Chapter 16

155 41 18
                                    

Lohaaaaa, selamat malaaam....

Kudatang lagi .... hehehe

Mari kita lanjutkan...

Enjoy, and hope you like it :)

Chapter 16

Tak berapa lama, mereka bertiga-dengan Marie di tengah-sudah berjalan bergandengan tangan, menuju kedai Paul's House.

Setiba mereka di sana, Paul langsung menyapa penuh semangat.

"Oy, Alex, lama kau tak kemari, Nak. Sedang sibuk sekali kah...?"

Alex hanya terkekeh, merasa tidak enak. Ya, sejak kemunculan Ben dan Marie, sulit sekali membagi waktu untuk dapat berkunjung ke sini.

Mereka pun duduk di kursi bar.

"Oh, ini Ben, saudara kembarku," Alex mengenalkan saudaranya.

Paul sesaat memandang pemuda di samping Alex.

"Owh, kalian kembar?" Paul takjub, dan memperhatikan wajah Ben dengan seksama. "Ya, kalian mirip. Dia versi rambut pendekmu, Alex..." Paul terkekeh.

"Terima kasih..., dan ini Marie adik kami. Bennie baru saja tiba dari Helencia...." Alex menerangkan.

"Ow..." Paul mengangguk-angguk dengan tersenyum. "Mhmm, minum seperti biasa?" tawarnya.

Alex mengangguk, "Buatkan dua, dan segelas susu untuk adik kami."

"Segera..." Paul tersenyum ramah.

Ben mengedarkan pandangannya seluruh kedai ini; sederhana tapi hangat. Ben tersenyum sendiri.

"Kenapa? Enak ya, tempatnya?" Alex tersenyum melihat Ben terkagum melihat sekelilingnya. "Aku biasa bermain piano di sana," ia menunjuk piano yang kosong di pojok kedai. "Tristan yang mengenalkanku ke sini," lanjutnya dengan tersenyum simpul.

"Tuan Tristan? Tuan Tristan main ke sini...?" Ben takjub.

Alex terkekeh geli, "Dia memang agak beda, ingat?"

Ben mengangguk-angguk mengerti.

"Nah, kebetulan orang yang kalian bicarakan datang...," ujar Paul seraya memberikan minuman mereka dengan mata mengarah ke arah pintu.

Alex dan Ben langsung menoleh ke belakang, dan melihat sosok tinggi hampir menyentuh pintu kedai, masuk dengan tersenyum hangat.

"Aku tahu, pasti akan menemukan kalian di sini," ucap Tristan dengan menghempaskan tubuhnya di kursi di samping Alex. "Sudah lama kalian?"

"Baru, baru saja sampai..." sahut Alex.

"Oh...," Tristan mengangguk. "Seperti biasa, satu ya," ucapnya terarah pada Paul.

Paul hanya mengangguk.

Sambil menunggu, mata Tristan terus mengarah pada pintu belakang, menunggu harap-harap cemas.

"Dia tidak ada, sedang keluar kota." Suara Paul mengagetkannya, seraya memberikan pesanan Tristan.

Tristan terkesiap dan merah merona, disertai rasa kecewa.

Alex tak dapat menahan untuk tidak tertawa geli.

"Kasihan kakakku, ini...." Alex menepuk-nepuk pundak Tristan.

Ben melihat mereka dengan tidak mengerti.

"Kakak kita yang satu ini, sedang mengejar adik Paul...." lanjut Alex terus menggoda Tristan.

Meski sempat tercekat tak percaya, tapi mengingat ucapan Alex tentang tuan pengacara yang agak berbeda dengan pria bangsawan lainnya, Ben hanya mengangguk tersenyum.

The Royal Home  - Sequel of The New Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang