Chapter 37

151 46 18
                                    

Selamat Siaaanggg....

Kudatang di siang yang cerah ini :)

Maafkan, aku terlambat lagi ... tubuh sedang membutuhkan recharge beberapa hari hehehe, but I'm okay now, :)  and here we go .... !

So...., dig in .... enjoy, and hope you like it :)

Chapter 37

Malam yang patut direnungkan Alex, selepas mereka kembali ke apartemen. Bertemu kembali dengan sang kakek, menginjakkan kembali ke kastil itu, bukan sebagai Addellaide, melainkan sebagai Alex.

Melihat sosok ayah mereka, meski hanya dalam sebuah lukisan membuat Alex tersenyum sendiri. Perasaan lega dan bahagia itu mulai terasa. Ia dapat merasakan ketulusan Marquess untuk menerima kembali. Ia dapat merasakan penyesalan pria bangsawan itu. Ia dapat merasakan betapa ia ingin memperbaiki semuanya. Dan Alex bisa terima itu.

Perlahan ia dapat memaafkan lelaki itu, dan menerimanya. Ia pun merasa akan sangat menyakiti mendiang ayah mereka jika sampai tak dapat memaafkan kakek mereka. Alex tidak mau itu. Alex akan menerima semuanya dengan ikhlas, demi ayah dan ibu mereka. Meski keberadaan suami istri Wilfred masih membuatnya tidak nyaman, ia bisa mengatasinya, sama seperti ia mengatasi putri mereka dulu, Claudia.

Senyum sungging bahagia Alex membentuk di bibirnya, menarik perhatian Ben.

"Kau bahagia?" Suara Ben menyadarkannya.

"Eh?" Alex menengok.

"Kau tersenyum, Alex, dan aku bisa mengartikan senyuman itu." Ben tersenyum pasti, seakan ia sangat mengenal saudara kembarnya.

Alex menghela napas dengan tersenyum. "Hidup kita luar biasa, ya..."

Ben tersenyum pasti, "Hanya kita yang memiliki... hehehe."

Alex tersenyum geli.

"Jadi kau sudah menerimanya? Sudah menerima Kakek William?" simpul Ben.

Alex mengangguk, "Mungkin sudah..., karena yang jelas, kita sudah tahu siapa kita dan asal-usul kita. Dulu kita selalu bertanya-tanya, kita anak siapa? Kenapa kita tidak memiliki ayah ibu? Ke mana ayah dan ibu kita?"

Ben menarik napas, "Yeah..., kau yang sering menanyakan itu, dan aku kenyang menjawabnya."

Alex tertawa geli mengakui. "Dan sekarang terjawab sudah semua. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, dan tak berani kubayangkan kita adalah keturunan bangsawan."

Ben tertawa geli. "Yeah...

"Terima kasih ya..." ucapnya dengan memandang hangat Alex.

Alex tertegun, "Untuk apa?"

"Untuk semuanya..." Ben berucap pasti.

Alex terdiam, dan hanya mengangguk.

"Ibu sudah tidur, ya?" tanya Alex menengok kamar Marie. Di sana terlihat ibu mereka memeluk hangat Marie, di kamar Marie.

"Dan sekarang kau yang harus tidur...," suruh Ben.

"Kamu juga," balas Alex.

Ben tertawa geli. "Kau dulu..., aku menyusul nanti."

Alex tersenyum, dan menurutinya lalu masuk ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di sana. Ia harus mengistirahatkan fisik dan pikirannya. Sudah terlalu berat semua ini membebani pikirannya.

Ben tersenyum lega melihat saudaranya sudah terlelap di tempat tidurnya. Perasaan kagum dan sayang tak dapat ia ungkapkan. Alex memang luar biasa.

Ben menarik napas dalam-dalam. Ia harus memastikan semua aman dan rapi sebelum akhirnya ia menyusul Alex tidur, di samping saudara kembarnya. Sampai kapanpun, posisi ternyaman untuk tidur adalah tidak jauh dari Alex. Agar jika terjadi apa-apa pada Alex, ia akan bisa langsung mengetahuinya.

The Royal Home  - Sequel of The New Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang