SEMAKIN RUMIT ?

30 1 0
                                    

18+

*****

Langit gelap menyelimuti permukaan bumi, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Tapi kedua anak remaja ini, Ah, tidak hanya salah satu diantara mereka, masih sibuk menikmati hidangan dingin dan manis dihadapan nya.

Kanaya menaruh sendok pada mangkuk, seperti nya es krim dengan rasa Matcha dan Coklat ini tidak menarik perhatian nya lagi.

"Kak Petra," panggil Kanaya, sedangkan Petra hanya menaikan alisnya saja.

"Kakak jomlo ya?" tanya Kanaya kembali.

Petra mencodongkan tubuhnya, lalu menoyor dahi Kanaya." Jangan sok Tau Nay!"

Kanaya cemberut,"bukan sok tau, tapi kurang kerjaan banget kalau lo harus jemput-jemput gue segala."

Petra menghela nafasnya," Ada, nanti, gue ajak lo ketemu sama dia."

"Janji ya awas aja bohong!" Tukas Kanaya tak lupa kelingking nya sudah maju untuk melakukan Pinky Promise.

"Iya gue janji." Petra menautkan kelingking nya pada Kanaya.

Petra yang awal nya, mempunyai niat jahat, jadi sedikit tidak tega jika harus menyakiti gadis di hadapan ia kini. Kanaya sangat polos dan baik, bagaimana Petra bisa setega itu memanfaatkan Kanaya untuk balas dendam pada Keano.

Petra mengelengkan kepala nya, tidak, ia tidak akan goyah. Sampai ia menemukan titik terang apa yang terjadi pada Citra.

Kanaya berdecak,"Gila lo ya Kak, geleng-geleng kepala."

******

Pria ini mengetuk pintu Apartemen dihadapan nya, tidak menggunakan perasaan. Suara bising seperti orang yang tengah menagih hutang, untung lorong Apartemen ini tidak terlalu ramai. Bisa-bisa dia di hajar masa karena membuat kegaduhan di waktu hari menjelang malam ini.

Ceklek

Pintu itu terbuka, menampilkan gadis dengan wajah yang sudah berkeringat. Sungguh Renata sangat ketakutan saat harus berhadapan dengan Raska. Sengaja Renata tidak membuka kan pintu, tapi semakin lama Raska mengetuk dengan sekuat tenaga yang Pria itu miliki.

Raska mendorong Renata, dan melangkah masuk tak lupa Pria itu mengkunci pintu Apartemen Renata.

Raska mencengkeram dagu Renata, mendorong Perempuan itu sampai membentur pada tembok.

"Apa yang lo lakuin!" Tanya Raska tangannya makin kuat mencengkeram dagu Renata.

Renata mencoba melepaskan cengkraman itu, tapi tenanga nya kalah jauh di banding Raska.

"Gue gak tau, gue gak ngapa-ngapain Raska." Tukas Renata.

"Lo bikin Kanaya Nangis Anjing!"

Renata terkekeh, ia berhasil melepaskan cengkraman Raska pada dagu nya, perempuan itu berjalan mundur mencoba menjaga jarak dengan Raska.

"Terus kenapa?"

"Itu gak ada apa-apa nya Ka, dibanding hidup gue yang ancur gara-gara dia."

Plak

Plak

Ya, sekejam itulah Raska Angelio Wicaksono. Dia tidak akan perduli mau itu pria atau sekalipun itu perempuan, jika tidak suka lagi Raska akan membuang mereka seperti sampah.

"Berani lo sama gue!" Tantang Raska.

"Gue Hamil! Ini anak lo bangsat!" teriak Renata kembali.

Raska berjalan mendekat pada Renata, menarik rambut perempuan itu dengan sangat kuat. Dengan semua tenaga yang ia miliki, tidak perduli dengan teriakan rintihan yang Renata keluarkan.

KANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang