Holaaaa, selamat siaaangg..... :)
Kukembali lagi hehehe...
Baiklah, mari kita lanjutkan :)
So, enjoy, and hope you like it :)
Chapter 29
Alex tercekat dengan nama Earnest. Sekali lagi ada seseorang yang menyangka Ben adalah Earnest. Ditengoknya Ben dengan terheran, Ben hanya menghela napas,
"Maaf, Nyonya, saya bukan Earnest...," ucap Ben sangat hati-hati dan sopan.
Wajah pelayan perempuan langsung kecewa dan sedih. "Oh, maafkan saya ..."
Ben menelan ludah dan tersenyum tidak enak.
Paul dengan cepat turun tangan,"Tidak apa-apa, Alex, Ben, biar dia kubantu, kalian bisa melanjutkan permainan kalian." Paul menggantikan membantu pelayannya membersihkan kekacauan ini.
Alex dan Ben masih terkatup. Ditengoknya para pelanggan yang seperti terganggu dengan insiden ini, dan masih menunggu permainan mereka. Tak ingin mengecewakan pelanggannya, Alex menarik napas dengan tersenyum,
"Oh, baiklah, kami lanjutkan," Alex tersenyum lebar gugup, dan kembali ke atas panggung. Ben mengikutinya.
Ben menangkap mata penasaran Alex.
"Kamu kenal dia?" Alex sempat bertanya dengan suara pelan, saat siap duduk di pianonya.
Ben menggeleng, "Tapi dia sudah dua kali memanggilku dengan nama Earnest."
"Huh?" Alex semakin terheran.
Ben mengangguk pasti.
"Ya sudah, kita main dulu saja..."
Ben hanya mengangguk dan mulai mengikuti permainan saudaranya.
Satu lagu lagi mereka mainkan, sebelum mereka turun diiringi tepuk tangan dan sorak kagum pengunjung kedai.
Sorak dan tepuk tangan tamu langsung terdengar begitu Alex dan Ben menyelesaikan lagu mereka.
Paul tersenyum dengan puasnya saat kembar bersaudara itu duduk kembali di kursi bar. Ben duduk di samping Marie yang masih duduk manis di sana dengan menikmati sepotong pai stroberi.
"Luar biasa, kalian memang musisi alami!" Paul terkagum.
"Yah, terima kasih pada Tristan," Alex tersenyum tipis. "Tapi yang benar-benar musisi alami adalah Ben," ia melirik jenaka saudaranya.
"Sama-sama, kalian berdua sama hebatnya," Paul tersenyum ringan. Ia memberikan dua potong pai serta minuman untuk keduanya, "Makanlah, semuanya gratis."
Alex dan Ben tersenyum dengan senangnya, "Terima kasih, Paul!"
Alex kembali teringat pada pelayan yang menghentikan permainannya tadi. Ditengok sekelilingnya, dan melihat pelayan perempuan sedang membersihkan salah satu meja.
"Siapa dia?" Alex mulai penasaran.
"Ah... Willa. Pelayan baru. Baru datang kemarin. Dia membutuhkan pekerjaan, dan kami membutuhkan pelayan tambahan," terang Paul ringan.
Ben memperhatikan pelayan itu. 'Jadi namanya Willa.'
Alex memperhatikan gerak tubuhnya yang terlihat canggung. "Apa dia baik-baik saja?"
"Yea, kuharap begitu. Dia telah mengalami banyak hal."
"Yea... terlihat begitu," Alex menyetujuinya.
"Aku pernah bertemu dengannya di depan gerbang St. Peter," Ben terucap begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Historical FictionKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...