Hola, halooooo, selamat siaaaangggg....
Kukembali lagi ...!!! Hehehehe...
Maafkan aku baru muncul kembali, coz I'm not avalaible for a few days ...hehehe (Hayah!)
Tapi jangan takut, tetap akan kulanjutkan cerita ini, jika masih ada yang menunggunya hingga selesai :) (Semogaaaa ....)
Baiklah, mari kita lanjutkan :)
so, Enjoy, and hope you like it :)
Chapter 31
Keesokan harinya, Alex dan Ben, bersama Marie kembali ke Paul's House. Pagi benar mereka ke sana, kedai bahkan belum sepenuhnya buka.
Jantung Alex langsung berhenti begitu melihat sosok Willa yang sudah bekerja membersihkan meja.
Ben pun tak lepas matanya dari sosok wanita yang terlihat sangat rapuh.
"Alex? Ben?" Suara Paul langsung menyadari kedatangan mereka. Ia terlihat heran dengan keduanya yang sudah datang di pagi hari.
Alex terkesiap, "Oh, selamat pagi, Paul," Alex tersenyum gugup, sementara mata Ben masih belum lepas dari Willa. Ia ingin memastikan apakah Willa mendengar nama mereka disebut, saat mereka mendekati meja bar dan duduk di sana?
Berhasil, Willa menoleh selintas, dan sempat terpaku. Namun hanya sesaat dan ia kembali tertunduk, dan melanjutkan pekerjaannya.
"Ini masih pagi," Paul harus tersenyum geli. "Marie pun masih terlihat mengantuk," ia melihat Marie di gandengan Ben.
"Ya..., tidak apa-apa...," Alex menyahut sambil lalu, dan kembali melihat ke arah Willa.
Paul memperhatikan sikap dua bersaudara favoritnya. Terlihat aneh, dan tak lepas mata mereka pada Willa. Ada sesuatukah?
"Marie sudah sarapan?" Paul mencoba menawarkan.
Tidak ada sahutan, keduanya masih memperhatikan Willa.
"Ben....?" Paul memanggilnya sekali lagi dengan agak keras.
"Ya!?" Ben terlonjak kaget dan langsung merah karena malu.
Paul hampir tertawa melihatnya.
"Marie sudah sarapan?" Paul mengulang kembali.
"Belum....," Ben semakin malu, karena belum sempat menyiapkan sarapan untuk adiknya.
Paul hanya geleng-geleng kepala, dan tanpa diminta sudah langsung menyiapkan sarapan untuk sang gadis cilik. "Kalian belum sarapan juga, kan?"
Ben menggeleng pelan.
Paul hanya tersenyum tipis.
"Terima kasih, Paul."
Paul kembali mengangguk tipis.
Alex masih memperhatikan Willa. Ingin rasanya ia mendekati wanita itu dan mengatakan, 'kami putramu'. Tubuhnya sudah siap beranjak dari duduknya dan menuju Willa, saat Ben menahannya, dan menggeleng. Alex menahan diri.
Paul semakin curiga melihat sikap keduanya yang tak lepas memperhatikan pelayannya. "Ada apa dengan pelayanku itu?"
Keduanya langsung terkesiap kaget. "Huh?"
"Willa. Kenapa kalian melihatnya seperti itu?" tanya Paul seraya menaruh tiga piring pancake caramel di atas meja.
"Oh, tidak ada apa-apa...," Alex langsung berkilah, dan memilih untuk menikmati sarapannya dulu. "Terima kasih...," ia menyempatkan berucap tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Historical FictionKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...