Holaaa, selamat malaaammm....
Kudatang di tengah hujan rintik yang sedari sore terus mengguyur Kota Kembang ehehehe
Baiklah, mari kita lanjutkan...
Enjoy, and hope you like it ... :)
Chapter 17
Alex merasa lega luar biasa, sesampainya ia di apartemen Ben, tentunya dalam wujud Alex. Dua hari tidak menemui Ben, terasa ada yang kurang, meski rasa bersalahnya-lah yang lebih menyiksanya. Entah sampai kapan ia akan menutupi kebenaran bahwa dirinya adalah Lady Addellaide yang Ben kagumi itu. Hanya Tuhan yang tahu. Dan tentunya Keluarga Waldegrave yang akan memutuskan kapan sandiwara ini berakhir.
Kali ini Candice yang membukakan pintu. Kembali gadis itu tercekat melihat sosok di hadapannya.
Alex berdiri canggung di hadapan pelayan setianya, dan memberinya senyuman manis.
Candice tersadar dan langsung mempersilakan masuk.
"Aku bawa permen Lolipop untuk Marie." Alex mengacungkan sekantung permen berbatang itu kepada Ben yang berdiri di belakang Candice dan langsung masuk disertai senyum lebar sumringahnya.
Candice menarik napas dalam-dalam, untuk mengatasi kegugupannya. Ini yang kedua kali ia melihat nona mudanya dalam pakaian seperti ini, dan masih belum terbiasa.
"Alex?" Ben terheran dengan kedatangan saudara kembarnya malam-malam begini.
"Aku kangen kamu, sudah berapa hari kita tidak bertemu?" ucapnya seraya nyelonong masuk. "Marie mana?" tanyanya langsung, setelah tidak menemukan Marie.
Ben menahan napas dengan keharuman luar biasa dari tubuh saudara kembarnya ini saat melintasinya. Aroma wanita begitu kuat tercium. 'Masak, Alex pakai parfum wanita sebanyak ini???'
"Kau mengharapkan Marie masih terjaga jam setengah sembilan malam begini?" Ben mendengus kecil.
Alex langsung nyengir, melupakan jam tidur Marie. "Maafkan aku yang datang saat begini," diliriknya Candice, yang kini tampak lebih tenang.
"Saya buatkan susu, Tuan...?" tawar Candice.
Sesaat Alex terkatup. Itu kebiasaan Addellaide di setiap malam. Candice pun tersadar, ia kelepasan, lupa di hadapannya bukanlah Nona Addelaide. Tapi Alex hanya mengangguk tersenyum tenang. "Boleh..."
Candice mendesah tersenyum lega, dan langsung membuatkannya.
"Aku tak tahu kau masih suka minum susu..." komentar Ben.
"Hey, susu itu baik kesehatan, berapapun umurmu," Alex menyahut santai, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa.
Ben hanya geleng-geleng kepala dengan tersenyum geli.
"Bagaimana harimu dengan Tristan hari ini?" tanya Alex sudah sibuk menjilati permen lolipopnya.
"Baik, hari ini semua baik-baik saja. Tuan Tristan baik sekali," Ben tersenyum tenang.
Alex menghela lega. Paling tidak, Ben tak perlu mengalami penolakan Tristan seperti yang dialaminya dulu.
Candice menyodorkan gelas berisi susu itu di atas baki. "Silakan...," ucapnya lirih dengan ketakutan, dan mengirimkan mata meminta maaf atas keteledorannya.
Tapi Alex hanya mengangguk tersenyum dengan dan mengambil gelas itu dari baki, lalu menggenggam tangan Candice hangat menenangkannya.
Candice tersenyum tipis dan segera undur diri.
"Kau benar-benar beruntung, Alex," ucap Ben. "Mereka benar-benar baik dan sempurna. Kau memiliki keluarga yang sempurna, seperti yang kubayangkan."
"Dan seperti yang kamu inginkan untukku, Bennie," Alex menyahut dengan menghela napas pahit, lalu meminum susunya sedikit. "Tapi percayalah, dari kesempurnaan yang kau lihat ini, tidaklah sesempurna itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Ficción históricaKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...