Hola, selamat malam....
Yuk ah, sebelum kemalaman, mari kita lanjutkan hehehe...
Mari kita lihat what will happend...:)
Enjoy, and hope you like it :)
Chapter 4
Ben masih terpaku, tak percaya, dengan sosok di balik terali besinya. 'Itukah Alex? Sosok putih, bersih, terawat, pakaian bagus dengan rambut panjang yang diikat kuda asal-asalan?'
Ia melihat mata itu, dan di sanalah ia melihat mata yang sama saat ia tinggalkan dulu. Mata polosnya yang selalu membuatnya ingin terus berada di belakang Alex, melindunginya dan menjadi tanggung jawabnya.
Alex terlihat cantik untuk ukuran lelaki. Sejak dulu dia memang cantik.
Perlahan Ben berdiri, tanpa lepas memandang sosok cantik itu.
Alex menahan napas dengan sosok Ben yang berada di dalam sebuah sel berukuran 3x3 m seorang diri terpisah dengan tahanan lain. Ia semakin menahan napas saat Ben perlahan berdiri menunjukkan seluruh tubuhnya.
Ben terlihat kurus untuk ukuran lelaki normal yang biasa ia tahu. Sedikit membungkuk. Dengan wajah yang sedikit gelap tak terurus, mata sembab dan gelap seperti yang habis menangis, dan ada beberapa luka di pelipis dan pipi atasnya, yang mungkin akibat pemukulan brutal petugas kemarin. Tapi semua itu tak mengingkari perasaannya untuk memastikan itu adalah Ben, saudara kembarnya.
"Hush...don't you worry now, just close your eyes and you'll see the stars. They will lead you to heaven, where the happiness will around you." Alex mulai bernyanyi.
Mata Ben langsung basah, "Just close your eyes, and make a wish for it comes true." Ben melanjutkan. "Just close your eyes and don't you worry, cos I'll be right here with you."
"Keep you warm and safe. Just close your eyes..." Mereka berdua mengakhirinya bersama-sama tanpa dapat menahan untuk menghambur dan saling memeluk meski terhalang terali besi di antara mereka. Tangis menyeruak tumpah.
Alex menangis di pundak itu. Jantungnya hampir berhenti seketika jika ia tidak mencoba mengontrolnya dengan mengatur napasnya yang mulai tersengal-sengal. Dadanya terasa sakit dengan segala emosi yang membuncah. Akhirnya bisa bertemu lagi dan kini sedang memeluk Ben. Tapi ia tidak akan lemah. Ia tidak akan lemah di hadapan Ben. Ia mengatur napasnya agar tidak terjadi serangan dengan terus memeluk Ben.
Luluh semua pertahanan Ben dengan keegoisannya yang tidak ingin bertemu Alex, juga sebersit rasa marahnya karena ternyata Tn. Waldegrave telah memberitahukan Alex tentang dirinya. Tn. Waldegrave telah berbohong padanya. Tapi sekarang ia tarik semua ucapannya, dia sudah bertemu Alex, dia sudah memeluk Alex. Sudah bertemu adik kembarnya lagi setelah sekian lama terpisah. Air mata sudah membanjiri pipinya. Air mata kebahagiaan dan kelegaan.
Mereka saling memeluk erat, memaksimalkan keterbatasan dengan terali besi yang memisahkan mereka, dan kini keduanya sudah terduduk di lantai berpelukan. Tak ada kata yang terucap, hanya saling memeluk, tanpa bisa mengungkapkan luapan perasaan mereka dalam kata-kata.
Alex terus memeluk Ben. Tak dipedulikan lagi aroma Ben yang mungkin sudah beberapa hari tidak mandi dan terlihat sangat kumal dan kotor.
Sementara Ben mencium aroma kuat parfum perempuan; lembut dan menyegarkan dari seluruh tubuh Alex. Ada ketenangan dan kelegaan yang luar biasa yang mereka rasakan hanya dengan berpelukan seperti ini.
"Aku rindu kamu, Bennie..." Akhirnya sebuah ucapan terdengar di antara mereka. "Aku rindu..."
"Aku juga, Alex..." Tanpa melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Ficción históricaKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...