Chapter 2

206 54 23
                                    

Hai... Hai..., kukembali di siang hari nan cerah ini hehehee

Maafkan terlambat datang lagi. Niat semalam untuk mempost, tertunda karena sistem yang mungkin sedang down, dan hari sudah terlalu malam, jadi baru kupost siang ini... :)

Baiklah, cukup dengan curhat tak pentingnya, mari kita lanjutkan :)

Soo, dig in, enjoy and hope you like it !!

Chapter 2

Byron menghela napas lega, begitu memastikan adiknya dapat sepenuhnya tertidur dengan tenang. Setelah sempat membaik, Alex kembali terkena syok, gundah tidak tenang dengan napas tersengal-sengal.

Alex sulit ditenangkan dengan terus memberontak, memanggil nama Bennie. Rencana untuk memulangkan Alex sore tadi, dibatalkan, Alex tidak bisa pulang dengan kondisi begini. Ia hanya menitip pesan pada Caleb untuk mengabarkan rumah, Addellaide tidak akan pulang malam ini dan akan bermalam klinik. Emma langsung dikirim kemari untuk ikut menjaga Addellaide.

*^*

Tristan mendengarkan dengan seksama penuturan Ben. Semuanya masuk akal dan sangat miris terdengar. Ben dan adiknya bukanlah gelandangan, mereka hanyalah jatuh ke dalam ketidak-beruntungan. Dan penusukan itu memang bodoh, tapi tidak direncanakan. Sebuah reaksi cepat dari emosi marah boneka adiknya dirampas. Logis, tapi ceroboh.

"Jadi kalian baru tiba dari Irelucia?" Tristan memastikan kembali cerita Ben. Kembali dari Irelucia setelah orang tua mereka meninggal, lalu mendengarkan cerita perjalanan Ben dan adiknya hingga tiba di sini. Irelucia, negara orang tua angk at Ben membawanya, Tristan ingat itu.

"Ya."

"Kenapa kalian memilih Nelincia? Apa karena negeri ini menjanjikan impian?"

Ben terdiam, lalu menggeleng. "Karena di sini aku berasal. Aku lahir di sini, dan aku harus kembali ke sini," ia menjawab dengan pelan.

Tristan dapat mendengar dengan jelas suara Ben begitu memendam sesuatu di sana. 'Karena kau berasal dari St. Peter.'

Meski itu menimbulkan pertanyaan baru di kepala Tristan; jika selama ini Bapa Simon dan Suster Ann telah mengetahui kepulangan Ben, mengapa mereka seakan tidak mengetahuinya? Ataukah mereka menutupinya untuk melindungi Alex?

Tristan menghela napas perih, banyak kebohongan yang telah mereka lakukkan untuk Alex.

Pengacara muda itu memandang lekat Ben, untuk menguak sesuatu di sana. Tapi Ben tidak melanjutkan kalimatnya, dan terlihat tidak ingin mengatakannya lebih lanjut. 'Oke, tak perlu aku paksa, cepat atau lambat aku akan tahu.' Tristan mengangguk menerimanya.

"Ben, ada lagi yang ingin kau ceritakan?"

Ben menggeleng.

Tristan menarik napas dalam-dalam, mengakhiri semuanya.

"Baiklah, Ben, kurasa sudah cukup keteranganmu. Mudah-mudah bisa memperingan hukumanmu."

Ben mengangguk pasrah.

"Tapi mungkin jika memang aku harus menjalani hukuman itu, itu yang harus aku terima. Aku pantas menerimanya," ucap Ben pelan.

Tristan tertegun, kembali tertarik. "Kenapa?"

"Karena aku sudah mengecewakan banyak orang. Aku tak pernah melakukan apapun dengan benar. Aku membuat orang-orang yang kusayangi menderita. Aku selalu mengecewakan mereka. Aku pantas menerimanya, Tuan."

Tristan terdiam. Menunggu kelanjutannya. Tapi tidak ada. Anak ini pintar menyimpan sesuatu yang bersifat pribadi dan menyangkut emosinya. Anak ini menanggung sesuatu yang dirasakan menjadi kesalahan fatalnya. 'Apa mungkin berhubungan dengan Alex?'

The Royal Home  - Sequel of The New Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang