Haloooo, selamat siang menjelang soree ...
Kukembali bersama Tristan untuk melanjutkan cerita ini ...
Baiklah, enjoy..., and hope you like it :)
Chapter 15
Tristan membuka pintu apartemen yang dititipkan Alex padanya, "Nah, silakan..." Dan ia mempersilakan Ben dan Marie masuk .
Dengan ragu, Ben yang menggendong Marie masuk ke dalam, dan mengedarkan ke seluruh ruangan yang tidak terlalu besar ini. Hanya terbagi tiga ruangan; dua kamar tidur dan satu ruang keluarga, dengan dapur kecil di pojok samping pintu. Inikah apartemen Alex? Cukup rapi untuk sebuah apartemen yang dikatakan jarang ditinggali. Atau mungkin memang sengaja dirapikan untuk mereka berdua?
Mata Tristan ikut menyapu ke seluruh apartemen kecil ini. Yah, memang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk mewakili sebuah apartemen milik seorang pemuda semodel Alex. Matanya memastikan kembali tidak ada kejangggalan untuk sebuah apartemen yang sangat baru ditinggali dan dengan furniture yang tidak mewah.
Ben masih terpaku dengan apartemen Alex ini. Meski tidak besar, Ben tetap tidak akan mampu menyewanya, terlebih membeli apartemen ini. Alex sangat beruntung. Jika keluarga angkatnya tidak keberatan membelikan sebuah apartemen, ia pun yakin semua kebutuhan Alex di rumah Keluarga Waldegrave pasti telah terpenuhi. Ben hanya bisa tersenyum bersyukur, Alex tidak menjalani kehidupan keras seperti yang dijalaninya selama ini.
"Rumah siapa ini, Kak?" Suara Marie masuk menyadarkannya.
"Rumah Kak Alex, Marie...," jawab Ben dengan tersenyum lega. "Kita akan tinggal di sini..., jadi Marie tidak perlu tinggal bersama Suster Ann lagi," dengan memberikan senyuman penuh kelegaan.
"Siapa Kak Alex?"
Ben terkatup, tersadar, jarang sekali Marie bertemu dengan saudara kembarnya ini. Tapi sepertinya tidak mungkin mengatakan Alex adalah saudara kembarnya, meski Marie belum tentu mengerti apa itu arti saudara kandung ataupun saudara angkat.
"Kak Alex adalah teman kakak, dia juga saudara angkat Lady Addellaide dan Tuan Tristan...," Ben mencoba menjelaskan.
Tristan tercekat dengan penjelasan Ben. Marie belum pernah sekalipun bertemu atau mengenal sosok Alex, selama ia bersama Addellaide di Greenbelle. Ini bisa menjadi sumber kekacuan, terlebih Marie sudah sedikit menunjukkan wajah terheran, mencoba mengingat sosok Alex yang dijelaskan kakaknya.
"Ng... ini kamar kalian." Tristan langsung mengalihkan, dengan menunjuk dua kamar yang berdampingan. "Dan, ini kamar Marie...," seraya ia membuka pintunya, menunjukkan isi kamar tersebut yang sudah disulap menjadi sebuah kamar putri. Lengkap dengan tempat tidur berdekorasi renda, dan lemari pakaian yang telah terisi pakaian Marie, serta lemari boneka cantik yang sebagian milik Addellaide kecil.
Marie terbelalak dengan senangnya. Ben terkatup takjub melihatnya.
"Aslinya ini kamar singgahku, jika aku kemari. Tapi tak apalah, untuk Marie..." Tristan kembali berbohong dengan tersenyum renyah.
"Eh, Tuan..., tidak perlu melakukannya. Ini sudah sangat berlebihan." Ben tidak dapat menutupi rasa tidak enaknya, telah kembali merepotkan.
"Tidak apa-apa, Ben, Alex yang memintanya, dan akupun sudah mulai jarang kemari. Jadi daripada menjadi kamar yang tidak bermanfaat, lebih baik kurubah saja menjadi kamar istimewa untuk Marie," Tristan mencolek hidung Marie.
Marie tersenyum tersipu.
"Marie suka?" Tristan menggoda gadis kecil itu dan dijawab dengan anggukan malu.
Marie langsung meminta turun dari gendongan Kakaknya dan berlari naik ke tempat tidur. "Tempat tidur, Marie!!" pekiknya girang.
Tristan tersenyum dengan lega, terlebih Ben yang sangat bahagia melihat senyum menggemaskan dari bibir adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Home - Sequel of The New Home (On Going)
Historical FictionKehidupan Ben dan Alex sebagai saudara kembar berubah 80 derajat setelah keduanya terpisahkan saat kecil di sebuah Panti Asuhan Putra. Ben diadopsi oleh keluarga sederhana yang memberikannya banyak pelajaran akan arti kehidupan. Sementara Alex diad...