan panjang lebar.
Ben mengangguk menurut. "Akan kulakukan semampuku, meski aku tak tahu cara berdansa ala Putri Raja dan Pangeran."
Tristan tertegun, "Kau kan pernah berdansa dengan Alex? Tidaka akan berebeda dengan itu, hanya mungkin lebih erat ..."
Ben tertegun pucat. "Erat, Tuan?"
Tristan harus menahan tawanya. "Kau harus ingat, dia itu kekasih Addelle, maka bersikaplah seperti sepasang kekasih," ingatnya.
Ben menelan ludah, semakin terpucat. 'Sepasang kekasih??'
Semakin usah payah Tristan menahan tawanya. "Jangan takut," ia berusaha kembali biasa. "Kau hanya ikuti langkah kaki Pangeran, kau pasti akan bisa mengikutinya."
Ben akhirnya hanya mengangguk.
Tristan menghela napas tak sabar, "Baiklah, mari kita lakukan."
Tepat kemudian kereta mereka berhentu dan ada yang membuka pintu dari luar.
Tristan keluar lebih dulu. Saat Ben akan menyusul keluar, sebuah tangan menyambutnya, bukan tangan Tuan Tristan.
Ben tertegun semakin gugup. "Milord...." Lord Waldegrave telah menunggu kedatangannya.
"Ssshhh, aku ayahmu sekarang." Lord Waldegrave mengkoreksi pelan.
Ben terkatup dan mengangguk, lalu perlahan menerima tangan Sang Earl
Jantung Ben tidak karuan rasanya. Berbalut gaun, menyesakkan dadanya, memakai sepatu tinggi dan runcing, memakai rambut palsu, dan tangan diapit hangat Earl.
"Tegakkan tubuhmu, juga kepalamu sedikit, lalu berjalan perlahan-lahan mengikuti kakiku. Jangan lupa tersenyum santun pada siapapun yang kau lalui," pesan singkat George sebelum mulai melangkahkan kakinya.
Ben menelan ludah, dan merangkum dengan singkat di ingatannya. Bagaimana Addellaide berjalan dan bersikap, bahkan dengan sosok Alex di dalamnya.
"Jangan takut, kau akan baik-baik saja...," tekan George pelan menenangkannya.
Ben mengangguk dan menarik napas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki ayah angkat Alex.
Ben harus menahan napas penuh kekaguman saat memasuki istana dan sebuah ruangan besar indah yang telah dipenuhi dengan para bangsawan berpakaian indah dan mewah. Ini semua bukan dunianya, ini dunia Alex. Alex hidup dalam dunia mereka, sementara ia hidup dalam dunia di bawah ini semua. Tapi ia ingat ia sedang menjadi Alex sekarang, menjadi Addellaide untuk mencari tahu siapa yang menculik adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Historical FictionKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...