Selamat siaaanggg....
Kudatang di siang yang mendung dan bergeluduk ini, sepertinya hendak turun hujan .... heheehe, semoga tidak ada yang banjir, aaamiiin....
Okeh, mari kita lanjutkan..., dan percayalah ending tidak akan semulus itu :)
So...., dig in .... enjoy, and hope you like it :)
Chapter 38
Marquess William Ronfield Edinburrry telah berpulang.
Lonceng duka berdentang berulang kali di luar sana, menyesakkan Ben dan Alex. Antara tidak percaya dan tidak ingin percaya. Kakek mereka meninggal dunia karena mendengar kabar keduanya menjadi korban kebakaran. Rasa marah lebih menyesakkan mereka.
"Kita masih hidup!" seru Alex kesal. Air matanya mengalir di pipinya.
"Tapi berita yang pertama Marquess dengar adalah, kalian menjadi korban, sebelum kita memberi tahu kebenarannya," sahut Tristan menyesalkan.
"Seseorang ada yang tidak menginginkan kita hidup," simpul Ben.
Alex mengerang kesal. "Siapa!?"
Willa terkatup.
Byron menengok pada Willa yang masih terkatup pucat. "Kau mengetahuinya, Willa?"
Ben dan Alex menengok pada ibunya, juga Tristan.
Willa menghela gusar, "Aku tak punya bukti..."
"Siapa Bu, siapa yang menginginkan kita mati?" desak Alex.
Willa memandang mereka mereka dengan gundah. Ragu mengucapkannya.
"Baron Wilfred...." Akhirnya ia mengucapkan sebuah nama.
"Sudah kuduga!" seru Tristan kemenangan.
"Bagaimana Ibu bisa mengetahuinya?" Ben belum yakin.
"Ibu hanya dapat merasakanya. Dan Baron sempat mengucapkan sesuatu pada Ibu, semalam."
"Mengucapkan apa, Bu?" Alex semakin mendesak.
Willa menelan ludah. "Kalau kita tidak akan mendapatkan apa-apa."
Alex mengerang kesal, "Kenapa Ibu tidak mengatakannya?"
"Itu tidak cukup menjadi bukti, Nak."
Alex mengerang masih sangat kesal.
"Ibumu benar, Alex, itu tidak cukup bukti, Baron yang melakukannya. Tapi dengan cara yang sama, sepertinya orang yang melakukannya pun sama," Tristan menyimpulkan.
"Rencana yang gagal total!" kesah Byron.
Kesemuanya terpekur, tidak menyangka akan seperti ini.
"Marquess akan dimakamkan besok, missa akan dilaksanakan siang ini. Kalian lebih baik bisa menghadirinya. Kau juga Willa," Byron menyarankan.
Alex dan Ben terpaku.
"Kalian cucu Marquess, kalian harus berada di sana, mengantarkan kakek kalian," Byron memperjelas.
"Dan membuktikan bahwa kalian masih hidup," lanjut Tristan. "Meski itu berarti ada kemungkinan orang yang mencoba mengenyahkan kalian, tidak menghentikan usahanya. Dia akan tetap mengejar kalian."
Keluarga kecil itu terkatup. Tristan benar, jika mereka menunjukkan bahwa mereka masih hidup, orang itu akan terus mencoba mengenyahkan mereka. Mereka akan terus dalam bahaya.
"Aku tidak peduli jika mereka akan terus mengejar kita. Aku akan datang. Dia kakek kita, kita harus datang, mengantar untuk yang terakhir kalinya!" Alex dengan yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Historical FictionKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...